Perempuan Harus Memastikan Perlindungan Identitas di Dunia Digital

Sebagian besar publik tak bisa membedakan informasi bohong

Langkat, IDN Times - Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar Webinar di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dengan mengusung tema “Peran Perempuan di Era Digital”.

Pada webinar yang menyasar target segmen masyarakat umum dan sukses dihadiri 311 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.

Di antaranya Edrida Pulungan, seorang Analis Kebijakan Setjen DPD RI dan Founder Lentera Pustaka Indonesia, Dr. Lisa Adhrianti, seorang Dosen UNIB Japelidi, Nani Rahmani, Ketua Humas Salimah Sumut, dan Dr. Apt. Nilsya Febrika Pengurus ALPPIND Sumut.

Penggiat media sosial Salsa Melani Aquina bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya. Hadir pula selaku Keynote Speaker, Samuel A. Pangerapan, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo.

1. Sebagian besar publik tak bisa membedakan informasi bohong

Perempuan Harus Memastikan Perlindungan Identitas di Dunia DigitalIlustrasi hoaks (IDN Times/Sukma Shakti)

Pada Sesi pertama tampil Edrida Pulungan memaparkan literasi adalah solusi, karena sebagian besar publik tak bisa membedakan informasi bohong, maka salah satu kuncinya adalah meningkatkan literasi informasi, media, dan media sosial.

“Perempuan harus cerdas dalam menggunakan internet, menjaga etika dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi, serta menghindari konten berunsur SARA, radikalisme, dan pornografi,” katanya.

2. Perempuan harus memastikan perlindungan identitas digital dan data diri sendiri

Perempuan Harus Memastikan Perlindungan Identitas di Dunia DigitalIlustrasi perempuan Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Lisa Adhrianti, M.Si menjelaskan tentang bagaimana cara agar perempuan aman di dunia digital, yaitu paham proteksi, terampil aplikasi, dan peduli jejak digital. Perempuan harus memastikan perlindungan identitas digital dan data diri sendiri, keluarga maupun orang lain saat kita membagikan pesan maupun memproduksinya sebelum kita sampaikan ke pengguna media lainnya.

Sedangkan Nani Rahmani mengatakan tentang bagaimana cara membangun branding organisasi kita, yaitu pertama, pilih platform yang mendukung image brand organisasi. Kedua, berikan konten unik, bermakna, dan shareable (konten gambar memberikan hasil yang lebih memuaskan daripada artikel biasa). Ketiga, sertakan logo, tagline, dan hashtag.

3. Pikirkanlah sebelum mencurahkan isi hati di media sosial

Perempuan Harus Memastikan Perlindungan Identitas di Dunia Digitalgoogle

Pembicara keempat Dr. Apt. Nilsya Febrika menuturkan basic thinking yang harus kita lakukan di media sosial, yaitu pertama, pikirkanlah sebelum mencurahkan isi hati (curhat) di media sosial.

“Karena media sosial bukanlah dinding ratapan. Kedua, postinglah hal-hal yang bermutu. Ketiga, berhati-hatilah membagikan sesuatu tanpa literasi yang jelas. Keempat, carilah peluang kebaikan,” jelasnya.

Salsa Melani Aquina sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini, menuturkan bahwa siapa saja dapat beropini dan memposting sesuatu di media sosial tanpa melihat gendernya dibandingkan di dunia nyata yang masih terasa bias gendernya. Meskipun kita bebas berpendapat, tetapi tetap ada batasan.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya