Mengenal Santi Budi Lestari, Perempuan Pembuat Batik Tapanuli Selatan

Berdayakan perempuan sekitar untuk produksi Batik Tapsel

Tapanuli Selatan, IDN Times - Dalam keseharian, masyarakat Tapanuli Selatan biasanya hanya mengenal kain jenis tenun, ulos, dan sarung. Namun sejak 2016, mulailah muncul Batik Tapanuli Selatan. Bahkan kini Batik Tapsel dan Tenin sudah resmi menjadi Pakaian Dinas ASN yang dikenakan pada hari kamis ataupun jumat.

Adalah Santi Budi Lestari orang pertama yang memperkenalkan Batik Tapsel. Bahkan kini sudah banyak produk turunannya. Yuk simak kisah Santi Si Penemu Batik Tapsel:

Baca Juga: Ubah Sampah Jadi Emas, Tika Raih Penghargaan Martabe Innovation Award

1. Santi memulai produksi dari rumahnya sendiri

Mengenal Santi Budi Lestari, Perempuan Pembuat Batik Tapanuli SelatanPembuatan Batik Tulis di KUB Batik Tapsel (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Semua bermula pada tahun 2016. Kala itu, perempuan berdarah Jawa yang masih berusia 27 tahun  melihat di Tapanuli Selatan tidak ada batik khasnya. Dimana Santi melihat di Jogja, Solo, dan sebagian besar masyarakat di Jawa memiliki batik khas masing-masing.

Anak sekolah, pekerja kantoran, ASN atau PNS kerap memakai batik pada hari Jumat. Namun anehnya batik yang digunakan batik yang coraknya berasal dari Jawa, tidak ada Batik Khas bercorak Tapanuli Selatan.

Akhirnya ibu satu anak ini berinisiatif mencoba membuat Batik bercorak Tapanuli Selatan. Saat itu Santi masih sendirian dan hanya membuat batik cap. Ia membuat sendiri motifnya lalu memesan cap dari Jawa.

“Kalau di Sumatera gak ada pembuat cap batik, jadi harus pesan langsung dari Jawa. Satu cap paling murah Rp700 ribu,” ungkap Santi pada IDN Times, Selasa (13/9/2022).

Ternyata batiknya diminati. Pada tahun 2017 ia merekrut empat orang untuk membantunya membuat batik cap. Pada tahun 2018, setelah pesanan Batik Tapsel mulai rutin datang, Santi melembagakan usahanya dengan nama Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Tapsel dan sudah memiliki sembilan pekerja perempuan.

Santi berani memakai nama Batik Tapsel karena setelah ia cek kemana-mana memang belum ada yang memakai nama ini. Praktis Santi bisa disebut sebagai penemu Batik Tapsel.

Semua tahapan produksi Batik Tapsel dikerjakan dari rumah Santi di Kampung Pasir Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumut.

2. Produk KUB Batik Tapsel makin beragam

Mengenal Santi Budi Lestari, Perempuan Pembuat Batik Tapanuli SelatanSanti Budi Lestari, Pendiri KUB Batik Tapsel (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

KUB Batik Tapsel kemudian menjalin  program kemitraan dengan Bank Indonesia, Dinas Perdagangan dan KUKM Tapanuli Selatan. Dari sini Santi dan para karyawannya mendapatkan berbagai macam pelatihan. Dari mulai teknik membatik tulis, teknik mewarnai batik, hingga pemasaran.

Produksi batiknya makin beragam. Ada motif salak, kopi, pertanian, dalihan natolu, menara pandang tele, dan lain sebagainya. Ia juga makin sering ikut pameran untuk mempromosikan produknya.

Pada tahun 2018, Bupati Tapanuli Selatan mengeluarga Perda tentang penggunaan Tenun dan Batik untuk seragam ASN pada Hari Kamis dan Jumat. Sejak saat itu, orderan Batik Tapsel makin meningkat.

Selain Sembilan orang pekerja, Santi juga kerap mempekerjakan karyawan harian untuk membantunya. Tak hanya batik cap, KUB Batik Tapsel juga mulai meproduksi Batik Tangan.

“Karena proses membatik ini sangat banyak. Dari mulai mencanting,mencap, merebus, hingga selesai. Jadi saya memberdayakan ibu-ibu dan anak gadis yang tidak sekolah lagi untuk bekerja di sini. Kerjanya bervariasi, ada yang bisa dibawa pulang kerumah juga seperti mencantik tembok dan lain sebagainya,” jelas perempuan 33 tahun ini.

3. PTAR bantu fasilitasi pelatihan dan pengurusan HKI

Mengenal Santi Budi Lestari, Perempuan Pembuat Batik Tapanuli SelatanPembuatan Batik Tulis di KUB Batik Tapsel (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pada tahun 2019, PT Agincourt Resources selaku pengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru, Tapsel, mulai melakukan pembinaan untuk KUB Batik Tapsel. Di antaranya dengan memfasilitasi kegiatan pelatihan batik tulis dan perwarnaan alami bekerja sama dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta.

Saat ini, PTAR juga sedang mendampingi proses pendaftaran karya Batik Tapsel ke Dirjen Kekayaan Intelektual untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sehingga kelak karya KUB Batik Tapsel tidak bisa diklaim oleh pihak lain.

Sejak mendapat dampingan dari PTAR, produksi KUB Batik Tapsel juga terus bertambah. Pada tahun 2021 mulai membuat produk turunan Batik Tapsel yang disebut Bator. Produk kerajinan turunan Batik Tapsel berbekal keterampilan menjahit yang dimiliki oleh beberapa perempuan di Kelurahan Aek Pining yang kemudian tergabung dalam KUB Bator Craft.

Produk turunan batik ini memadupadankan Batik Tapsel dengan bahan-bahan kerajinan lainnya. Misalnya tas, tempat tisu, penutup aqua galon, dompet, souvenir, dan lain sebagainya.

4. KUB Batik Tapsel ingin melebarkan pasar lebih luas

Mengenal Santi Budi Lestari, Perempuan Pembuat Batik Tapanuli SelatanSanti Budi Lestari, Pendiri KUB Batik Tapsel (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Santi mengaku senang dengan pendampingan dari PTAR ini. Menurutnya selama ini kendala utama dari KUB Batik Tapsel adalah keahlian para pekerjaanya. Dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan, keahlian mereka semakin meningkat, pekerjaan semakin cepat, produksi juga meningkat.

“Tahun 2017 itu pengerjaan batik cap satu hari cuma 10 potong kain yang bisa diselesaikan. Sekarang dengan total sembilan anggota dan beberapa pekerja lepas bisa membuat 100 hingga 150 potong kain batik per minggu, harga jual per potong itu Rp175 ribu,” jelas Santi.

Kemudian untuk pekerja yang bisa membuat batik tulis saat ini sudah ada dua orang. Untuk membuat batik tulis prosesnya lebih lama, satu orang membutuhkan sekitar 14 hari untuk mengerjakan satu potong kain Batik Tapsel. Harga per potong paling murah Rp600 ribu.

“Kalau di satu SKPD misalnya, kepala dinas pakai Batik Tulis, sedangkan bawahannya semua pakai batik cap. Jadi selalu ada permintaan untuk Batik Tulis ini, walaupun pengerjaannya lama, namun sepadan lah dengan harganya. Makin sulit pembuatannya makin mahal harganya,” katanya.

Ia pun berharap kedepannya KUB Batik Tapsel bisa melebarkan pasar lebih luas. Misalnya mulai menjual melalui e-Commerce sehingga permintaannya terus meningkat.

“Semakin banyak permintaan, maka akan semakin banyak perempuan di sekitar Batangtoru yang bisa kami berdayakan, kesejahteraan mereka tentu juga ikut meningkat,” pungkasnya.

Baca Juga: Martabe Gelar Operasi Katarak Gratis, Buka Mata Lihat Indahnya Dunia

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya