Kostrip Kids Jaman Now, Lestarikan Kembali Bahasa Daerah Asli Sumut

Jangan malu dengan bahasa daerah sendiri ya Guys!

Sumut, IDN Times - Buat para perantau dari asal daerah Sumatera Utara ke Jawa, masih sering gak menggunakan logat-logat asli Sumut?

Nah, perlu kamu ketahui bahwa tidak perlu malu untuk berbahasa atau menggunakan logat daerah, selama memiliki moral yang baik.

Rizki Ajura Ayu Ningtia bersama dengan temannya dan dosen pembimbing menciptakan Komik Strip atau Kostrip Kids Jaman Now.

Yuk simak kisahnya!

1. Berisi 99 cerita dengan 9 bahasa dari suku di Sumatera Utara dan 9 karakter moral anak.

Kostrip Kids Jaman Now, Lestarikan Kembali Bahasa Daerah Asli SumutDok. IDN Times/IStimewa

Komik ini berjudul 99,99 Komik Strip Kids Jaman Now yang memiliki arti 99 cerita dengan 9 bahasa dari suku di Sumatera Utara dan 9 karakter moral anak.

"Jadi 99 ini artinya 99 cerita dengan 9 bahasa daerah di Sumatera Utara dan 9 karakter moral anak, contohnya adil, jujur, sopan, saling menghargai, toleransi, bertanggungjawab, kerjasama. Bahasanya Angkola, Mandailing, Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, Pesisir, dan Melayu Deli. Target pembaca anak-anak SD sampai SMP" tutur dara 21 tahun ini.

Komik tersebut diramu dengan latar gambar sesuai konteks etnis yang ada, dan disajikan dengan bahasa daerah setempat yang tidak luput dari kenyataan kondisi milenium yang sedang dihadapi dengan pengungkapan bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan Internasional.

Baca Juga: Jenazah Pendaki Tewas di Kerinci Tiba di Siantar, Ibu: Udah Datang Kau

2. Bahasa daerah hampir punah di era teknologi modern

Kostrip Kids Jaman Now, Lestarikan Kembali Bahasa Daerah Asli SumutDok. IDN Times/IStimewa

Menurut Rizki, komik strip ini didasari dari melihat keprihatinan di kalangan anak muda sekarang.

Anak-anak muda yang telah banyak melupakan bahasa daerah di Sumatera Utara, dan ingin mengangkatnya kembali, melestarikan kearifan lokal, serta bahasa-bahasa budaya, dan tempat-tempat wisata yang ada di Sumatera Utara.

"Jadi anak-anak di era digital yang canggih dengan teknologi ini membuat dampak negatif, terutama bahasa daerah hampir punah dan anak-anak daerah juga sedikit malu menggunakan bahasa daerahnya. Jadi melihat dari situ kita membuat komik yang dengan judul 99,99 komik strip Kids Jaman Now ini karena itu tadi, keprihatinan kita melihat anak-anak muda sekarang melupakan budaya-budaya di Sumatera Utara," ungkapnya.

3. Komik ini mengharumkan nama Sumut hingga ke mancanegara

Kostrip Kids Jaman Now, Lestarikan Kembali Bahasa Daerah Asli SumutIDN Times/Gideon Aritonang

Sebanyak empat orang dengan usia 21 tahun, ini menjadi pencipta kostrip kids jaman now, yang masih kuliah di semester enam di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Rizki sebagai ketua tim. Kemudian, Nabilah Khalisah Boru Simarmata, Meily Winie Manik, dan Dinda Dewi. Serta memiliki dosen pembimbing bernama Fatimah Sari Siregar.

"Karena kita kan dari Sumatera Utara, kita ingin mengangkat kembali kearifan lokal di Sumatera Utara agar terjaga kelestariannya. Nah, kita nih produk pemasarannya kan keseluruh Indonesia dan kita sudah mencapai 9 negara. Jadi kita promosikan ini gak cuman di lokal aja, tapi juga sampai ke mancanegara," ungkap mahasiswa Fakultas Sastra Inggris UMSU ini.

4. Buku sebelumnya diciptakan tentang legenda

Kostrip Kids Jaman Now, Lestarikan Kembali Bahasa Daerah Asli Sumutbumilangit.com

Buku 99,99 komik strip Kids Jaman Now merupakan buku kedua yang diciptakan. Sebelumnya tahun lalu, buku pertama menceritakan legenda di Sumatera Utara. Seperti Danau Toba, Putri Hijau, dan Patung Si Gale-gale.

"Nah, kalau tahun lalu itu legendanya, dan ini kita bahasanya. Dalam buku ini juga ada cerita tarian tradisionalnya, adat istiadat, makanan tradisional, kemudian ada permainannya" jelasnya.

5. Tersedia buku dan versi digitalnya

Kostrip Kids Jaman Now, Lestarikan Kembali Bahasa Daerah Asli Sumutpexels.com/Pixabay

Buku ini sudah terjual hingga 200 lebih, tak hanya cetak. Namun, kostrip juga memiliki versi digital yang sudah di download sebanyak 135 kali di play store. Sedangkan utuk harga yang dijual per buku sebesar Rp110 ribu dengan total 165 halaman.

"Kita lihat dari data penelitian sepenuhnya itu, bahwa penelitian dari UNESCO bahwasannya dari 61 negara , Indonesia posisinya berada di tingkat 60 dengan minat baca yang sangat rendah. Jadi budaya literasi Indonesia itu sangat rendah. Jadi makanya kita menggalakkan lagi bersama Kostrip membantu pemerintah dalam menggerakkan budaya literasi sejak dini," ucap Rizki.

Baca Juga: Pendaki Asal Siantar Meninggal di Gunung Kerinci, Ini Foto Terakhirnya

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya