Kisah Heroik Mama-Mama Papua Bertaruh Nyawa Selamatkan Warga Jatim

Banyak warga Jatim bersembunyi di rumah warga Papua

Jakarta, IDN Times - Nani, perempuan paruh baya yang sudah 17 tahun merantau ke Wamena, Papua itu mengaku selamat dari aksi di Kota Wamena beberapa pekan lalu. Dia selamat berkat pertolongan warga asli setempat yang biasa disapa Mama Manu. Letak rumah Mama Manu di Kota Wamena, tepat berada di belakang rumah Nani.

Perempuan bernama lengkap Nani Susongki itu merupakan warga asal Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Nani merupakan satu dari sekian warga yang mengungsi dari Kota Wamena pasca-demonstrasi yang diwarnai amuk massa di ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua pada 23 September 2019.

“Kalau kami sembunyi di Honai (rumah) Mama Manu. Kami disembunyikan di situ,” kata Nani saat ditemui pada Sabtu (28/9) lalu, di Aula Lanud Jayapura seperti dilansir media setempat, jubi.co.id. Lanud Jayapura memang dijadikan lokasi pengungsian sementara.

Baca Juga: Polri Pastikan Pelaku Kerusuhan Bukan Warga Asli Wamena

1. Beberapa warga asli Papua menolong Nani di tengah ketegangan

Kisah Heroik Mama-Mama Papua Bertaruh Nyawa Selamatkan Warga JatimANTARA FOTO/Iwan Adisaputra

Sebelum aksi amuk massa terjadi di pusat Kota Wamena, sekitar pukul 07.30 WIT, anak perempuan Nani yang bekerja di salah satu toko gadget, menelponnya. Mengingatkan agar Nani tidak keluar rumah.

Tak berapa lama, informasi menyebar bahwa daerah Homhom sudah terbakar. Situasi di Kota Wamena mulai bergejolak. Nani bersama beberapa anggota keluarganya meninggalkan rumah, menuju ke belakang rumah. Dalam perjalanan, ia bertemu tiga orang yang memegang senjata tajam.

“Kami mundur pelan-pelan. Saya pikir bagian dari orang yang rusuh, ternyata mereka menolong kami. Mereka suruh kami masuk ke rumah Mama Manu. Hampir satu jam kami bersembunyi tak bersuara, bersama beberapa warga lain,” ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat itu.

Saat Nani dan keluarganya serta beberapa warga lain bersembunyi, sekelompok orang bersenjata tajam mendatangi rumah Mama Manu. Tapi pemilik rumah berupaya melindungi warga yang berada dalam rumahnya.

2. Nani merasakan kebaikan dari warga Papua

Kisah Heroik Mama-Mama Papua Bertaruh Nyawa Selamatkan Warga JatimANTARA FOTO/Iwan Adisaputra

Mama Manu juga meminta massa tidak membakar mobil yang sehari-harinya dijadikan mata pencaharian suami Nani.

“Mama Manu bilang tolong jangan dibakar. Itu saya punya anak. Jangan bakar mobil nanti merembet ke rumah saya. Akhirnya massa meninggalkan lokasi. Kami sendiri sudah lemas, seperti tidak bisa berdiri lagi,” ucap dia.

Nani tidak pernah menyangka Mama Manu nekad berhadapan dengan sekelompok orang bersenjata tajam, demi melindungi Nani dan beberapa orang yang berlindung di rumahnya.

“Penduduk asli di sana, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka juga baik sama kita,” kata Nani.

3. Polisi akhirnya mengevakuasi Nani bersama keluarganya

Kisah Heroik Mama-Mama Papua Bertaruh Nyawa Selamatkan Warga JatimIDN Times/Ardiansyah Fajar

Setelah bersembunyi hampir satu jam, polisi mengevakuasi Nani bersama beberapa warga yang berlindung di rumah Mama Manu ke Polres Jawijaya. Setelah tiga hari di Polres, Nani bersama keluarganya mengungsi ke Jayapura, dan berencana kembali ke kampung halamannya.

“Mobilnya dan rumah kami tidak dibakar, akan tetapi hancur. Kami juga berterima kasih kepada AURI di Jayapura yang telah menampung kami, dan memenuhi kebutuhan kami selama di sini,” ucap Nani.

4. Abdullah Sihanudin juga mendapat perlindungan warga asli Papua saat ketegangan terjadi

Kisah Heroik Mama-Mama Papua Bertaruh Nyawa Selamatkan Warga JatimANTARA FOTO/Marius Wonyewun

Senasib dengan Nani, Abdullah Sihanudin yang sejak 2014 lalu merantau di Wamena juga mengalami pengalaman serupa. Bedanya, saat demonstrasi pecah, istrinya terlebih dahulu menyelamatkan diri bersama warga lain.

Abdullah menyelamatkan diri bersama anak perempuannya yang masih balita. Saat ia hendak mengungsi ke Honai, ada warga asli Papua yang menawarkan tempat untuk bersembunyi. Pria 40 tahun itu bersembunyi di rumah warga setempat yang biasa disapa Mama Lani, sejak pukul 09.00 hingga 12.00 WIT.

“Seorang ibu di belakang rumah saya yang menyelamatkan saya. Anak saya langsung dirangkul dan Mama Lani berteriak jangan dibunuh, Pak De ini yang setiap hari membantu saya,” cerita pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek dan agen tiket pesawat itu.

Ketika demonstrasi berujung rusuh di Wamena, sejumlah bangunan dibakar, termasuk kios milik istri Abdullah.

“Ketika itu sudah ada 10 orang yang pesan tiket pesawat, tapi karena kejadian itu akhirnya tiket semua hangus. Hingga kini uang orang yang sudah pesan tiket, saya belum bisa ganti. Totalnya Rp3,5 juta,” ucap Abdullah.

Seperti Nani Susongki, Abullah juga berencana kembali ke kampung halamannya di Probolinggo, Jawa Timur. Ia khawatir karena hingga kini sebagian besar warga Wamena mengungsi.

“Sudah tiga hari kami di Jayapura. Di Jayapura saya tidak punya keluarga. Saya ingin pulang secepatnya ke kampung halaman,” ujar dia.

Baca Juga: 40 Warga Jawa Timur Perantau di Wamena Akhirnya Pulang

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya