Anak Milenial Masuk Bursa Menteri Jokowi, Pengamat: Ini Sudah Masanya

Medan, IDN Times - Nama-nama sejumlah anak muda berprestasi di Indonesia kini mulai bermunculan untuk masuk dalam bursa menteri Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.
Sebut saja di antaranya Emil Dardak, Arwani Syaerozi, Arief Rosyid, Prananda Surya Paloh, Grace Natalie, hingga Angela Herliani Tanoesoedibjo.
Lantas, tepatkah jika Jokowi memilih kaum milenial ini masuk dalam kabinet?
Yuk simak pendapat dari Pengamat Politik Universitas Sumatera Utara (USU) Fernanda Putra Adela.
1. Pilih sosok dari parpol atau profesional?
Fernanda atau yang akrab disapa Tata ini mengatakan munculnya nama-nama muda untuk kandidat menteri pemerintahan Jokowi-Maruf Amin di periode mendatang memang sudah lama terdengar.
Beberapa waktu lalu bahkan Jokowi sebagai presiden terpilih mengkonfirmasinya sendiri. Persoalannya siapa sosok muda yang akan duduk menjadi menteri masih jadi pertanyaan besar. Apakah dari parpol atau profesional?
Di Malaysia ada menteri berumur 26 tahun, namanya Syed Saddiq berasal dari partai Pribumi Bersatu Malaysia. Jika rujukannya atau mengambil sampel dari fenomena di Malaysia maka kemungkinan Jokowi akan mengangkat dari partai politik.
"Saya pikir Angela Tanoe dari Perindo, Prananda Paloh dari Nasdem dan Raja Juli Antoni dari PSI bisa jadi kandidat menteri. Satu lagi, nama Tsamara Amany kader PSI bisa jadi kejutan untuk menteri yang diangkat Jokowi," katanya kepada IDN Times, Kamis (4/7).
Baca Juga: Ini 5 Nama Milenial yang Masuk Bursa Menteri Kabinet Jokowi-Ma'ruf
2. Posisi menteri agama akan sulit diisi oleh anak muda
Namun Tata menegaskan untuk pos Menteri Agama kemungkinan tidak akan diisi oleh orang muda. Karena ini berkaitan dengan banyak agama yang membutuhkan penguasaan yang luas tentang keberagaman.
"Saya pikir menteri agama masih akan diisi oleh kader NU yang usianya diantara 45-50 tahun," jelasnya.
3. Eranya anak muda menjadi pemimpin
Sejak awal tahun 2000-an dan puncaknya 2014, menurut Tata adalah masa-masa krusial terkait kepimpinan di banyak kasus di dunia.
Presiden Prancis Macron terpilih diusia 38 tahun, kanselir austria terpilih kanselir di usia 30 tahun, dan Juri Ratas jadi PM Estonia saat usianya 38 tahun.
Fenomena anak-anak muda saat ini jadi pemimpin sedang terjadi. Apalagi Jokowi baru saja ikut pertemuan G-20 di Osaka, Jepang. Tentu sedikit banyak Jokowi terinspirasi kepemimpinan anak muda di berbagai belahan dunia.
Terakhir, Ivanka Trump, anak Donald Trump sudah memberikan pidato di acara G20. umurnya saat ini 37 tahun.
4. Apa sih kelemahan dan kelebihannya kalau anak muda menjadi menteri?
"Kelebihan jika anak muda jadi menteri maka akan lebih adaptif terhadap situasi global. karena jadi menteri itu kan yang diurus bukan cuma hal-hal yang sifatnya administrasi tapi juga harus inovatif. Apalagi industri unicorn di Indonesia lagi tumbuh seperti Gojek, bukalapak dan lain-lain. Hal ini lebih mudah ditangani anak muda," jelasnya Dosen Departemen Ilmu Politik USU ini.
Soal kelemahan tentu hal yang lumrah. Brand anak muda di hadapan para eselon di kementerian yang umurnya tentu lebih tua.
"Saya pikir ini sudah masanya Indonesia punya menteri anak muda," ungkap Tata.
"Untuk politisi tua ini persoalannya beda, lambat laun kan pasti mereka berganti. Tapi kan ini bahan eveluasi tersendiri ke depan. Jadi ada sinergitas antara tua dan muda dalam kabinet Jokowi di periode kedunya ini," tambahnya.
Baca Juga: Diberi Trump Permen, Ini Suasana Akrab Jokowi dan Pemimpin Negara G20