Koperasi Baburrayyan, Pakai Prinsip Syariah Taklukkan Pasar Kopi Dunia

Ekspor kopi ke berbagai negara dengan omzet Rp165 Miliar

Bener Meriah, IDN Times - DKabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh ada koperasi kelompok petani kopi berbasis syariah. Namanya Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan.

Koperasi ini memilik aset sebesar Rp 13,9 miliar dengan omzet Rp 165 miliar tahun lalu. Anggotanya sudah lebih dari enam ribu orang yang terdiri dari pertani kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Ketua Koperasi Ridwan Husein, Manajer Pabrik Koperasi Haris, dan Humas Koperasi, Iwan Tosah menjelaskan koperasi ini didirikan pada tanggal 21 Oktober 2002. Dari awalnya didirikan oleh 12 orang, kini anggota KBQ Baburrayan sekitar 6 ribu orang yang meliputi 5.810 petani kopi bersertifikasi, 195 orang masyarakat umum, dan lebih dari 100 karyawan.

“Inisiator pendirian Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan adalah Tarmizi A Karim. Modal pertamanya hanya Rp 5.995.000 yang merupakan hasil patungan beberapa orang,” kenang Iwan.

Menurutnya banyak manfaat yang di dapat para anggota  setelah menjadi anggota koperasi. Satu di antaranya, anggota yang sebagian besar petani kopi dapat meminjamkan dana simpan pinjam untuk keperluan rumah tangga dan lain sebagainya. 

Untuk mendapatkan pinjaman di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan, para anggota harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk prosedur peminjaman.

“Pelaksanaan perjanjian yang baik berpedoman kepada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak dengan mengadakan perjanjian berdasarkan standart kontrak secara islami atau syariah,” jelasnya.

Dalam pengajuan permohonan pinjaman ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh setiap anggota, ini merupakan suatu peraturan untuk untuk kelengkapan permohonan pinjaman. Petugas lapangan melakukan survei terhadap pekerjaan, jaminan dan tempat tinggal pemohon.

Petugas membuatkan hasil analisa penyesuaianya dan diserahkan manager. Jika permohonan itu layak manager akan memberikan tanda persetujuan untuk peminjaman.

Dalam pengajuan permohonan pinjaman, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peminjam. Anggotanya harus anggota yang telah terdaftar, mempunyai kebun yang tetap yang telah dikelola sekurang-kurangnya tiga tahun atau mempunyai gudang kopi yang telah dikelola selama satu tahun.

“Pinjaman diprioritaskan untuk kegiatan yang bersifat produktif antara lain menambah modal kerja bagi anggota yang mempunyai jenis usaha seperti perdagangan, sektor perkebunan, dan pendidikan,” terang Iwan.

Baca Juga: PDM Coffee, Made in Pesantren di Sipirok hingga Ekspor ke Korea

1. Latih Petani Hasilkan Kopi Berkualitas

Koperasi Baburrayyan, Pakai Prinsip Syariah Taklukkan Pasar Kopi DuniaPetani Kopi Sipirok studi banding ke KBQ Baburrayyan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Di dataran tinggi Gayo seluas hampir 50 ribu hektare yaitu di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah terhampar perkebunan kopi milik rakyat. Dari daerah berhawa sejuk inilah Kopi Gayo dipasarkan ke mancanegara dan kini menjadi salah satu kopi termahal di dunia.

Peluang inilah yang dilirik oleh KBQ Baburrayyan. Selain simpan pinjam, koperasi juga menerima penjualan biji kopi atau greenbean dari petani. Harga biji kopi akan dinilai berdasarkan kualitas kopi.

Agar kualitas biji kopi yang dihasilkan masyarakat memiliki sesuai standar ekspor, KBQ Baburrayyan memberikan pelatihan kepada petani kopi dari mulai menanam hingga memanen yang baik.

Koperasi juga menerima greenbean dari kolektor. Kolektor yang mengumpulkan gabah dari petani dan mengolahnya menjadi greenbean.

"Jadi standar kualitas sudah diajarkan dari level petani hingga kolektor. Misalnya biji kopi yang dijemur diaspal itu tidak akan laku dijual karena memengaruhi kualitas biji kopi," ujar Iwan.

"Sekarang sudah ada 100 kelompok tani atau kolektor yang bergabung. Sedangkan karyawan koperasi berjumlah 100 orang," tambahnya.

Semua kopi yang diproses pabrik koperasi adalah milik koperasi petani. KBQ Baburrayyan mempunyai mesin Huller atau pengolah kopi sebanyak 11 unit disebar ke sejumlah titik agar mudah dijangkau kelompok tani.

Sebanyak 90 persen kebun kopi yang ada di Gayo sudah ada organik. Sisanya masih belajar organik.

"Di sini kami memproses kopi dengan metode semi-wash. Proses sampai pengemasan harus sangat teliti karena untuk diekspor. Biji yang terlalu kecil atau pecah akan dijual lokal atau juga ke Medan," jelasnya.

Dengan tetap menjaga kualitas, kini jumlah ekspor yang dilakukan koperasi ke Amerika Serikat dan Eropa sebanyak 110 kontainer per tahun. Harga satu kontainer mencapai Rp 1,5 Miliar. Artinya koperasi ini memiliki omset hingga Rp165 miliar per tahun dari ekspor kopi saja.

“Itu belum termasuk biji kopi yang tidak layak ekspor namun dijual pada pembeli lokal,” katanya.

Selama ini pangsa pasar ekspornya meliputi Singapura, Australia, Eropa dan Amerika. Pembeli tertarik dengan kopi gayo kiriman KBQ Baburrayyan karena telah menerapkan standar mutu internasional. Pada tahun ini, volume ekspor kopi Gayo grade 1 ditargetkan sebanyak 2.000 ton. Jumlah ini meningkat dibanding pencapaian tahun lalu sebesar 1.500 ton.

Di pasar kopi dunia, harga kopi gayo sekitar Rp67 ribu sampai Rp74 ribu per kilogram, atau dua kali lipat lebih mahal dibanding Brasil yang merupakan produsen kopi terbesar dunia. Hal ini dikarenakan Gayo memiliki rasa yang khusus di lidah penggemar kopi.

Iapun berharap koperasi petani kopi Sipirok akan segera bisa mandiri dan berjalan lancar untuk membantu kesejahteraan petani kopi yang ada di Tapanuli Selatan.

2. Pakai Transaksi Nontunai

Koperasi Baburrayyan, Pakai Prinsip Syariah Taklukkan Pasar Kopi DuniaPetani Kopi Sipirok studi banding ke KBQ Baburrayyan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Ketua KBQ Baburrayan Ridwan Husin bercerita pada awalnya para petani yang menjual biji kopi dibayar dengan uang tunai. Namun kini, seiring kemajuan teknologi pembayaran sudah bisa dilalukan secara nontunai.

“Dulu saat bendahara koperasi mengambil uang tunai bernilai miliaran rupiah ke bank di Kota Takengon, mereka pernah dibuntuti oleh orang yang mencurigakan. Saat itu, uang milik petani berhasil diselamatkan, tetapi kejadian itu menjadi pelajaran berharga bagi pengurus KBQ Baburrayyan,” ungkapnya.

Sejak kejadian itu, pengurus KBQ Baburrayyan mulai membayar harga kopi petani dengan menggunakan cek. Transaksi non tunai menggunakan cek lebih aman daripada menggunakan  uang tunai.

Setelah ada fasilitas internet dan SMS banking, KBQ Baburrayyan pun meng-upgrade cara pembayarannya.

Ridwan menambahkan, dengan transaksi non tunai, uang yang diterima petani lebih aman, akurat, cepat dan tepat. Antara kolektor dan petani tidak akan terjadi fitnah. Sebab, berapapun angka yang ditransfer, sejumlah itulah yang tertulis dalam rekening petani.

“Setelah menggunakan internet banking dan SMS Banking, kolektor dan petani tidak pernah lagi komplain kepada pengurus KBQ Baburrayyan. Sebab, begitu uang dikirim laporan akan masuk ke handphone petani,” jelas Rizwan.

Baca Juga: Gayo Emang Juara! Ini 7 Jenis Kopi Indonesia yang Sukses Mendunia

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya