Operasi Semut Merah dan Terbongkarnya Rencana Pemakzulan Gus Dur

Dibahas gamblang dalam buku Menjerat Gus Dur karya Virdika

Jakarta, IDN Times - “Maka, Wakil Presiden Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, ditetapkan sebagai presiden Republik Indonesia,” kata Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Amien Rais, kala memimpin Sidang Istimewa (SI) MPR, Senin, 23 Juli 2001 silam.

Tok! Tok! Ketukan palu sidang menandakan berakhirnya era Presiden Abdurrahman Wahid. Tepuk tangan bersambut gemuruh takbir bergema di penjuru Ruang Paripurna MPR. Setidaknya, bagi 592 dari 601 anggota MPR masa itu, melengserkan sosok yang karib disapa Gus Dur adalah sebuah keharusan, jika tidak mau disebut sebagai sebuah prestasi.

Wacana untuk memakzulkan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu sayup-sayup terdengar sejak Gus Dur memecat Menteri BUMN, Laksamana Sukardi, serta Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Jusuf Kalla. Keputusan tersebut mengakibatkan dua partai dengan suara terbanyak, PDIP dan Golkar, geram. Terlebih, alasan pencopotannya terkesan dibuat-buat. Gus Dur gagal membuktikan bahwa mereka berdua terlibat tindakan nepotisme.

Kegaduhan politik tak bisa terbendung ketika suami dari Sinta Nuriyah itu mencopot Kapolri Suroyo Bimantoro kemudian menunjuk Komjen Chaeruddin Ismail sebagai pjs Kapolri. Masalahnya adalah pencopotan tersebut dilakukan secara sepihak, tanpa konsultasi dengan MPR, yang saat itu merupakan lembaga tertinggi negara atau lembaga yang memiliki kuasa untuk memilih serta menurunkan presiden.

Gesekan antara Gus Dur dengan MPR semakin tajam ketika sang pemimpin eksekutif mengeluarkan Dekrit Presiden. Dini hari, Senin (23/7/2001), pukul 01.10 WIB, Dekrit Presiden resmi dibacakan di Istana Negara. Tiga poin utama dari dekrit tersebut adalah membekukan DPR/MPR, membubarkan Golkar, serta mempercepat pelaksanaan pemilu.

Tidak butuh waktu lama bagi Parlemen untuk merespons sikap politik Gus Dur. Pada 02.45 WIB, Ketua MPR Amien Rais menggelar konferensi pers sebagai bentuk penolakan terhadap dekrit sekaligus menyatakan apa yang dilakukan Gus Dur merupakan tindakan inkonstitusional.

Serentetan peristiwa politik masa itu berujung SI MPR yang dipercepat, awalnya diagendakan pada 1 Agustus 2001 diubah menjadi 23 Juli 2001. Kekuatan politik yang semula mengusung Gus Dur sebagai RI 1 berubah haluan menjadi pihak yang sangat ingin melengserkannya. Bahkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai mesin politik yang didirikan oleh Gus Dur sekali pun tidak kompak menanggapi SI MPR. Muncul faksi PKB yang mendukung pemakzulan Gus Dur.

1. Kisah di balik layar buku Menjerat Gus Dur

Operasi Semut Merah dan Terbongkarnya Rencana Pemakzulan Gus DurDiskusi dan Bedah Buku "Menjerat Gus Dur" by IDN Times (IDN Times/Arief Kharisma Putra)

Setelah 18 tahun berlalu, kisah pemakzulan Gus Dur kembali menjadi perbincangan di jagat maya. Tidak lain karena seorang jurnalis, Virdika Rizky Utama menemukan dokumen rahasia bertajuk “Operasi Semut Merah”. Deretan nama politikus kondang termuat dalam dokumen tersebut, sebut saja Amien Rais, Fuad Bawazier, Akbar Tandjung, Arifin Panigoro, Surya Paloh, hingga Priyo Budi Santoso.

Lebih menarik lagi, dokumen tersebut ditemukan oleh Virdi, sapaan hangatnya, di tengah tumpukan dokumen yang hendak diloakkan di depan Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Pusat. Bisa jadi latar belakangnya sebagai alumni jurusan sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang menggugah rasa penasarannya terhadap dokumen-dokumen lawas.

“Jadi 2,5 tahun lalu, saya ditugasi meliput Pak Setnov (Setya Novanto) di DPP Golkar, yang waktu itu lagi renovasi di Slipi. Setelah liputan, doorstop, bikin berita, saya lihat pegawai bersih-bersih bawa banyak tumpukan map. Saya iseng tanya ‘ini apa ya’, kata dia ‘dokumen-dokumen lama mas, ini kan mau direnovasi, ‘Saya boleh lihat gak?’ saya tanya, karena dibolehin ya sudah 15-30 menit saya iseng lihat-lihat dokumen itu,” ungkap Virdi saat diskusi bersama IDN Times di kantor IDN Media HQ, Kuningan, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Perhatian Virdi akhirnya tertuju pada map coklat yang memuat tumpukan dokumen bertuliskan fax. Dia bertanya apakah dokumen tersebut boleh dibawa pulang atau tidak. “Boleh mas, orang ini mau dikiloin,” kata Virdi meniru penuturan petugas kebersihan.

Dokumen itulah yang menjadi landasan awal Virdi menulis buku “Menjerat Gus Dur”. Selama lebih dari satu tahun, ia menghabiskan waktu untuk menelaah kembali berbagai dokumen dan berita mengenai Gus Dur.

Lebih penting lagi, sebagai jurnalis, Virdi mengonfirmasi kepada pihak-pihak yang namanya tertulis dalam dokumen tersebut. Apakah dokumen tersebut benar adanya? Apakah memang benar Gus Dur dimakzulkan secara terstruktur, sistematis, dan masif?

Baca Juga: Kisah Detik-detik Pemakzulan Gus Dur dan Tokoh Penting di Baliknya

2. Operasi Semut Merah, skenario melengserkan Gus Dur

Operasi Semut Merah dan Terbongkarnya Rencana Pemakzulan Gus DurDiskusi dan Bedah Buku "Menjerat Gus Dur" by IDN Times (IDN Times/Arief Kharisma Putra)

Berikut salinan dari dokumen tersebut sebagaimana ditampilkan secara utuh dalam buku Menjerat Gus Dur.

  • Dokumen Fuad Bawazier dan Dokumen Perencanaan Priyo Budi Santoso
  • Surat Akbar Tandjung ke MA dan balasannya

Kepada Yang Terhormat

Bang Akbar Tandjung

Di Jakarta

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Langsung saja, dengan ini saya laporkan kepada Bang Akbar tentang percepatan situasi yang berkembang di luar gedung Parlemen berkaitan dengan pelaksanaan sekenario Semut Merah (SEMER) dengan skenario pertama. Tugas yang diberikan kepada saya terkait dengan penggalangan opini dan dukungan masyarakat luas, mahasiswa, media, Ormas, pengusaha, cendekiawan, preman, dan kelompok kanan, serta masyarakat lainnya di seluruh Indonesia dalam rangka penjatuhan kredibilitas Presiden Wahid melalui kasus Buloggate dan Brunaigate telah berjalan sesuai rencana.

Bahkan lebih dari itu, kekuatan dan efek dari operasi tahap pertama ini ---menurut pandangan saya--- sudah harus ditingkatkan kepada pelaksanaan skenario kedua, yakni: Memaksa Abdurrahman Wahid Mundur dan Mendorong Megawati Sukarnoputri menjadi Presiden, yang akan bisa kita kendalikan dan pada akhirnya akan kita singkirkan juga.

Berikut laporan garis besar dan beberapa rekomendasi yang dihasilkan dari pelaksanaan skenario pertama, yakni:

1.    BEM PTN dan PTS seluruh Indonesia yang selama ini telah kita koordinir di Cilosari dan Diponegoro (PB HMI), serta kelompok kanan Ormas Islam yang tersentral di tiga titik lainnya, yakni: Masjid Sunda Kelapa, Istiqlal dan al-Azhar mulai bergerak secara massif, bergelombang dan bersamaan hampir di seluruh Indonesia dengan satu komando issu menuntut Abdurrahman Wahid mundur. Khusus untuk pengepungan Senayan dalam rangka mem-pressure DPR agar menerima hasil kerja Pansus yang menyatakan Abdurrahman Wahid telah menyalahgunakan kekuasaannya (Abuse of Power) secara langsung dipelopori oleh para ILUNI pro kita, para rector serta Ketua Umum BEM UI dan UMJ. Mereka semua ini bergerak dibawah komando langsung Ketua Umum PB HMI Fakhruddin cs.

2.    Pada saat sidang paripurna digelar, adik-adik mahasiswa ini akan bergabung langsung dengan seluruh massa aksi dari rekan-rekan Pemuda Partai Keadilan yang langsung dibawah komando saudara Hidayat Nur Wahid, Gerakan Pemuda Ka'bah yang dimobilisir oleh saudara Ali Marwan Hanan, massa PBB di bawah saudara Hamdan Zoelva, massa PAN di bawah saudara Patrialis Akbar, dan massa rakyat dan preman yang diorganisir oleh saudara Yapto dan DPP Pemuda Pancasila. Pada saat itulah komando akan saya pegang langsung, sedangkan operator di lapangan akan dipimpin oleh Ketua Umum KAMMI, AMPI, GPK, BM PAN, PB HMI, HAMAS, dan IMM.

3.    Gerakan ini Insya Allah akan memperoleh dukungan penuh dari Zoelva Lindan dan Julius Usma yang telah mampu mempengaruhi beberapa kantong massa PDIP untuk bergabung melakukan demonstrasi menyikat Gus Dur di Sidang Parlemen.

4.    Kita juga telah melakukan aksi borong dollar di pasar Valuta asing dan bursa efek ---untuk menjatuhkan nilai tukar rupiah--- di dalam dan luar negeri (terutama di London, Hongkong, dan Singapura) secara langsung dibawah kendali Bendahara Umum DPP Golkar. Aksi borong dollar ini juga didukung oleh Bambang Tri Atmojo, dan Liem Sioe Liong, Arifin Panigoro.

5.    Seluruh kerja media massa (cetak dan elektronik) yang bertugas mem-blow up secara kolosal dan provokatif semua pemberitaan berkaitan dengan tuntutan mundur terhadap Abdurrahman Wahid sudah di-arrange langsung oleh saudara Parni Hadi dan Surya Paloh sedangkan operator teknis di lapangan saya telah menyiapkan banyak kaki terutam diparlemen.

6.    Penggiringan opini publik oleh para tokoh dan cendekiawan atas kegagalan pemerintahan Abdurrahman Wahid lewat tulisan di media massa yang dimobilisir langsung oleh Azumardi Azrha, Dr. Syahrir, dan rekan-rekan KAHMI telah mampu meyakinkan publik bahwa Abdurrahman Wahid memang benar-benar gagal mengemban amanat reformasi.

7.    Tugas saudara Din Syamsuddin untuk mengendalikan MUI lewat kasus Ajinomoto telah berhasil memaksa para ulama dan tokoh agama mencabut dukungannya kepada presiden Wahid.

Dengan posisi Wakil Presiden, mas Amien Rais bisa bermain lincah untuk melakukan penggembosan dari dalam lewat isyu ketidakbecusan Megawati dalam mengatasi krisis ekonomi dan penyelesaian disintegrasi bangsa.

Untuk itu, mulai sejak sekarang kita harus pegang dan bantu secara kongkrit saudara-saudara kita dari luar jawa yang menginginkan kemerdekaan. Sedangkan untuk persoalan krisis ekonomi, sabotase akan terus dijalankan melalui jalur kawan-kawan lama kita di era Pak Harto yang sakit hati melihat ini semua. Tetapi semuanya ini tergantung anggota tim yang lain, apakah usulan saya ini diterima atau tidak.

Sebagai bahan pertimbangan operasi di lapangan, saya meminta khabar dari Bang Akbar dan kawan-kawan tentang perkembangan di dalam Gedung senayan lewat jalur yang sudah tersedia saja, yaitu seluruh perkembangan situasi di dalam gedung kirim saja melalui saudara Anas Urbaningrum sebagai penghubung kita. Saya optimis bahwa skenario ini akan berjalan mulus.

Dengan begitu, misi kita untuk menyelamatkan seluruh asset politik dan ekonomi serta investasi kita serta pengeluaran dana operasi sebesar 4 T, yang sudh saya sediakan tidak menjadi sia-sia dan dapat mengembalikan kejayaan kita yang telah dirampas sejak reformasi.

Akhirnya, semua ini tergantung perjuangan Bang Akbar bersama rekan-rekan yang berada di dalam Gedung DPR RI Senayan Jakarta. Demikian, atas dukungan dan keseriusan rekan-rekan di Gedung Senayan saya sampaikan terima kasih

Billahi at-taufiq wal hidayah

Jakarta, 29 Januari 2001

 

Hormat saya,

 

Fuad Bawazier

3. Priyo membantah sebagai sosok yang menulis dokumen tersebut

Operasi Semut Merah dan Terbongkarnya Rencana Pemakzulan Gus DurDiskusi dan Bedah Buku "Menjerat Gus Dur" by IDN Times (IDN Times/Arief Kharisma Putra)

Secara kasat mata, dokumen temuan Virdi seolah-olah buah pikiran Priyo Budi Santoso. Lebih-lebih, Priyo seolah mengakui hal tersebut.

“Priyo meyakini bahwa 60-70 persen isi dokumen tersebut merupakan idenya. Akan tetapi, dia menolak merinci poin-poin mana saja yang merupakan idenya. Selain itu, Priyo juga mengklaim bahwa bukan dirinya yang menuliskannya ke Akbar Tandjung. Priyo menduga dokumen tersebut dibuat oleh intelijen,” tulis Virdi sebagaimana hasil wawancara dengan mantan Wakil Ketua DPR RI itu.

Akan tetapi, politikus yang dijuluki “Koboi Senayan” itu memberikan keterangan yang berbeda ketika berdiskusi dengan IDN Times. Dia mengoreksi tulisan Virdi dengan mengatakan bahwa 60-70 persen isi dari dokumen tersebut adalah fakta saat itu bukan gagasannya.

Priyo berdalih, sangat tidak mungkin dirinya bisa menggagas ide yang begitu dramatis dan “jahat”. Dia juga tidak yakin bisa mengumpulkan sederet politisi kondang di satu titik. “Seolah-seolah saya menulis di pertemuan tersebut dan seolah-olah saya hadir mengumpulkan para tokoh, itu gak masuk akal,” terang Priyo.  

Dia menambahkan, “saya harus memuji penulis yang konon menggunakan nama saya. Dipastikan bukan saya yang tulis. Tapi, dilalahnya, itu 60-70 persen benar adanya. Ya seperti situasi saat itu. Jadi harus saya luruskan, itu bukan ide saya.”

Lantas, siapa yang menulis dokumen tersebut? Priyo meyakini dokumen tersebut adalah bagian dari operasi intelijen. Sebab, narasi yang digunakan dalam dokumen itu terkesan ditulis oleh seorang intelektual, paham politik, dan berada di lingkaran anti-Gus Dur. “Itulah saya menyebutnya ghost writer,” imbuhnya.

Ketika ditanya apakah Priyo mengetahui terkait pertemuan tersebut, ia menjawab, “saya gak menyaksikan (pertemuan), tidak hadir, dan tidak ingin untuk hadir. Tetapi bahwa saya mendengar ada persiapan gini-gini (melengserkan Gus Dur), ya saya dengar.”

Sebagai informasi, Priyo mengabarkan bila dokumen bertajuk Operasi Semut Merah itu pernah viral beberapa tahun lalu, tidak lama setelah Gus Dur dilengserkan. Beberapa media menamakan dokumen tersebut sebagai Dokumen FB (Fuad Bawazier) atau Dokumen PBS (Priyo Budi Santoso). Dengan kata lain, bukan pertama kalinya dokumen temuan Virdi tentang operasi menjerat Gus Dur menjadi perbincangan publik.  

IDN Times juga mengkonfirmasi Parni Hadi terkait kebenaran dokumen. Parni disebut sebagai pihak yang mengelola opini publik melalui media massa, mengingat ia pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi ANTARA.

“Saya tidak merasa jadi bagian dari kelompok itu,” kata Parni melalui pesan singkat.

Konfirmasi serupa juga IDN Times lontarkan kepada Fakhruddin selaku Ketua Umum PB HMI masa itu. Dia tidak memberikan jawaban secara gamblang. Namun, dia mengatakan dia akan menyusun buku yang memaparkan bagaimana peran HMI dalam melengserkan Gus Dur.

4. Tidak ada pilihan lain kecuali melengserkan Gus Dur

Operasi Semut Merah dan Terbongkarnya Rencana Pemakzulan Gus DurDiskusi dan Bedah Buku "Menjerat Gus Dur" by IDN Times (IDN Times/Arief Kharisma Putra)

Menanggapi fenomena pemakzulan Gus Dur, Priyo menyebut kondisi politik masa itu tidak memberikan banyak pilihan. Dia berkali-kali mengkritik inkonsitensi Gus Dur dalam bersikap. Dia menganalogikannya sebagai, “hari ini ngomong tempe, besok bisa ngomong kedelai.”

Di sisi lain, Priyo menilai pernyataan kontroversial Gus Dur justru menyulut kemarahan banyak elite. Seperti, ketika Gus Dur menyematkan istilah Taman Kanak-Kanak (TK) kepada DPR. Priyo juga mengakui bila kesehatan Gus Dur menimbulkan masalah lain. Sebab, tidak jarang ia mendapat bisikan-bisikan yang tidak benar mengenai kondisi bangsa.

“Pelatuknya adalah dekrit, waktu itu Parlemen dan Golkar mau dibubarkan, terus militer kembali ke barak. Saya tidak tahu siapa yang menyarankan (kebijakan Gus Dur), menurut hemat saya, ini ceroboh, semua pihak dimusuhi. Sehingga waktu itu gak ada pilihan lain, karena memang situasinya begitu. Waktu itu hanya F-PKB yang membela beliau,” papar Sekjen Partai Berkarya itu.

Menariknya, Priyo berdalih jika ia bisa memilih, maka ia lebih memilih untuk tidak melengserkan Gus Dur. “Menit-menit terakhir saya ikut kritik Gus Dur. Tapi, kalau saya memilih, ini sesuai pribadi dan hati Nurani saya, saya tidak setuju beliau dilengserkan,” ucapnya.  

5. Sarana membersihkan nama baik Gus Dur

Operasi Semut Merah dan Terbongkarnya Rencana Pemakzulan Gus DurDiskusi dan Bedah Buku "Menjerat Gus Dur" by IDN Times (IDN Times/Arief Kharisma Putra)

Bagi pihak keluarga, kabar mengenai beragam skenario untuk melengserkan Gus Dur sebenarnya bukan berita baru. Kendati begitu, alih-alih menganggap buku Menjerat Gus Dur sebagai sarana untuk balas dendam, pihak keluarga menganggap buku tersebut sebagai sarana untuk membersihkan nama baik Gus Dur.

Bagaimana tidak, Gus Dur dilengserkan karena dituduh menerima aliran uang ilegal. Sementara, hingga akhir hayatnya, tidak ada satu pun penyelidikan yang membuktikan kebenaran tuduhan tersebut.

“Buat kami, dokumen itu gak lebih dari sarana untuk meluruskan sejarah. Karena mereka menggunakan landasan yang tidak benar untuk memakzulkan beliau. Buat kami sangat penting, karena terlepas dari bagaimana pun kontestasi politik saat itu dan bahwa Gus Dur kalah, tetapi dampak terkait nama baik Gus Dur masih dirasakan,” tutur Anita Wahid, putri ketiga Gus Dur.

Anita bercerita, ia pernah menemukan soal ujian di salah satu sekolah dasar yang mempertanyakan siapa Presiden Republik Indonesia yang dimakzulkan karena terlibat korupsi? Jawaban dari soal tersebut mengarah kepada Gus Dur. “Sampai sekarang masih kami rasakan dampaknya,” imbuh dia.

Kemudian, tidak kalah penting, dokumen tersebut menjadi pembelajaran bahwa pola-pola untuk melengserkan pemimpin dengan hoaks serta berita bohong itu benar adanya. Dia tentu berharap kejadian seperti itu tidak terulang kembali di masa mendatang.

“Kita juga melihat bahwa usaha mereka untuk mengembalikan kondisi seperti dulu lagi (masa Orde Baru) itu ada pola-polanya, gak main-main. Ini yang perlu kita pelajari, bahwa di sana ada pengguliran fitnah, terus menggunakan institusi bersenjata dalam manuver politik, sentimen agama dan ideologi, ini bahaya sekali,” beber dia.

Di penghujung pembicaraan, Anita menyampaikan pembelajaran yang bisa dipetik dari fenomena pemakzulan ayahnya. Ketika Gus Dur hendak dilengserkan, para ulama, kiai, dan santri dari berbagai daerah siap mengepung Ibu Kota. Mereka siap mengorbankan nyawa demi membela junjungannya.

Mendengar kabar DKI Jakarta yang akan digeruduk ribuan pembela Gus Dur, sementara tank serta pasukan bersenjata sudah siaga di berbagai titik, sang junjungan dengan ikhlas justru merelakan jabatannya. Ia menerima hasil SI MPR meski dianggap inkonstitusional. Ia mengaku kalah dalam kontestasi politik. Dia segera meninggalkan Istana Negara sebagai tanda berakhirnya 10 bulan kepemimpinan Gus Dur.

“Bapak dapat laporan kalau sekian santri mau datang ke Istana mau berjuang, siap hidup dan mati membela. Akhirnya, beliau memutuskan keluar dari Istana karena dapat informasi tersebut, awalnya kekeh gak mau keluar. Sampai beliau mengucapkan tidak ada jabatan yang pantas untuk dibela mati-matian dengan darahnya anak bangsa sendiri,” ujar Anita, sembari mengenang sang ayah.

Baca Juga: Penulis Buku Menjerat Gus Dur Ternyata Pernah Merasa Mendapat Ancaman

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya