Kabar Ada Makhluk Pengisap Darah Ternak di Sumut Beredar Sejak 2017
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Kepolisian Sektor Siborongborong, AKP Bonar Silalahi, mengatakan kabar adanya makhluk pengisap darah ratusan ternak di Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, sudah beredar sejak 2017.
"Peristiwa pemangsaan ratusan ternak dengan mengisap darah mangsanya di wilayah Desa Pohan Tonga, Siborongborong sudah terjadi sejak 2017," ungkap AKP Bonar dilansir dari ANTARA, Kamis (25/6).
1. Ratusan ayam dan entok jadi korban sejak 2017
Hal tersebut diketahui berdasarkan laporan warga setempat yang ternaknya mengalami kematian tidak wajar yang disebabkan luka pada bagian leher.
"Joko Kopi, pengusaha kopi di Desa Pohan Tonga yang melaporkan kejadian serupa atas ratusan ayam dan entok miliknya, sejak 2017 hingga 2019," terangnya.
2. Makhluk misterius sudah ada sejak empat tahun
Sayangnya informasi dari Joko diterima aparat kepolisian justru setelah ratusan ternak milik Saut Simanjuntak, warga Pargompulon Pohan Tonga, juga dimangsa dengan cara yang sama pada 17 Juni 2020.
"Informasi dari Joko setidaknya menyimpulkan bahwa makhluk misterius tersebut sudah memangsa ternak warga dalam empat tahun terakhir," jelasnya.
Editor’s picks
3. Bupati Taput sudah menggelar rapat khusus sikapi teror mahluk pengisap darah
Menyikapi teror makhluk pengisap darah ternak ini, Bupati Taput Nikson Nababan, menggelar rapat khusus dengan tim yang terdiri dari Dandim 0210/TU Letkol Czi Agus Widodo, Wakapolres Taput Muhmin Rambe, Tim BKSDA, tim pemburu binatang, Dinas Lingkungan Hidup Taput, Camat Siborongborong dan Kepala Desa Pohan Tonga, Selasa (23/6).
"Saya tegaskan penelitian dan perburuan tetap dilakukan dan tetap menjaga keamanan dan ketenteraman masyarakat, jangan menimbulkan keresahan masyarakat lagi karena saat ini masyarakat sudah mulai resah," katanya.
Pihak Polres dan Kodim tetap melakukan patroli untuk menjamin keamanan masyarakat dan pihak BKSDA untuk tetap koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Muspika.
Menurutnya, saat ada binatang lainnya yang menjadi korban pemangsaan diminta agar segera di ke rumah sakit untuk diotopsi, sehingga diketahui penyebab kematiannya, apakah bekas sayatan benda tajam atau oleh binatang buas.
4. Kepala Seksi BBKSDA Wilayah IV Tarutung belum bisa menyimpulkan pelaku pemangsa ratusan ternak
Pada kesempatan itu, Manigor Lumbantoruan, Kepala Seksi BBKSDA Wilayah IV Tarutung menyampaikan hingga saat ini, pihaknya belum bisa menyimpulkan pelaku pemangsaan ratusan ternak milik warga itu.
"Apabila kita teliti bekas luka yang ada dalam foto-foto binatang yang jadi korban tersebut, seperti ada kemungkinan seperti bekas benda tajam, tapi itupun belum bisa kita simpulkan karena hanya foto yang kita analisa. Bangkai binatang tersebut sudah sempat dikuburkan dan jejak kaki dan cakaran tidak jelas lagi, sudah kena hujan dan jejak kaki yang lain," paparnya.
Baca Juga: Pengisap Darah di Sumut Dikaitkan Mistis, Bupati Taput Gelar Sayembara