Masyarakat Digital Harus Cerdas, Cakap, dan Bijak

Hindari adalah fabrication, falsification, plagiarism

Karo, IDN Times - Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara kembali bergulir dengan tajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”.

Eko Pramuji, Sekretaris PWI Jatim dan Ketua Jaringan Media Siber Indonesia Jatim menyampaikan hidup di dua alam bukan hanya hadir secara fisik tetapi juga virtual melalui media sosial dengan berbagai platform.

Masyarakat digital kita seperti digital citizenship, digital lifestyle, digital commerce. Maka hidup dalam masyarakat digital harus cerdas, cakap, dan bijak.

1. Tunjukan perilaku baik di dunia maya

Masyarakat Digital Harus Cerdas, Cakap, dan Bijakhttps://www.redpoints.com/blog/cybercrime/

Meida Rachmawati, Dosen dan Direktur Nusantara Training and Research mengatakan transformasi pendidikan dari belajar tatap muka menjadi belajar virtual.

Tips belajar online tunjukan perilaku baik di dunia maya, pastikan anda terhubung ke SSID wifi yang resmi atau kredibel, jangan terlalu lama di komputer, memastikan kualitas internet, jaga kerahasian dan identitas data pribadi.

2. Menulis yang baik harus hindari adalah fabrication, falsification, plagiarism

Masyarakat Digital Harus Cerdas, Cakap, dan Bijakfreepick.com

Nasrun Salin Siregar, Dosen UIN Sumatera Utara menjelaskan terjadinya plagiat dalam tulisan karena praktis dan simple, kurangnya buku referensi, mudah dan murah, ketidaktahuan etika pengambilan data dan penulisan. Untuk menulis yang baik harus dihindari adalah fabrication, falsification, plagiarism.

3. Orang kurang cakap digital maka akan memicu penyimpangan

Masyarakat Digital Harus Cerdas, Cakap, dan Bijakqbt.com.au/

Anggi Pratiwi Sitorus, Dosen UIN Sumatera Utara menuturkan carilah informasi yang relevan dengan ide atau gagasan yang sudah ditemukan. Tetap tekun dan semangat dalam melakukan proses review tulisan sampai menjadi tulisan yang baik adalah sharing dengan expert, jangan letih untuk “revisi”, teruslah update informasi. 

“Golongan orang tua untuk dapat membantu agar tidak gagap teknologi, untuk dipaksa belajar teknologi. Orang tua akan membutuhkan teknologi karena untuk pelaku usaha. Orang tua karena kurang cakap digital maka akan memicu penyimpangan-penyimpangan,” katanya.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya