SD Garot Jadi Tempat Pengungsian Korban Banjir Aceh Besar

Terakhir merasakan banjir tahun 2000

Banda Aceh, IDN Times - Ratusan kepala keluarga yang bermukim di Gampong Garot, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, terpaksa mengungsi ke komplek Sekolah Dasar Negeri Garot. Hujan deras yang melanda beberapa daerah di Provinsi Aceh sejak Kamis (7/5) dini hari hingga Jumat (8/5) malam, mengakibatkan sejumlah wilayah terendam banjir, termasuk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.

Gedung maupun ruang kelas, disulap menjadi layaknya barak pengungsian dan tempat beristirahat warga. Sebab, Gampong Garot menjadi salah satu kawasan yang terparah dilanda banjir. Air luapan dari Sungai Mata Ie telah merendam pemukiman warga pada Jumat kemarin.

“Ini berawal dari banjir di rumah, masuk air sudah sampai selutut. Jam 12 siang kemarin selutut sekarang mungkin sudah sampai sepinggang di dalam,” kata Dian, salah seorang warga yang dijumpai di tempat pengungsian, Sabtu (9/5).

1. Warga tidak bisa tidur karena suasana yang berbeda

SD Garot Jadi Tempat Pengungsian Korban Banjir Aceh BesarWarga korban banjir yang terlelap tidur di salah satu ruang kelas SD Garot (IDN Times/S-aifullah)

Posko pengungsian memang tidak senyaman rumah sendiri ketika ditempati. Sebab, kita harus tidur, makan, serta MCK (mandi, cuci, kakus) dalam suasana berbagi dengan yang lainnya. Hal itu pun diakui Dian yang mengungsi bersama anak dan ibunya serta para tetangga satu lorong tempatnya bermukim.

“Kondisi di pengungsian ini sangat bedalah. Ya sekarang kayak gini lah keadaannya, biasanya di rumah bisa tidur nyenyak tapi ini kami memang tidak bisa tidur,” ujarnya.

Baca Juga: Hujan Deras Terus Menerus, Kota Banda Aceh Dilanda Banjir 

2. Harus sahur dan berbuka puasa dengan sajian dari dapur umum

SD Garot Jadi Tempat Pengungsian Korban Banjir Aceh BesarWarga korban banjir ketika mengantri makan sahur (IDN Times/Saifullah)

Umat Islam di seluruh dunia saat ini sedang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, termasuk para pengungsi dari Gampong Garot. Meski rumah mereka telah terendam banjir, namun menjalankan salah satu dari Rukun Islam tersebut adalah kewajiban.

Padahal, mereka sebelumnya harus berbuka dengan makanan seadanya berupa mi rebus yang dimasak dan disajikan oleh dapur umum. Bahkan, untuk sahur pada pagi dini hari pun sama.

“Baru inilah kita rasakan sahur perdana pula di posko. Ini pun karena ya kalau dibilang Rahmat dari puasa, ya kita gak tahu bilang lagi pula ya,” kata Jamaliah, salah seorang pengungsi lainnya.

“Kalau makanan ya kita syukuri aja, Alhamdulillah sudah diberikan. Termasuk rezeki jugalah selama ada bantuan dari para relawan-relawan ini. Terima kasih,” imbuhnya.

3. Berharap banjir segera surut dan jangan pernah terulang lagi

SD Garot Jadi Tempat Pengungsian Korban Banjir Aceh BesarWarga korban banjir ketika mengantri makan sahur (IDN Times/Saifullah)

Dian mengaku, ini merupakan kali kedua ia merasakan banjir. Hal yang sama pernah dialaminya 20 tahun silam atau tepatnya pada tahun 2000. Oleh karena itu ia berharap ke depan adanya perubahan dan tindak lanjut dari pemerintah.

“Sebelumnya pernah mengalami musibah seperti ini di tahun 2000. Mudah-mudahan jangan lagi lah, cukup tahun ini. Mudah-mudahan apa yang bisa diperbaiki, misalnya seperti sungai-sungainya sehingga jangan lagi banjir,” ungkapnya.

Senada juga disampaikan oleh Jamaliah. Ia tidak ingin kejadian serupa terulang kembali dan berharap banjir yang ada saat ini segera berakhir.

“Kalau bisa cukup tahun ini saja, jangan sampai kapan-kapan lagi. Kalau bisa secepatnya, kita pun juga meminta kepada Allah kalau bisa jangan sampai berhari lah gitu.”

Baca Juga: Hujan Deras, Ruang Rawat Pasien COVID-19 di Banda Aceh Terendam Banjir

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya