Sumpah Pemuda: Masihkah Menginspirasi Perbedaan?

Perbedaan seharusnya membuat kita bersatu

Jakarta, IDN Times - Hari ini sembilan dekade lalu, para pemuda berkumpul di Gedung Indonesische Club di Jalan Kramat 106, Jakarta Pusat. Mereka adalah wakil-wakil organisasi kepemudaan, seperti Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, dan Jong Ambon. 

Mereka berkumpul untuk menghadiri Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan selama dua hari pada 27-28 Oktober 1928. Di hari terakhir, mereka sepakat untuk berdiri dalam satu berisan bernama Indonesia.

Kesepakatan ini terwujud dalam tiga butir sumpah yang kemudian kita kenal dengan nama Sumpah Pemuda.

1. Ada nilai keberagaman dalam peristiwa Kongres Pemuda II

Sumpah Pemuda: Masihkah Menginspirasi Perbedaan?IDN Times/Sukma Shakti

Sejarawan JJ Rizal mengatakan latar belakang yang mendorong para pemuda untuk bersatu adalah beragamnya suku bangsa, agama, dan kepercayaan di negeri ini. Perbedaan-perbedaan itu membuat mereka bersatu.

“Ada Jong Minahasa, Batak Bond, Jong Ambon tetapi juga ada Jong Islamieten Bond, Kaum Betawi,” kata JJ Rizal saat dihubungi IDN Times pada Kamis (25/10). 

Selain perkumpulan yang sudah disebutkan, etnis Tionghoa juga ternyata punya peran dalam Kongres Pemuda II yang kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda.

“Jangan lupa juga Kongres Pemuda II di Gedung Indonesisch Club yang merupakan milik orang Tionghoa, Sie Kong Liong,” tulis JJ Rizal. Keberagaman yang ada kala itu tak dijadikan sebagai alat pemecah, justru keberagaman yang ada diupayakan agar dapat bersatu untuk menciptakan Indonesia.

Baca Juga: Jokowi Hadiri Peringatan Sumpah Pemuda di Kebun Raya Bogor

2. Semula tak ada kata sumpah pemuda

Sumpah Pemuda: Masihkah Menginspirasi Perbedaan?Dok. Istimewa/JJ Rizal

Fakta menarik tentang peristiwa sumpah pemuda adalah tidak ada kata sumpah pada peristiwa sejarahnya 28 Oktober 1928. “Kata ini ditempelkan kemudian setelah berlalu peristiwanya,” jelas JJ Rizal. Artinya, Kongres Pemuda II tidak dengan sengaja menciptakan Sumpah Pemuda.

“Kata sejatinya 'Putusan Kongres pemuda-pemuda Indonesia' diganti menjadi "Sumpah Pemuda". Hari peringatannya pun awalnya adalah hari peringatan lahirnya lagu Indonesia Raya,” kata JJ Rizal menjelaskan.

JJ Rizal menjelaskan bahwa cikal bakal peristiwa tersebut bermula dari semangat ‘kepingin ngumpul’ dari beberapa organisasi pemuda lokal berkebudayaan nasional dengan organisasi radikal. Ada rasa ingin melawan kesepian karena mayoritas jauh dan sendirian di kota, namun ada juga sebagai kesadaran awal nasionalisme serta bentuk modern organisasi bersama dalam semangat tersebut.

Saat IDN Times bertanya apa yang membuat kata “Sumpah Pemuda” kemudian ditambahkan, JJ Rizal menjelaskan, “Ini praktik politik. Masa lalu digunakan secara visioner untuk menghadapi aneka pemberontakan daerah yang pada 1950an itu banyak terjadi,” katanya.

“Jadi kata 'sumpah' semacam peringatan moral atas pengingkaran janji bertuah sebagai bangsa,” jelas JJ Rizal. Hingga kini, teks Sumpah Pemuda yang kita kenal terus menggaungkan peringatan bahwa kita sudah pernah berikrar sebagai satu bangsa.

3. Sumpah pemuda jadi pengingat kesatuan bangsa

Sumpah Pemuda: Masihkah Menginspirasi Perbedaan?(Sejarawan JJ Rizal) Instagram/@jalanjalanrizal

Menurut JJ Rizal, butir ketiga dari isi Sumpah Pemuda “Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia” menjadi bukti bahwa kala itu para pemuda menghargai perbedaan yang ada. 

“Kongres itu sadar betul ada  bangsa-bangsa dengan beragam peradaban kebudayaan sejarah sebelum ada Indonesia dan ini bukan hanya harus dihargai, tetapi juga sumber nilai bagi langkah menuju kemodernan,” kata JJ Rizal menjelaskan.

Menurut JJ Rizal, setiap generasi memiliki persoalannya sendiri. Pemuda perlu merumuskan pikiran untuk menjawab persoalan dan tantangan yang ada di zamannya masing-masing. “Kongres Pemuda adalah salah satu sumber ilham generasi muda dari zaman ke zaman,” kata JJ Rizal.

Keberagaman dan kesatuan menjadi poin penting yang terus perlu diperjuangkan pemuda dalam menjawab tantangan di eranya. “Bukankah kita pernah mendengar ada 'sumpah mahasiswa' pada peringatan sumpah pemuda yang ke-60,” kata JJ Rizal.

4. Millennials dan semangat sumpah pemuda

Sumpah Pemuda: Masihkah Menginspirasi Perbedaan?readtiger.com

Sumpah Pemuda hingga kini masih diperingati. Namun semangatnya telah berbeda. “Semangatnya pudar, bahkan sedihnya berganti dengan sifatnya bertentangan dengan spirit 1928,” kata JJ Rizal.

JJ Rizal menjelaskan semangat 1928 menurutnya adalah semangat saling rangkul erat dalam perbedaan demi keindonesiaan yang mereka bayangkan sebagai komunitas bersama. 

“Kini, saling cakar dan tengkar tak mampu mengelola perbedaan demi kepentingan kelompok serta golongan sehingga masa depan Indonesia sebagai komunitas bangsa ke depan seperti lorong gelap,” katanya.

Menurut JJ Rizal, saat ini masyarakat, terutama Millennials, memang sulit sekali mencari tokoh yang bisa diteladani. “Banyak elite memang punya nama tapi tak punya nilai,” tulis JJ Rizal. “Nah, kalau pada yang hidup kita sulit mencari teladan seharusnya kita pulang ke rumah sejarah, mencari pada yang sudah mati dan dihidupkan lagi,” tambahnya.

5. Kata millennials tentang sumpah pemuda

Sumpah Pemuda: Masihkah Menginspirasi Perbedaan?Instagram.com/herusinaga

Tak hanya pada Sejarawan, IDN Times juga bertanya pada salah satu Millennials tentang Sumpah Pemuda. Mahasiswa pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Heru Triatma Jaya Sinaga, punya makna sendiri tentang Sumpah Pemuda.

“Pemuda harus diingat punya peranan penting dalam sejarah berdirinya bangsa ini,” kata pria 23 tahun yang akrab disapa Heru ini. “Harusnya pemuda zaman sekarang bisa mengambil bagian untuk memperbaiki bangsa ini,” kata Heru.

Selama ini, Heru turut merayakan peringatan Sumpah Pemuda dengan rekan organisasi di kampusnya. Tak hanya itu, ia dan rekan-rekannya juga tak  jarang melakukan refleksi dan diskusi ringan tentang Sumpah Pemuda.

Menurut Heru, sumpah pemuda bukan sekedar omong kosong. “Sumpah Pemuda itu bagian dari sejarah dan sudah terbukti,” katanya. Menurut Heru, penerapan Sumpah Pemuda harus terus mengikuti zaman agar tetap relevan.

6. Ahmadiyah: Kebhinekaan adalah kekuatan kita

Sumpah Pemuda: Masihkah Menginspirasi Perbedaan?Istimewa

Kelompok Ahmadiyah turut memperingati hari Sumpah Pemuda. Menurut mereka, kebhinekaan yang ada di Indonesia merupakan kekuatan dari bangsa ini.

“Sumpah pemuda adalah bukti bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan bangsa, bukan pemberian rezim kolonial,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Ahmadiyah, Mubarak Ahmad Kamil.

“Sumpah Pemuda merupakan bukti bahwa persatuan dalam keberagaman adalah kekuatan. Kebhinekaan tunggal ika adalah senjata untuk mengalahkan penindasan,” kata Kamil lagi.

Menurut Kamil, peringatan Sumpah Pemuda harus dijadikan momentum untuk berbenah diri. Hal ini dirasa perlu dilakukan agar menjadi pribadi yang berkualitas tinggi dalam segi rohani dan duniawi.

"Tidak akan berubah suatu kaum/bangsa, tanpa ada perubahan dari kaum mudanya,” tutup Kamil.

Baca Juga: Hujan Deras Iringi Perayaan Sumpah Pemuda di Kebun Raya Bogor

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya