#JusticeForAudrey Sedang Marak, Ini Kata Psikolog
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia kembali digemparkan dengan kasus kekerasan dengan pelaku anak. Kejadian tragis ini menimpa seorang siswi SMP dari Pontianak, Kalimantan Barat. Keterangan polisi menyebutkan korban dikeroyok oleh 3 siswi SMA dan mengalami luka dalam serta trauma.
Tagar Justice For Audrey pun digaungkan dan menjadi trending topic di Twitter. Menyusul kemudian muncul petisi online #JusticeForAudrey yang hingga kini sudah meraup 1 juta tanda tangan.
IDN Times berkesempatan mewawancarai Dr. Astrid S Psi SHSB, psikolog di RS Siloam Surabaya pada Rabu (10/4) untuk mengetahui lebih lanjut apa sih yang sebenarnya menjadi penyebab kasus tragis ini?
1. Fenomena kekerasan dengan pelaku anak
Tanggapan beragam pun datang dari berbagai pihak, banyak yang menyayangkan hingga mengutuk tindakan keji ini. Gak hanya masyarakat, kasus ini bahkan juga menyedot simpati selebriti luar negeri yang juga turut membagikan tagar Justice For Audrey di media sosial. Dr. Astrid pun berpendapat, "Serem banget, orangtua lalai menjaga anak-anaknya".
2. Kelalaian orangtua bisa jadi faktor utama penyebab kekerasan dengan pelaku anak
Ayah dan ibu adalah sosok figur contoh serta diwajibkan untuk membimbing anak. Selain itu, rumah adalah tempat pertama kali anak mengecap pendidikan sebelum sekolah. Para orangtua pun diharapkan memberikan pengawasan yang ketat dan menyeleksi semua informasi yang dicerna oleh anak.
Kelalaian orangtua bisa berakibat fatal, apabila mereka gak memberikan pemahaman yang benar bisa berimbas pada tingkah laku sang anak.
3. Lantas apa sih faktor yang membuat para pelaku bisa begitu sadis?
Melihat kasus Audrey tentu membuat siapa pun bergidik ngeri dan berujar: "Kok bisa para pelaku yang masih belia bersikap sekeji itu?". Dr. Astrid pun menjelaskan, "Kalau penyerangnya banyak, seperti kasus Audrey ini perilaku sadis bisa dipengaruhi perilaku kelompok. Lihat satu teman sadis, ikutan sadis sampai lebay karena gak ada yang bertanggung jawab, emosi kelompok cenderung meningkat kalo melakukan penganiayaan bareng-bareng."
Kesimpulannya, kelalaian orangtua, menonton film yang tak sesuai umur serta salah pergaulan adalah faktor terjadinya kekerasan dengan pelaku anak. Ayah dan ibu harus tahu setiap film yang ditonton, situs yang diakses, buku yang dibaca, hingga harus betul-betul mengenal circle pergaulan sang buah hati.
Editor’s picks
Baca Juga: Kasus Pengeroyokan Audrey, KPAI Minta Korban dan Pelaku Direhabilitasi
4. Tontonan berbau sadisme juga bisa membuat para anak berlaku kejam ke sekitarnya
Psikolog RS Siloam Surabaya ini pun menjelaskan, "Kalau seseorang itu melakukan sesuatu tindakan maka pada saat proses tindakan itu dilakukan terjadilah peningkatan dalam perilakunya (lupa diri), apalagi kalau film-film yang ditonton menggambarkan sadisme." Dengan demikian, jelas pendampingan orangtua diperlukan ketika sang buah hati menonton film-film kejam atau yang tak sesuai usianya.
Selain itu, penting bagi para orangtua untuk mengajarkan empati kepada sang anak. "Kalau anak pernah nonton film sadis, geng jahat, orangtua bisa memberikan keterangan kalo itu perilaku gak baik," paparnya.
5. Bagaimana dengan perundungan yang marak terjadi, terutama sering menimpa anak?
Kasus Audrey ini berawal dari saling sindir di sosial media yang kemudian berujung pada perundungan. Dengan demikian, pengawasan orangtua terhadap anak kecil hingga usia remaja dalam penggunaan gawai sangat dibutuhkan. Orangtua harus waspada dan mengetahui kegiatan sang buah hati di dunia maya. "Awalnya (perundungan) bisa macem-macem, sekarang sedang musim medsos maka medsos yang dipakai".
Selain itu, orangtua juga harus terbuka untuk melawan perundungan terhadap anak dan jangan menganggap remeh masalah ini. Bersikap terbuka dan mengajak anak berdiskusi adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan. "Orangtua harus mengajari anak untuk menghormati orang lain, termasuk teman-temannya." kata Dr. Astrid.
Dia juga berujar bahwa perundungan terjadi disebabkan oleh satu orang yang dominan kemudian diikuti oleh teman-temannya. Perundungan juga biasanya terjadi kepada anak yang memiliki label TER- (tergemuk, terkurus, tertinggi, terpendek, tercantik, terjelek).
6. Menurut Dr. Astrid S Psi SHSB, psikolog di RS Siloam, ini yang seharusnya kita lakukan untuk mengawal kasus Justice For Audrey
"Bersama-sama terjun ke dalam dunia anak-anak remaja untuk mengajarkan rasa saling hormat menghormati. Khusus untuk kasus ini foto korban dan pelaku tidak perlu disebar. Cerita detilnya juga tidak perlu diungkap, supaya gak jadi bahan pembelajaran anak-anak lain," pungkasnya.
Semoga ke depannya kasus semacam ini tak akan pernah terjadi lagi di Indonesia, ya. Dan kita doakan segera ada #JusticeforAudrey.
Baca Juga: 11 Artis Indonesia & Internasional yang Tunjukan Dukungan untuk Audrey