TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dorong Kebebasan Pers, Komite Keselamatan Jurnalis Sumut Dibentuk

Angka kasus kekerasan terhadap jurnalis di Sumut tinggi

Komite Keselamatan Jurnalis Sumatra Utara resmi dibentuk pada Sabtu (24/2/2024). (Dok KKJ Sumut)

Medan, IDN Times – Kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis masih terjadi di Sumatra Utara. Merespon itu, sejumlah jurnalis yang tergabung di dalam komunitas pers membentuk Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) Sumatra Utara.

KKJ Sumut resmi dibentuk pada Sabtu (24/2/2024). Selain organisasi pers, KKJ juga menggandeng sejumlah Civil Society Organization (CSO).

Sebelum deklarasi pembentukan, para jurnalis melakukan grup diskusi terfokus membahas sejumlah kasus yang terjadi di Sumatra Utara. Adapun peserta dalam FGD kali ini diantaranya Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumatera Utara, Pewarta Foto Indonesia (PFI) Medan, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumatera Utara. Kemudian Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Perhimpunan Bantuan Hukum Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara (BAKUMSU), Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

"Tujuannya, menjaga kebebasan pers di Sumatera Utara," ucap Ketua Divisi Advokasi AJI Indonesia, Erick Tanjung setelah deklarasi KKJ Sumatera Utara di Kota Medan.

1. Kasus kekerasan terhadap jurnalis masih tinggi di Sumut

Komite Keselamatan Jurnalis Sumatra Utara resmi dibentuk pada Sabtu (24/2/2024). (Dok KKJ Sumut)

Angka kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia masih cukup tinggi. Dalam laporan kebebasan pers tahun 2023 yang dirilis AJI pada 31 Januari 2024, sebanyak 89 kasus kekerasan terhadap jurnalis dan media terjadi sejak 1 Januari hingga 30 Desember 2023.

Dari jenis kasus kekerasan yang dihadapi jurnalis dan media, sebagian besar kasusnya berupa kekerasan fisik (19 kasus), kemudian serangan digital (14 kasus), teror dan intimidasi (14 kasus), ancaman (12 kasus). Pelarangan liputan (9 kasus), penghapusan hasil liputan (6 kasus), kekerasan seksual/berbasis gender (5 kasus), perusakan atau perampasan alat (5 kasus), pelecehan (1 kasus) dan penuntutan hukum (1 kasus) serta sensor (1 kasus, ini sensor Detik,com terkait opini perubahan iklim).

Sumatra Utara, menjadi kota ketiga dengan angka kekerasan terhadap jurnalis paling tinggi setelah DKI Jakarta dan kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Kata Erick, ini berangkat dari masifnya serangan terhadap jurnalis saat melakukan tugas profesi. Misalnya, serangan digital, doxing, fisik, teror dan intimidasi bahkan sampai pelarangan liputan serta penghapusan hasil liputan.

"Itu banyak terjadi di Sumatera Utara. Sehingga, penting ada KKJ sebagai upaya untuk mendampingi jurnalis dan media. Setelah ada strukturnya, semoga penanganan kasus kekerasan terhadap jurnalis di wilayah ini lebih efektif," tutur Erick.

2. KKJ Sumut jadi wadah perjuangan jurnalis untuk kebebasan pers

Komite Keselamatan Jurnalis Sumatra Utara resmi dibentuk pada Sabtu (24/2/2024). (Dok KKJ Sumut)

Direktur Lembaga Bantuan (LBH) Medan, Irvan Saputra, mengatakan Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) ini diharap menjadi wadah untuk memperjuangkan kawan-kawan jurnalis, yang betul-betul menjalankan kerja jurnalistik. Apalagi hari ini banyak menjadi korban, seperti kekerasan fisik, psikis, seksual, intimidasi, doxing dan seterusnya.

“Selamat kepada kawan-kawan karena hari ini, 24 Februari telah terbentuk Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) Sumatera Utara (Sumut). Kita LBH Medan sangat mengapresiasi, mendukung dan berharap berjalan konsisten,” kata Irvan usai menandatangani deklarasi KKJ Sumatera Utara.

KKJ, kata Irvan, harus menjadi wadah perjuangan kebebasan jurnalis dan hak asasi manusia. “Saya pikir KKJ ini nantinya bisa menyuarakan kebebasan berpendapat, berekspresi untuk jurnalis dalam menjalankan tugas-tugasnya, apalagi sebagai pilar demokrasi,” tambah Irvan.

Berita Terkini Lainnya