Kisah Perjuangan Wartawati Era Orde Baru yang Dituduh PKI

Puluhan tahun ia merasa hidup seperti di planet lain

Jakarta, IDN Times - Sri Sulistyawati terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit di kawasan Jakarta Pusat. Perempuan 78 tahun itu dicap sebagai eks tahanan politik (tapol), karena dituduh pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era Orde Baru.

1. Awal mula Eyang Sri menjadi jurnalis

Kisah Perjuangan Wartawati Era Orde Baru yang Dituduh PKIIDN Times/Helmi Shemi

Dengan suara lirih, perempuan yang akrab disapa Eyang Sri ini menceritakan saat dirinya memulai karir sebagai jurnalis ekonomi di media Warta Bhakti. Saat itu, ia selesai kerja praktik (magang), namun diminta melanjutkan sebagai jurnalis.

“Iya wartawati jadul. Selesai (praktik) gak boleh keluar, kerja terus di situ,” kata dia, tertawa, saat ditemui IDN Times baru-baru ini.

2. Eyang Sri dituduh pengikut PKI

Kisah Perjuangan Wartawati Era Orde Baru yang Dituduh PKIIDN Times/Helmi Shemi

Eyang Sri terpaksa berhenti sebagai jurnalis gara-gara pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis pada 1965-1966. Kala itu, ia mengaku tergabung dalam Partai Nasionalis Indonesi (PNI).

“Berhentinya karena peristiwa 65. Karena Eyang dianggap orangnya Soekarno. Kan Bung Karno berpijak lima partai, PNI, PKI, Partindo (Partai Indonesia), Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Ini semua dihabisin, jadi bukan PKI aja,” kata dia.

Baca juga: Ini Isi Deklarasi yang Membuat Diskusi Bertema PKI Berujung Ricuh

3. Eyang Sri merasa hidup seperti di planet lain

Kisah Perjuangan Wartawati Era Orde Baru yang Dituduh PKIIDN Times/Helmi Shemi

Akibat tuduhan itu, Eyang Sri dipenjara selama 11 tahun, sejak 1968-1979 di Bukit Duri. Ia bersama eks tapol lainnya lalu dibebaskan dengan syarat harus melapor rutin (mel) kepada aparat keamanan.

Beberapa orang menuding Eyang Sri sebagai pengikut PKI, tapi ia bersyukur keluarganya tidak bersikap demikian.

“Stigma kan? Itu (stigma) dimana-mana, kalau menerima kita otomatis. Tapi Puji Tuhan, kalau keluarga Eyang baik, menerima. Saya hidup seperti di planet lain, seperti diasingkan. Iya, tiap hari mel, seminggu sekali Kodim (Komando Distrik Militer), sebulan sekali Kodam (Komandao Daerah Militer),” ujar dia.

4. Eyang Sri Bertahan hidup dengan membuat cerpen dan mengobati orang

Kisah Perjuangan Wartawati Era Orde Baru yang Dituduh PKIIDN Times/Helmi Shemi

Keluar dari penjara, Eyang Sri kembali ke rumahnya di Cirebon. Pada 1998 hingga 2007 ia pindah ke rumahnya di Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Selama itu pula ia bertahan hidup dengan berbagai cara. Mulai dari membuat cerita pendek (cerpen) hingga menjadi ahli pengobatan tradisional.

Eyang Sri belajar teknik pengobatan dari istri pemimpin PKI Dipa Nusantara Aidit (D.N Aidit), Sutanti Aidit. Sutanti juga dikenal sebagai dokter spesialis akupunktur pertama yang dimiliki Indonesia.

“Kalau Eyang kadang nulis cerpen, kan lumayan itu nyambung hidup. Selamanya masih bikin cerpen sampai sekarang. Eyang juga ngobatin orang sakit saraf, apa saja. Sampai disebutnya dukun PKI. Kebetulan orang Pemda kenal baik karena berobat ke Eyang, dari lurah sampai Wali Kota,” ungkap dia seraya tertawa.

Eyang Sri juga terlibat membantu mahasiswa dalam aksi menurunkan Soeharto pada 1998.

“Waktu itu, bantu mahasiswa demo itu. Kami ibu-ibu itu bikin nasi bungkus untuk para pendemo,” tutur dia dia.

Pada 2007 Eyang Sri pindah ke panti jompo Waluya atas ajakan politikus PDIP Ribka Tjiptaning dan restu dari keluarganya.

5. Pengobatan Tradisional dan keadaan mengubah stigma orang terhadap Eyang Sri

Kisah Perjuangan Wartawati Era Orde Baru yang Dituduh PKIIDN Times/Helmi Shemi

Kini keadaan berubah. Kehidupan Eyang Sri mulai sedikit bebas, berkat stigma terhadap orang-orang yang dianggap PKI mulai berubah. 

“Setelah lewat 1998 agak bebas. Agak, ya,” ungkap perempuan yang berambut memutih itu.

Stigma terhadap Eyang Sri sebagai pengikut PKI perlahan menghilang berkat pengobatan tradisional itu.

“Jadi sesulit apapun bisa ditembus. Jadi lihat sikon (situasi dan kondisi) nya. Nih orang kaku jangan bales kaku, akhirnya baik semua. Dengan mengobati itu ya membuat stigma itu sedikit-sedikit hilang,” tutup Eyang Sri.

Baca juga: Difitnah Sebagai Anggota PKI, Ini Jawaban Jokowi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya