Diduga Eksploitasi Anak, Lima Ibu-ibu Pengemis Ditangkap Polisi

Sebanyak 20 anak juga diboyong ke Mapolsek Medan Helvetia

Medan, IDN Times - Pengemis atau peminta-minta yang kerap mengadu nasib di persimpangan Jalan Sei Sikambing, Kecamatan Medan Helvetia berhamburan begitu melihat pasukan Polsek Medan Helvetia datang, pada Rabu (18/9) sekira pukul 19.30 WIB.

Aksi kejar-kejaran pun terjadi. 15 orang terdiri dari anak-anak dan orang tua diamankan. Mereka lalu dibawa ke markas komando untuk diperiksa. Setelah aman, penderma yang lolos kembali berkumpul. Prihatin, mereka sepakat mendatangi mapolsek untuk membebaskan temannya. Dengan naik angkutan kota (Angkot) Koperasi 65 yang disopiri Agus (50) mereka ke sana.

Tapi, apa yang diharapkan berbanding terbalik, niat mau menyelematkan malah diamankan. Sehingga total yang diamankan menjadi 20 anak, lima orang ibu, dan termasuk sang sopir angkot.

1. Mereka diamankan terkait adanya dugaan eksploitasi anak

Diduga Eksploitasi Anak, Lima Ibu-ibu Pengemis Ditangkap PolisiDok. IDN Times/IStimewa

Polisi melakukan penertiban berdasarkan laporan masyarakat yang menyebutkan ada angkot dengan nomor trayek 65 BK 1170 UE yang membawa puluhan anak-anak dari Jalan Padang, Medan Tembung menuju simpang Sei Sikambing untuk meminta-minta. Tujuannya agar masyarakat iba lalu memberikan uang kepada mereka.

"Begitu ada laporan kita langsung melakukan peninjauan ke lapangan. Hasilnya, mereka ditemukan di wilayah Medan Helvetia. Datanya 20 anak dan lima ibu-ibu," kata Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dadang Hartanto di Polsek Medan Helvetia, Kamis (18/9).

Kasus ini, sambung Dadang, akan menjadi perhatiannya lantaran mereka melibatkan anak-anak dan balita. Untuk usia 1,5 dan 2 tahun ada lima orang. Lebihnya berumur belasan yang masih SD dan SMP. Anak-anak ini sampai malam berada di jalanan untuk meminta-minta, tujuannya agar orang merasa iba dan akhirnya mau memberi uang.

"Bagi anak-anak di jalanan pada malam hari kan tidak baik. Mereka minta-minta dari pukul 20.00-22.30 WIB, dan uang yang didapat Rp 40-50 ribu," ungkapnya.

Baca Juga: [BREAKING] Orangutan Tapanuli Ditemukan Kurus dan Penuh Luka Sayatan

2. Pendataan akan dilakukan agar mendapat dukungan dari pemerintah

Diduga Eksploitasi Anak, Lima Ibu-ibu Pengemis Ditangkap PolisiDok. IDN Times/IStimewa

Menurut Dadang, penanganan permasalahan ini menjadi sasaran prioritas untuk menjadikan Medan bersih dari pengemis yang membawa anak untuk meminta-minta, terutama anak di bawah lima tahun.

Untuk itu, meskipun masih banyak keterbatasan. Dia menyebut masih ada solusi yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan mendatangi rumah mereka untuk mengetahui bagaimana kondisi di lingkungannya.

"Kita sudah lakukan identifikasi dengan datangi rumahnya," ujarnya.

Setelah itu, pihaknya akan mendata mereka (penderma) apakah sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah atau belum. Misalnya seperti program-program yang menunjang perekonomian mereka.

"Dari pemerintah kan ada, bagaimana peluang untuk pemberdayaan ekonomi. Misalnya dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang meningkatkan ketrampilan sehingga menunjang ekonomi mereka," kata Dadang lagi.

3. Jika membandel akan ada upaya lebih tegas terhadap orang tua

Diduga Eksploitasi Anak, Lima Ibu-ibu Pengemis Ditangkap PolisiDok. IDN Times/IStimewa

Lebih lanjut Dadang menegaskan, apabila ternyata mereka (orang tua) tak mengindahkan program dan tetap mengikutsertakan anaknya meminta-minta, tentu ada upaya yang lebih tegas. Tujuannya agar menyelamatkan anak-anak tersebut untuk ditanggung oleh negara.

"Kalau orangtuanya tidak bertanggungjawab dan ini terkoodinir, mereka bisa dikenakan traffic in person. Upayanya dari soft hingga hard akan dilakukan untuk menjaga anak-anak ini tidak dimanfaatkan orang-orang yang lebih tua, meskipun orang tuanya. Ini kita masih dalami," jelas Dadang.

4. Dinas Sosial Kota Medan mengaku sudah melakukan assesment

Diduga Eksploitasi Anak, Lima Ibu-ibu Pengemis Ditangkap PolisiDok. IDN Times/IStimewa

Kepala Dinas Sosial Kota Medan, Endar Sutan Lubis mengaku pihaknya juga sudah mendata. Solusi pertama adalah pemberdayaan secara ekonomi dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama.

"Kita data apakah mereka sudah terima program atau belum, misalnya Program Keluarga Harapan (PKH), BPJS, KIS atau KIP untuk anak-anaknya, akan kita cek," sebut Endar.

Endar menjelaskan, hasil pemeriksaan secara lisan mereka tinggal di Jalan Padang, Kelurahan Banten, Kecamatan Medan Tembung. Dia pun mengatakan sudah melakukan assesment dan akan dilanjutkan dengan kunjungan keluarga.

"Apakah termasuk orang tua bertanggung jawab atau tidak. Kalau tidak, akan kita angkat sebagai anak negara dan dididik di panti yang menangani anak-anak terlantar," jelas Endar.

5. Himpitan ekonomi jadi dalih orang tua ajak anaknya mengemis

Diduga Eksploitasi Anak, Lima Ibu-ibu Pengemis Ditangkap PolisiDok. IDN Times/IStimewa

Salah seorang ibu yang diamankan, Efi Sanora Sihombing (28) ketika ditanyai mengaku terpaksa mengajak buah hatinya SIJ (6) dan QW (2) mengemis. Alasanya demi menutupi kebutuhan keluarga.

"Saya dulu bekerja di rumah makan dan anak dititipkan. Tapi, pada saat bermain, anak saya tidak sengaja menusuk mata temannya. Jadi pendapatan kerja habis buat ganti rugi," katanya.

"Semenjak kejadian itu saya tidak bekerja dan fokus menjaga anak. Tapi, lantaran tak ada pendapatan saya coba-coba jadi pengemis. Karena kalau mengandalkan pendapatan suami yang merantau dan dua bulan sekali baru pulang, tak cukup," sambungnya.

Efi mengaku sudah dua bulan mengemis. Dia berangkat dari rumah dari pukul 18.00 WIB dan pulangnya sekitar pukul 22.00 WIB. "Sehari dapatlah Rp 30-50 ribu, hanya cukup untuk makan," kilahnya.

Efi sadar bahwa mengajak anaknya untuk mengemis di jalanan adalah kesalahan. Akan tetapi, beralaskan himpitan ekonomi ia tetap mengikutsertakan anaknya.

"Saya tahu enggak boleh bawa anak. Saya tahu itu salah. Tapi ini semua saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup," sebutnya.

Hal senada juga dikatakan Rini Sibuea yang sudah enam bulan menjalani pekerjaan sebagai pengemis. Dia memilih menjadi peminta-minta setelah ditinggal mati sang suami. Dia turut membawa anaknya RP (6) dan A (1,5). Sedangkan D (4) ditinggalnya karena ada sakit sesak.

"Saya sempat kerja tapi tak bertahan lama. Kadang dapat Rp 50 ribu, tapi mau juga enggak ada dapat. Ini hanya untuk menutupi kebutuhan hidup. Saya banyak utang, makanya harus kerja begini," akunya.

Soal mengapa bisa sering pergi bersama dengan yang lain, Rini mengatakan itu hanya kebetulan bertemu di jalan. Dan ia mencoba menyakinkan bahwa tidak ada setor kepada siapapun. Katanya, hasil mengemis murni untuk dirinya sendiri.

"Saya tahu salah mengemis bawa anak," katanya.

Baca Juga: Luar Biasa, Pengemis Ini dapat Rp300 Ribu Per Hari, Kalah Gaji Pegawai

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya