Safridawati Hilang di Malaysia Sejak 2017, Ayah: Saya Kangen Dia

Nurdin menduga anaknya korban perdagangan manusia

Banda Aceh, IDN Times - Pria itu hanya duduk terdiam di ruang lobi dari Gedung Perlindungan Perempuan dan Anak Direktorat Kriminal Umum (PPA Dit Reskrimum) Polda Aceh.

Sesekali, ia hanya berbincang dengan sejumlah pemuda yang mengenakan pakaian kemeja putih bertulisan Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA). Setelahnya, ia pun kembali bungkam.

Cemas, raut itu tersirat di wajah pria yang nyaris tak memiliki rambut hitam tersebut. Meski songkok menutupi kepalanya, namun ia seolah tak bisa menyembunyikan kegalauan yang ada di pikirannya. Padahal, di lingkaran meja yang menjadi dudukan lengannya itu, ada sejumlah orang, termasuk para wartawan.

Seorang wanita keluar dari ruangan yang di dinding sebelah pintu masuknya terpatri tulisan ‘Ruang Konseling’. “Bapak beserta kuasa hukum boleh masuk ke dalam,” ujar wanita itu mempersilahkan pria tua tadi beserta YARA selaku kuasa hukumnya.

Mengikuti instruksi, pria warga Gampong Krueng Lingka, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara yang diperkirakan berusia 70 tahun itu pun mulai melangkah dengan pelan. Tak lama kemudian, pintu ruangan ikut menutup usai lelaki itu disambut petugas yang ada di dalamnya.

Tak hanya sampai di situ. Usai dari Gedung PPA Dit Reskrimum, pria bernama Nurdin ini beserta kuasa hukumnya pun harus berjalan kaki lagi ke Gedung Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT). Jaraknya terbilang lumayan jauh untuk ditempuh, yakni lebih kurang 300 meter, namun masih di dalam Kompleks Markas Polda Aceh.

Itulah usaha yang dilakukan Nurdin ketika memberikan laporan kepada pihak kepolisian terkait kasus anaknya, Safridawati (27), yang diduga menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking) di Malaysia. Meski usia tidak lagi muda, namun ia tetap bersemangat untuk bisa mendapatkan kembali kabar mengenai putri sulungnya tersebut.

Laporan telah disampaikan semuanya kepada pihak yang berwajib. Setelah itu, Nurdin beserta kuasa hukumnya pun menyempatkan diri untuk diwawancarai oleh para wartawan. Mata Nurdin mulai berkaca-kaca, ketika para wartawan melontarkan sejumlah pertanyaan mengenai putrinya yang kini berusia hampir 27 tahun tersebut.

1. Hanya menginginkan sang putri pulang ke rumah

Safridawati Hilang di Malaysia Sejak 2017, Ayah: Saya Kangen DiaNurdin dan kuasa hukum dari YARA Aceh ketika membuat laporan ke Polda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Dengan bahasa Aceh yang khas, Nurdin menceritakan dari awal anaknya diajak bekerja ke Malaysia oleh tetangganya sendiri, yang berinsial Mu. Termasuk, ketika ia sempat menolak beberapa kali ajakan kepada putrinya hingga sampai sang putri tak lagi terdengar kabarnya.

Usai tak mendapat kabar dari putri sulungnya. Nurdin pun tak banyak berharap. Ia hanya menginginkan anak keempatbelasnya itu, pulang dengan sehat dan selamat ke kampung halamannya.

Sebab baginya, Safridawati sudah begitu lama pergi merantau. Apalagi dalam beberapa tahun belakangan putrinya tidak pernah memberikan kabar lagi, khususnya usai dikatakan tak memiliki yang untuk kembali ke kampung.

“Kalau sekarang saya berharap dia pulang saja. Karena sudah lebih empat tahun pergi-pergi (merantau).  Kangen saya,” ungkap Nurdin sambil berupaya tegar dengan mengusap air matanya.

Baca Juga: 4 Tahun Jadi TKI di Malaysia, 5 Fakta Hilangnya Safridawati

2. Anaknya tidak pernah banyak mengeluh

Safridawati Hilang di Malaysia Sejak 2017, Ayah: Saya Kangen DiaNurdin dan kuasa hukum dari YARA Aceh ketika membuat laporan ke Polda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Safridawati di mata Nurdin merupakan anak yang penurut. Ia tidak begitu banyak mintanya. Begitu juga jika di bawa ke mana saja oleh Nurdin ketika masih di Aceh. Putrinya tidak akan pergi dari tempat yang mereka kunjungi.

Pernyataan itu disampaikan Nurdin untuk membantah apa yang pernah disampaikan Mu ketika mengatakan kalau ketika sudah di Malaysia putrinya pergi sendiri.

“Dia itu anaknya tidak banyak tingkah dari kecil. Kalau dibawa, di mana dia ditaru, di situ dia diam. Apa yang dibilang orang dengar dan gak pernah bantah dia. Dia mana dia kerja, yaudah di situ lah dia. Memang seperti itu dia.”

Sebelumnya, kuasa hukum Nurdin atau pihak YARA menyatakan bahwa Mu selaku pihak agen yang membawa Safridawati, pernah menyampaikan kalau wanita berusia 27 tahun itu tidak pernah lagi bersamanya. Syafridawati dikatakan telah pergi.

“Mu pernah dicari sama kawan-kawan di Malaysia. Lalu, ketemu agennya (Mu) sekitar 6 bulan yang lalu, kemudian dilaporkan ke Kedutaan RI, dan dipanggil dan ditanya mengenai Safridawati. Tapi dijawab tidak tahu, dibilang kalau dia pergi sendiri. Ini kan tidak masuk akal,” kata Ketua YARA, Safaruddin SH yang juga selaku kuasa hukum Nurdin.

3. Bukannya mendapatkan kiriman, malah kehilangan kabar dari sang buah hati

Safridawati Hilang di Malaysia Sejak 2017, Ayah: Saya Kangen DiaNurdin dan kuasa hukum dari YARA Aceh ketika membuat laporan ke Polda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Mu sempat menjanjikan kepada Syafridawati, jika telah bekerja di Malaysia, orang tuanya di kampung bisa dikirimkan. Sebab, ketika di Negeri Jiran -julukan Malaysia-, ia akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar. Hal itu jugalah yang menjadikannya mau menerima tawaran untuk bekerja ke sana.

Meski telah pergi dari kampung sejak 2015 lalu, namun Syafridawati dikabarkan tidak pernah sedikitpun mengirimkan uang kepada orang tuanya. Malah, Nurdin mengaku, dari beberapa kali berkomunikasi dengan sang anak, putrinya itu selalu menyampaikan tidak ada uang. Karena mereka dikatakan bekerja namun tidak diberi gaji.

“Sampai saat ini tidak ada pernah dikirim uang. Gak ada dikasih kabar juga.”

Miris. Bukan hanya uang yang Nurdin dan keluarga tak dapatkan. Malah, kabar putri bungsunya di negeri perantauan tak pernah lagi didengarnya. Ia mengaku terakhir kali pihak keluarga berkomunikasi dengan sang buah hati pada tahun 2017 lalu.

Berbagai upaya untuk mencari tahu keberadaan dan kabar putri kecilnya itu pun dilakukan. Termasuk dengan coba menghubungi Mu. Namun, tidak pernah mau direspon, bahkan yang bersangkutan juga dikatakan sempat menggantikan nomor telepon.

“Kalau saya telepon, tidak diangkat. Ku telepon si dia (Mu), dimatikan kadang sama gak diangkat. Waktu tanya nomor handphone-nya yang lain sama keluarga (Mu), dibilang tidak ada nomor handphone. Kalau saya pikir tidak mungkin tidak ada nomor handphonenya, masak ke keluarga sendiri tidak ada,” ucap Nurdin dengan logat Acehnya.

4. Kuasa hukum pastikan polisi tidak kesulitan mengungkap kasus ini

Safridawati Hilang di Malaysia Sejak 2017, Ayah: Saya Kangen DiaNurdin dan kuasa hukum dari YARA Aceh ketika membuat laporan ke Polda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Syafridawati tak kunjung kembali usai berangkat ke Malaysia sejak 2015 silam dengan agen tenaga kerja. Bahkan, wanita berusia 27 tahun itu tak pernah lagi menghubungi keluarganya yang ada di kampung halaman dalam beberapa tahun terakhir. Pihak keluarga yang panik dan ketakutan, sempat berpikir bahwa putri paling bungsu tersebut diduga telah menjadi korban perdagangan manusia.

Laporan terkait kasus tersebut pun telah disampaikan kepada pihak kepolisian. Sejumlah barang bukti untuk mendukung para terduga pelaku dalam kasus yang dilaporkan pun telah diajukan. Selaku kuasa hukum, Safaruddin yakin, pihak kepolisian akan dengan meudah mengungkapnya.

“Mungkin dengan informasi yang sudah ada, saya kira tidak terlalu sulit. Karena orang-orangnya sudah tahu. Ada beberapa nomor handphone yang sudah pernah dipakai kita coba telpon dan masih aktif, Cuma kita tidak tahu siapa yang memegang hp tersebut, tentunya bukan Syafrida,” ujar Safaruddin.

Tidak hanya barang bukti. Keterangan mengenai alamat yang bersangkutan pun telah diserahkan kepada pihak berwajib. “Agennya juga sudah kita ketahui rumahnya. Mungkin kalau ditelusuri, tidak terlalu rumit lagi lah.”

Baca Juga: Pergi Kerja ke Malaysia 2015, Safridawati hingga Kini Tak Kembali

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya