Heboh Oarfish Muncul di Kepulauan Selayar, Tanda Gempa dan Tsunami?

Ikan ini biasanya hidup di dasar laut

Jakarta, IDN Times - Oarfish, ikan yang biasa hidup di laut dalam muncul di sekitar Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Ikan ini ditangkap nelayan Bulukumba yang tengah melaut akhir pekan lalu. Kemunculan ikan dikabarkan lewat sebuah akun Facebook dan langsung membuat heboh karena dikaitkan dengan tanda-tanda kemunculan gempa dan tsunami.

Akun Irma Yanti Irma mengabarkan, ia mendengar kabar dari adiknya. Ikan yang panjangnya sekitar satu meter itu dikabarkan mendekat ke perahu nelayan. Dua foto oarfish yang ditangkap diposting di akun Irma pada Sabtu 7 Desember 2019 dan di-update kembali pada 8 Desember 2019.

Betulkah kemunculan oarfish pertanda bakal muncul gempa dan tsunami seperti yang diyakini masyarakat Jepang?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Daryono kepada IDN Times, Selasa (10/12), menyangkal anggapan tersebut. Menurutnya, ikan laut dalam bisa saja muncul ke permukaan karena faktor-faktor tertentu.

1. Oarfish pertanda gempa dan tsunami berawal dari legenda Jepang

Daryono mengaku sudah sejak Senin pagi soal ini heboh di media sosial dan menjadi viral. Menurut dia oarfish adalah jenis ikan yang tinggal di dasar laut, sehingga jarang muncul ke permukaan.

Menurutnya, banyak masyarakat yang menanyakan kepada BMKG mengenai kebenaran akan cerita bahwa kemunculan oarfish merupakan pertanda akan terjadi gempa besar dan tsunami.

Sejak dahulu, di masyarakat Jepang memang sudah ada legenda bahwa oarfish konon sebagai pembawa pesan dari dasar laut. Mereka mengaitkan perilaku binatang yang tidak lazim dengan pertanda akan terjadi gempa kuat.

"Hasil kajian statistik terbaru mengungkap bahwa jenis ikan laut dalam seperti oarfish yang muncul di perairan dangkal tidak berarti bahwa gempa akan segera terjadi," kata Daryono.

Baca Juga: Rawan Gempa, Indonesia Butuh Lebih Banyak Rumah Tahan Gempa

2. Oarfish bukan pertanda akan terjadi gempa besar

Heboh Oarfish Muncul di Kepulauan Selayar, Tanda Gempa dan Tsunami?Oarfish, ikan laut dalam yang ditangkap nelayan Bulukumba di sekitar Kepulauan Selayar/Facebook

Majalah ilmiah bergengsi Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA), kata dia, pernah mempublikasikan fenomena kemunculan ikan laut dalam, dan kaitannya dengan peristiwa gempa besar. "Hasil kajian ini ternyata bertentangan dengan cerita rakyat yang berkembang Jepang," ujar dia.

Dijelaskannya, para peneliti dalam mengkaji hubungan antara kemunculan ikan laut dalam dan gempa besar di Jepang menggunakan data cukup lama. Dalam kajian tersebut ternyata hanya menemukan satu peristiwa yang dapat dikorelasikan secara masuk akal, dari 336 kemunculan ikan dan 221 peristiwa gempa bumi.

"Berdasarkan kajian tersebut maka diketahui bahwa kemunculan oarfish bukanlah pertanda akan terjadi gempa besar," kata Daryono.

3. Pengangkatan biota laut dari dasar bisa dipicu upwelling

Heboh Oarfish Muncul di Kepulauan Selayar, Tanda Gempa dan Tsunami?Nelayan menombak ikan di dasar laut. IDN Times/Surya Aditya

Menurut teori oseanografi, pengangkatan biota laut dalam ke permukaan hingga terbawa ke pesisir berkaitan dengan fenomena upwelling. Upwelling, ujar dia, merupakan sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan. "Dalam fenomena upwelling biasanya kemunculannya ikannya banyak," tutur Daryono.

Bahkan beberapa paper, kata Daryono, menyebutkan Oarfish juga memiliki kebiasaan mengambang di dekat permukaan air ketika mereka sakit atau sekarat. Selain itu, ada faktor lain yang memicu ikan muncul ke permukaan laut, seperti mengikuti arus laut.

"Jadi soal oarfish pertanda gempa dan tsunami, itu hanya mitos saja. Jadi dulu sepertinya pernah ada kejadian setelah ikan itu muncul, kemudian terjadi gempa. Tapi hanya dihubung-hubungkan saja," ujar dia.

4. Gempa bumi masih sulit diprediksi

Heboh Oarfish Muncul di Kepulauan Selayar, Tanda Gempa dan Tsunami?IDN Times/Rahmat Arief

Gempa bumi, Daryono sekali lagi mengingatkan, merupakan fenomena alam yang sulit diprediksi. Bahkan meski kini teknologi semakin canggih. "Sangat sulit, ketidakpastiannya tinggi. Polanya sulit dipahami," ujar dia.

Sejauh ini yang bisa dilakukan BMKG adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya yang berada di sekitar jalur sesar aktif untuk terus waspada. Misalnya, Sesar Lembang yang berada di penghujung siklus 500 tahunan.

Sesar Lembang melewati jalur pemukiman padat. Karenanya BMKG berupaya menyosialisasikan potensinya dan sebaran wilayah terdampak jika terjadi gempa di wilayah Lembang. "Dan, bagaimana cara mitigasinya. Tapi kita belum bisa memprediksi kapan akan patah," kata dia.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: 3 Sesar Aktif di Jawa Barat Selain Sesar Lembang yang Patut Diwaspadai

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Wendy Novianto

Berita Terkini Lainnya