Belajar Online, Orangtua Terpaksa Belikan HP dan Kuota untuk Anaknya

Kisah orangtua dan murid jalani belajar di rumah!

Binjai, IDN Times - Dampak pandemi corona (COVID-19). Pemerintah mengambil kebijakan untuk meliburkan proses belajar-mengajar di sekolah hingga 29 Mei 2020 mendatang. Libur sekolah ini diberlakukan mulai dari Paud, TK, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Proses belajar di sekolah digantikan dengan sistem daring atau secara online. Dengan langkah ini, diharapkan dapat memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Di tengah kebijakan ini, beberapa persiapan meski dilakukan orangtua, pelajar maupun guru sendiri.

1. Antisipasi penyebaran COVID-19, libur sekolah terus diperpanjang

Belajar Online, Orangtua Terpaksa Belikan HP dan Kuota untuk AnaknyaPara siswa Chandra sedang belajar di rumah - Dok. pribadi Chandra Adhi Putra

Seperti yang diutarakan Iqbal Yazit pelajar SMP 1 Kota Binjai, Sumatera Utara. Sebelum diliburkan, mereka terlebih dahulu mendapat arahan dari pihak sekolah agar dapat belajar di rumah masing-masing. Sekolah diliburkan mulai Senin (16/3) kemarin.

Karena kondisi belum membaik, proses belajar mengajar dengan sistem online diperpanjang hingga 29 Mei 2020.

"Kata guru, kebijakan ini langkah antisipasi penyebaran virus corona di Indonesia. Kan lebih baik mencegah dari pada mengobati. Makanya kami belajar dari rumah aja," kata Iqbal, Selasa (28/4).

Baca Juga: Kapolres Taput Bantah Telah Melaporkan Ravio Patra ke Polda Metro Jaya

2. Belajar dan berkomunikasi dengan guru melalui HP

Belajar Online, Orangtua Terpaksa Belikan HP dan Kuota untuk AnaknyaDok. pribadi Selfie Widya Kumalasari

Kendati sekolah diliburkan, jelas Iqbal, komunikasi antar guru dan murid tetap terus berjalan. Bahkan beberapa pekerjaan rumah juga kerap diberikan guru kepada mereka (pelajar). Pihak sekolah memanfaatkan komunikasi melalui telepon selular (HP).

"Seperti kami misalnya, guru kami ada buat grup Whatsapp, jadi sama murid mata pelajarannya komunikasi sama guru tetap dijaga. Ada juga dikasih pembelajaran dan tugas, besok Selasa laporan hasil pekerjaan rumah kami meski dikirim ke guru," kata dia.

"Selain itu, ada juga aplikasi online gratis untuk belajar kayak aplikasi Ruang Guru, Rumah Belajar, Kelas Pintar. Happy jadi belajarnya, bisa lihat Google, kami juga disarankan nonton TVRI, karena ada pelajaran yang ditayangkan di stasiun TV itu," timpal dia.

3. Keluarkan anggaran lebih untuk dukung proses belajar mengajar

Belajar Online, Orangtua Terpaksa Belikan HP dan Kuota untuk AnaknyaPixabay/fancycrave1

Seorang wali murid Emi (45) mengakui, proses belajar mengajar yang diberlakukan pihak sekolah sebenarnya cukup efektif. Karena orang tua dapat langsung dilibatkan untuk mengawasi anak-anak mereka. Selain itu, dengan diberlakukanya sistem belajar di rumah ini dimasa pandemi Corona. Setidaknya bisa mengatisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Bagus sih, apa lagi dimasa pandemi corona ini. Jadi anak-anak kami dapat terhindar dari virus mematikan itu. Kami juga bisa melihat dan mengawasi mereka di rumah," kata dia.

Namun, dengan diberlakukanya sistem belajar mengajar di rumah selama masa pandemi corona (COVID-19). Orang tua meski mengeluarkan anggaran lebih. Salah satunya membelikan hape dan mengisi paket (kuota).

"Kalau saya sendiri, dari dulu mereka memang tidak saya belikan HP. Namun, karena kondisi pandemik corona ini. Mau tak mau, saya belikanlah HP agar mereka bisa belajar dan kuota juga dibelikan," terang dia tersenyum.

4. Kendala dalam proses belajar online, murid terpaksa harus datang ke rumah guru

Belajar Online, Orangtua Terpaksa Belikan HP dan Kuota untuk AnaknyaIlustrasi belajar di rumah. IDN Times/Yogi pasha

Seorang guru SD 025973 Fitriani, SPd mengakui, memang ada beberapa kendala dalam proses belajar mengajar yang diberlakukan secara online. Salah satu kendala terbesar adalah bagi mereka murid (pelajar) yang tidak memiliki fasilitas hape.

"Jadikan tidak semua orangtua mampu membelikan HP anaknya atau memiliki HP sendiri. Jadi, untuk menyiasati ini, mau tidak mau murid tadi harus datang ke rumah," kata Fitri.

Belum lagi komunikasi melalui HP tidak seperti bertatap muka secara langsung. Jadi sebagai guru, dirinya meski perlahan-lahan menjelaskan kepada peserta didik agar lebih memahami materi yang diberikan.

"Pekerjaan rumah (PR), tetap kita berikan kepada mereka. Nantinya, mereka akan mengirim foto kegiatan belajar-mengajar mereka di grup WhatsApp yang kami buat. Alhamdulillah, meski ada beberapa kendala. Namun sejauh ini proses belajar mengajar yang diberlakukan secara online lancar-lancar saja," tegas dia.

Baca Juga: Gaji hingga Rp300 Juta, 10 Pekerjaan Berupah Tertinggi di Indonesia

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya