Harga Jual Murah, Diduga Gas Elpiji 12 Kg Oplosan Beredar di Aceh

Penggunaan tetap namun lebih cepat habis

Banda Aceh, IDN Times - Warga Aceh mengeluh isi gas tabung elpiji ukuran 12 kilogram (Kg) yang belakangan cepat habis dari biasanya. Padahal intensitas penggunaan gas sehari-hari diakui warga tetap sama. 

Hal ini diungkapkan, Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Aceh, Nahrawi Noerdin, usai menerima keluhan warga terkait elpiji ukuran 12 Kg yang diduga oplosan tersebut.

1. Biasanya gas dapat digunakan hingga lima pekan

Harga Jual Murah, Diduga Gas Elpiji 12 Kg Oplosan Beredar di AcehPixabay/kobitriki

Nahrawi menyampaikan, salah satu aduan yang diterimanya diutarakan seorang ibu rumah tangga di Kota Banda Aceh. Ketika itu, ibu tersebut beberapa waktu lalu melakukan penukaran tabung berukuran 12 Kg kosong dengan yang berisi di salah satu pangkalan gas. 

Akan tetapi, gas yang biasa digunakan selama empat hingga lima pekan untuk kebutuhan memasak telah habis hanya dalam kurun waktu tiga pekan. Padahal diakui ibu itu, aktivitas memasak sama seperti biasa.

“Keluhan serupa juga sering kita dengarkan, ini menjadi catatan kita dan akan kita awasi,” kata Nahrawi, dalam keterangan tertulis yang diterima, pada Selasa (22/11/2022).

2. Banyak elpiji kemasan 12 Kg dijual dengan harga sangat murah

Harga Jual Murah, Diduga Gas Elpiji 12 Kg Oplosan Beredar di AcehSeorang wanita memindahkan tabung gas saat dia antre membeli gas di sebuah distributor di Colombo, Sri Lanka, pada 1 Juni 2022, di tengah krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka. (ANTARA FOTO/REUTERS/DINUKA LIYANAWATTE)

Tidak hanya itu, Nahrawi menyampaikan, belakangan ini Hiswana Migas Aceh juga mendapatkan laporan dari sejumlah agen elpiji non subsidi di Aceh bahwa ada tabung elpiji kemasan 12 Kg yang beredar di pasar dijual dengan harga sangat murah. 

Harga elpiji dari luar Aceh yang dikirim menggunakan jasa perusahaan ekspedisi tersebut bahkan diakui lebih murah dari penebusan resmi ke PT Pertamina. Sehingga banyak kios dan toko pengecer yang kemudian memilih mengambil elpiji non subsidi murah itu. 

“Kita mencurigai elpiji tersebut bukan dari penyalur resmi,” ungkapnya.

Hiswana Migas dikatakan Nahrawi, tidak mempersoalkan elpiji non subsidi dari luar Aceh di jual di Tanah Rencong selama aturan resmi membolehkan. Namun, mengenai penjualan elpiji kemasan 12 Kg yang lebih murah, menjadi pertanyaan tersendiri.

“Padahal harga resmi penebusan elpiji dari Pertamina oleh Agen itu sama, baik di wilayah Aceh maupun luar Aceh.  Jika Agen dari Medan misalnya kirim barangnya ke Banda Aceh untuk dijual, hitungannya kan pasti akan lebih mahal, karena ada biaya ekstra untuk pengiriman,” jelasnya.

“Dari sinilah muncul kejanggalan dan ketidaknormalan,” imbuh ketua Hiswana Migas Aceh itu.

3. Hiswana menduga ada kecurangan dengan mengoplos isi gas

Harga Jual Murah, Diduga Gas Elpiji 12 Kg Oplosan Beredar di Acehilustrasi tabung gas (tatasteeleurope.com)

Mendapatkan beberapa aduan, Nahrawi menduga, ada tindakan melawan hukum dengan mengoplos isi tabung elpiji 3 Kg bersubsidi dan memindahkannya ke kemasan 12 Kg yang kemudian diedarkan ke pasar. 

“Disparitas harga antara elpiji 3 Kg dan 12 Kg yang begitu jauh bisa menjadi motif utamanya,” ungkapnya.

Hiswana Migas Aceh berharap aparat penegak hukum segera bertindak menanggapi permasalahan ini. Pihaknya berkeyakinan bahwa aparat hukum sudah mengendus hal tersebut.

“Kalau Hiswana Migas saja sudah mengendus baunya, apalagi aparat penegak hukum kita. Jadi kita tunggu saja bagaimana perkembangan selanjutnya,” pungkas Nahrawi.

4. Pastikan pengisian elpiji di SPPBE berjalan normal dan sesuai SOP

Harga Jual Murah, Diduga Gas Elpiji 12 Kg Oplosan Beredar di AcehIlustrasi tabung gas (LPG) 3 kilogram subsidi Pertamina. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Semantara itu, memastikan bahwa semua proses pengisian elpiji di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) sesuai takaran, Hiswana Migas Aceh, terus berkoordinasi dengan PT Pertamina dan sejumlah pengelola yang ada di Aceh.

Sebab, dari sisi kuantitas dikatakannya, ada mekanisme yang ketat dan tersistem untuk memastikan isi tabung sesuai takaran.

“Pengisiannya di SPPBE saya kira tidak ada masalah karena jika kurang akan di-reject (ditolak) secara otomatis, sebab pengisiannya dilakukan dengan sistem,” tutup Nahrawi.

Baca Juga: Polonia Sky Park, Tempat Nongkrong Baru di Medan

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya