Tahun 2020, Ini 10 Perusahaan Pelaku Deforestasi Terbesar di Indonesia

Tercatat sebagian besar perusahaan muncul 3 tahun terakhir

Medan, IDN Times - Chain Reaction Research (CRR) dalam laporannya telah mendeteksi sekitar 38.000 hektar (ha) dari deforestasi di konsesi kelapa sawit di Indonesia, Malaysia, dan Papua Nugini pada tahun 2020. Sekitar 22.000 ha (58 persen) dapat diatribusikan hanya kepada sepuluh perusahaan grup kelapa sawit di Indonesia, sedangkan bagian sisanya didistribusikan ke 112 perusahaan yang berbeda.

Pada tahun 2020, deforestasi yang terdeteksi di dalam konsesi kelapa sawit di wilayah tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Dari 74.000 ha pada 2018 menjadi 90.000 ha pada 2019, 38.000 ha yang diamati pada tahun 2020 adalah 42 persen dari angka 2019.

Penurunan deforestasi untuk budidaya kelapa sawit sudah terlihat paruh pertama di tahun 2020. Analisis CRR, yang dikoordinasikan oleh Aidenvironment dan organisasi mitranya Earth Equalizer, menyimpulkan bahwa kontraksi ekonomi Indonesia dan pembatasan perjalanan yang dikeluarkan karena pandemi COVID-19 termasuk di antara alasan penurunan ini.

Pembatasan yang berlanjut karena pandemi, di Indonesia dan pasar ekspor utama, dapat menjelaskan berlanjut lambannya laju deforestasi pada Triwulan ke-3 dan ke-4 tahun lalu, meskipun permintaan domestik dan kenaikan harga minyak sawit dapat mengakibatkan peningkatan pembangunan lahan pada tahun 2021.

Chain Reaction Research mencatat, sebagian besar penebang hutan yang masuk dalam daftar 10 besar penebang hutan terbesar tahun ini, merupakan perusahaan yang juga muncul di daftar 2018 dan 2019, menyoroti sekali lagi dua kesalahan dari banyak pembeli bersama kebijakan NDPE untuk menerapkan kebijakan mereka secara memadai dan risiko dari kebocoran pasar. Yuk simak siapa aja:

1. Sulaidy

Sejak 2018, perusahaan terkait Sulaidy secara konsisten menempati peringkat pertama di antara para penggundul hutan teratas. Pada tahun 2020, 6.390 ha deforestasi terdeteksi dalam enam konsesi kelapa sawit Sulaidy. PT Borneo Citra Persada Jaya di Kutai, Kalimantan Timur menyumbang jumlah deforestasi terbesar, dengan 1.833 ha hutan telah dibuka.

Informasi publik tentang Sulaidy dan operasi perusahaannya sulit ditemukan. Karena Sulaidy tampaknya tidak memiliki atau mengoperasikan pabrik apa pun, kemungkinan tandan buah segar (TBS) yang diproduksi oleh konsesinya dikirim ke pabrik pihak ketiga.

Investigasi lapangan yang dilakukan pada Februari 2020 terhadap PT Palmdale Agrosia Lestari, anak perusahaan Sulaidy mengungkapkan bahwa perkebunan tersebut menjual TBS kepada PT Pundi Lahan Khatulistiwa.

Pabrik ini memasok beberapa perusahaan dengan kebijakan NDPE, termasuk ADM, Oleon, Avon, Danone, Kellogg's, Mondelēz, Nestlé, PZ Cussons, Unilever, dan Upfield.

2. Ciliandry Anky Abadi

Posisi kedua diisi oleh Ciliandy Anky Abadi (CAA) yang mana juga masuk dalam daftar top deforesters tahun 2018. CAA tumpang tindih dengan First Resources dan FAP Agri melalui hubungan keluarga Fangiono. First Resources dan FAP Agri beroperasi di bawah kebijakan NDPE, meskipun CAA tidak memiliki komitmen keberlanjutan.

Tumpang tindih antara First Resources dan CAA telah didokumentasikan dengan baik, tetapi First Resources membantah bahwa CAA adalah pihak terkait atau terkait secara finansial atau operasional dengan CAA.

CAA mengoperasikan sembilan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan, delapan di Kalimantan Tengah, dan satu di Kalimantan Timur. Ia juga memiliki dua pabrik yang terletak di Kalimantan dan Sumatera.  Pada tahun 2020, CRR mendeteksi total deforestasi seluas 3.455 ha di dalam konsesi kelapa sawit CAA.

CAA, melalui pabrik kelapa sawit yang beroperasi PT Tirta Madu dan PT Borneo Ketapang Indah, mensuplai Avon, Friesland Campina, Johnson & Johnson, Kellogg’s, L’Oreal, Mondelēz, PZ Cussons, dan Upfield.

Baca Juga: Musim Kemarau, Ancaman Kebakaran Hutan di Sumut Tinggi

3. Bengalon Jaya Lestari

Bengalon Jaya Lestari pertama kali muncul dalam daftar deforester teratas selama paruh pertama tahun 2020. Bengalon Jaya Lestari telah membuka 2.790 ha pada tahun 2020 di konsesi PT Kartika Nugraha Sakti dan PT Wana Jaya Abadi di Kalimantan Utara.

Grup tersebut tampaknya tidak mengoperasikan pabrik kelapa sawit, sehingga tidak dapat dihubungkan ke pembeli NDPE manapun.

4. Mulia Sawit Agro Lestari (MSAL) Group

Mulia Sawit Agro Lestari (MSAL) telah ditampilkan dalam daftar penebang hutan teratas selama tiga tahun berturut-turut sejak 2018. Pada tahun 2020, grup ini membuka 2.426 ha hutan, hutan gambut, dan gambut di tiga perkebunannya di Kalimantan Tengah.

Produk minyak sawit milik MSAL muncul di rantai pasokan dari perusahaan berikut bersama kebijakan NDPE: AAK, COFCO International, Oleon, Avon, General Mills, Johnson & Johnson, Kellogg's, dan PZ Cussons.

5. PT Permata Sawit Mandiri

Posisi kelima ditempati oleh PT Permata Sawit Mandiri milik Ikhsanudin. Pada tahun 2020, PT Permata Sawit Mandiri membuka 2.022 ha hutan. Informasi publik tentang pemilik tidak tersedia, dan juga tidak diketahui pabrik kelapa sawit mana yang disuplai oleh perusahaan ini. Karena informasi yang terbatas, grup tidak dapat ditautkan ke rantai pasokan NDPE manapun.

6. IndoGunta

Peringkat keenam ditempati IndoGunta, sebuah perusahaan yang terkait dengan Group Salim Indonesia. IndoGunta mengoperasikan lima perkebunan kelapa sawit, dua di Kalimantan dan tiga di Papua.

Saat grup ini aktif membuka lahan di semua konsesinya, deforestasi terbesar pada tahun 2020 terjadi di PT Rimbun Sawit Papua seluas 1.196 ha. IndoGunta memasuki rantai pasokan NDPE melalui Avon, Johnson & Johnson, Kellogg’s, PZ Cussons, dan Reckitt Benckiser.

7. Jhonlin Group

Jhonlin secara konsisten masuk dalam peringkat teratas penebang hutan sejak 2018, menempati posisi kedua selama dua tahun berturut-turut. Pada tahun 2020, grup ini membuka 957 ha hutan, terutama di dalam konsesi PT Kurun Sumber Rezeki. Kegiatan deforestasi yang lebih kecil (64 ha) juga ditemukan di PT Pradiksi Gunatama, anak perusahaan yang baru-baru ini melakukan IPO pada tahun 2020.

Jhonlin Group didirikan oleh pengusaha Kalimantan Selatan, Haji Andi Syamsudin Arsyad (biasa disapa Haji Isam). Bisnisnya berkisar dari minyak sawit hingga pertambangan batu bara. Dua belas konsesi kelapa sawit dan tiga pabrik milik Grup Jhonlin atau keluarga Isam yang lebih luas. Grup Jhonlin muncul dalam rantai pasokan beberapa perusahaan dengan kebijakan NDPE.

Mereka termasuk AAK, ADM, Cargill, COFCO International, Oleon, Sime Darby, Friesland Campina, General Mills, Johnson & Johnson, Kellogg’s, L’Oreal, Nestlé, PZ Cussons, Reckitt Benckiser, dan Upfield.

8. Shanghai Xinjiu Chemical Co.

Shanghai Xinjiu Chemical Co. adalah sebuah perusahaan kimia Cina yang khusus memproduksi asam lemak. Perusahaan itu milik Perkebunan PT Sebaung Sawit di Kalimantan Utara. Sekitar 890 ha pembukaan gambut terdeteksi di konsesi ini pada tahun 2020.

Sedikit yang diketahui tentang Shanghai Xinjiu Chemical Co. Perusahaan ini tidak memiliki kebijakan NDPE dan bukan anggota RSPO.

CRR sebelumnya mendaftarkan PT Sebaung Sawit Plantation sebagai milik Rugao Shuangma Group, bersama dengan konsesi lain, PT Palem Segar Lestari. Rugao Shuangma termasuk sebagai penebang hutan terbesar ketujuh pada paruh pertama tahun 2020.

Namun, analisis terbaru oleh CRR mengidentifikasi bahwa kepemilikan kedua perkebunan telah berubah. Dengan demikian, Shanghai Xinjiu Chemical Co. sekarang terdaftar sebagai pengganti Rugao Shuangma.

9. Citra Borneo Indah Group

Citra Borneo Indah Group(CBI) adalah salah satu perusahaan induk dari perusahaan terbuka dengan komitmen NDPE, Sawit Sumbermas Sarana (SSMS). Tidak ada aktivitas deforestasi yang terdeteksi dalam anak perusahaan yang dimiliki SSMS.

Namun, CRR menemukan total deforestasi seluas 854 ha pada tahun 2020 di konsesi kelapa sawit PT Sepalar Yasa Kartika, PT Sawit Mandiri Lestari, dan PT Tanjung Sawit Abadi, yang terkait dengan CBI melalui ikatan keluarga. Mayoritas saham PT Sepalar Yasa Kartika adalah milik PT Mandiri Indah Lestari, yang seluruhnya dimiliki oleh putra H. Abdul Rasyid Ahmad Saleh, pemilik CBI Group.

PT Tanjung Sawit Abadi dimiliki secara tidak langsung oleh grup SSMS melalui PT Kalimantan Sawit Abadi. Sedangkan untuk PT Sawit Mandiri Lestari, akta notaris menunjukkan alamat pendaftaran yang sama dengan SSMS yang mengonfirmasi kemungkinan adanya hubungan antara perusahaan.

CBI mensuplai ke AAK, Oleon, General Mills, Johnson & Johnson, Kellogg’s, L’Oreal, Nestlé, Reckitt Benckiser, dan PZ Cussons.

10. Indonusa

Posisi terakhir ditempati oleh Indonusa, grup milik Rosna Tjuatja, warga negara Indonesia yang berdomisili di Singapura. Grup ini masuk dalam daftar penebang hutan teratas pada tahun 2019 dan terus melakukan pembukaan hutan pada PT Internusa Jaya Sejahtera. Konsesi yang terletak di Papua tersebut berkontribusi pada 774 ha deforestasi pada tahun 2020.

Indonusa tidak memiliki kebijakan NDPE. Indonusa juga bukan anggota RSPO. Grup ini menjual produk ke Avon, Danone, Johnson & Johnson, Kellogg’s, Mondelēz, PZ Cussons, dan Upfield.

Baca Juga: Terapkan Sawit Berkelanjutan, Hutan Terjaga Petani Sejahtera

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya