Cerita Mulyani, Tradisi ke Kuburan Massal Tsunami saat Idul Adha

Yakin keluarga dikuburkan massal hanya dari mimpi

Banda Aceh, IDN Times - Bagi masyarakat Aceh Hari Raya Idul Adha atau juga dikenal dengan Hari Raya Haji, tidak hanya sekedar memperingati perayaan dan melaksanakan kurban semata.

Pada hari besar kedua umat Islam tersebut, warga di Tanah Rencong akan memanfaatkannya untuk bersilaturahmi, baik itu ke sanak saudara, kerabat, maupun tetangga.

Tak hanya itu, silaturahmi juga dilakukan kepada keluarga yang telah tiada atau meninggal dunia. Sehingga, banyak masyarakat akan berkunjung ke pemakaman untuk berziarah di hari tersebut.

Seperti yang dilakukan Nengsri Mulyani, warga Gampong Emperum, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Aceh. Ia beserta keluarganya berkunjung ke kuburan massal korban tsunami 2004 yang ada di Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.

"Tadi habis melaksanakan salat, langsung ke sini bersama keluarga. Kalau bisa dibilang setiap lebaran lah kita ke sini," kata Mulyani, Jumat (31/7/2020).

1. Menziarahi mertua dan kakak ipar yang menjadi korban tsunami

Cerita Mulyani, Tradisi ke Kuburan Massal Tsunami saat Idul AdhaWarga datang berziarah ke kuburan massal tsunami di Siron (IDN Times/Ssifullah)

Peristiwa tsunami 2004 silam yang melanda Aceh ternyata menyisakan cerita tersendiri bagi Mulyani. Bencana tersebut telah mengambil mertua serta kakak iparnya.

Kini peristiwa itu telah berlalu, ia beserta cucu dan suaminya hanya bisa bersilaturahmi melalui doa di pusara korban tsunami tersebut.

"Ke sini ziarah, karena ada dimakamkan mertua (suami-istri) dan juga kakak dari suami. Yang penting kita kemari berdoa, sekalian silaturahmi," ujarnya.

Baca Juga: Meski di Tengah Pandemik, Salat Idul Adha di Aceh Tetap Padat

2. Meski tak mendapatkan jenazah keluarganya, namun ia yakin kalau dimakamkan di kuburan massal Siron

Cerita Mulyani, Tradisi ke Kuburan Massal Tsunami saat Idul AdhaWarga datang berziarah ke kuburan massal tsunami di Siron (IDN Times/Saifullah)

Mulyani mengaku, usai bencana yang meluluhlantakkan Aceh pada 2004 silam, ia dan suaminya tak pernah menemukan jasad keluarganya.

Meskipun demikian, ada keyakinan dalam diri Mulyani dan suaminya bahwa jenazah keluarganya disemayamkan bersama 46.718 orang lainnya di pemakaman tersebut.

"Ketahuannya itu dari mimpi, di mimpi itu kita tanya kuburannya di mana, ditunjukkanlah di sini, Lambaro," ungkapnya.

3. Hanya bisa bersilaturahmi ketika lebaran

Cerita Mulyani, Tradisi ke Kuburan Massal Tsunami saat Idul AdhaWarga datang berziarah ke kuburan massal tsunami di Siron (IDN Times/Saifullah)

Tak banyak kesempatan untuk bisa bersilaturahmi berupa ziarah langsung ke pemakaman. Hal itu diakui wanita paruh baya itu, sebab hanya di waktu serta kesempatan besar saja ia bisa langsung datang berkunjung.

Walaupun tak bisa mengunjungi setiap waktu, namun Mulyani beserta keluarganya yang masih hidup masih tetap mengirimkan doa.

"Kita ke sini hanya setahun dua kali lah bisanya. Kalau hari-hari biasa kan bisa mengirim (doa) dari rumah. Cuma kan ziarah kubur ini juga sudah tradisi bagi rakyat Aceh."

Baca Juga: Sudah Promo di Sosmed, Penjualan Hewan Kurban di Aceh Tetap Lesu

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya