Kisah Mengharukan Pemilik Warung yang Isinya Habis Dijarah Perusuh

Barang sekitar Rp20 juta habis

Jakarta, IDN Times - Usma (64) berdiri di depan warung kelontong miliknya yang tepat berada di samping pos polisi (pospol) Sabang, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta. Mengenakan kaos garis berwarna merah dan celana bahan, matanya merah berlinang air mata.

Saat itu, tepatnya pukul 23.30 WIB, kerusuhan terjadi di Jalan Wahid Hasyim. Massa yang beringas membakar pospol. Warung kelontong miliknya tak ikut terbakar, namun massa menjarah isinya.

"Mas, tolong jangan dibakar warung saya ini," kata Usma mengungkapkan kejadian kemarin malam kepada IDN Times, Kamis (23/5). 

Usma mengatakan saat itu polisi melontarkan gas air mata untuk menghalau para perusuh. Usma yang tak tahan dengan gas air mata ikut melarikan diri meninggalkan warungnya. Namun ia sempat mengunci warung  tersebut.

Pagi harinya sekitar pukul 05.30 WIB, ketika para perusuh telah melarikan diri, Usma pun kembali ke warung. Namun apa yang dilihatnya sungguh mengenaskan: warungnya dijarah habis perusuh. 

"Padahal posisi barang dikunci, dibuka paksa. Barang sekitar Rp20 juta habis. Soalnya rokok mahal semua. Rokok, kopi, minuman habis. Rokok sisa 2 bungkus," jelas Usma.

Kemalangan Usma makin bertambah karena ia tidak mempunyai baju dan celana selain yang ia pakai.

"Saya biasanya menginap di pospol. Pakaian disimpan di pospol habis (dibakar)," ucapnya.

Anak Usma, Dadi (39), yang juga pedagang warung kelontong di Palmerah meminta ayahnya kembali ke kampung mereka di Kuningan, Jawa Barat, untuk kembali mengumpulkan modal.

"Saya minta Bapak pulang aja ke Kuningan, sore mau pulang," kata Dadi.

Kisah serupa dialami Rajab (62), warung minumannya habis dijarah para perusuh pada Rabu (23/5). Rajab saat kejadian sedang pergi ke Depok untuk beristirahat.

Saat ia kembali ke warungnya pada Kamis (23/5) pukul 11.00 WIB, isi tokonya sudah ludes dijarah, meski pintu warung sudah ia ikat dengan rantai besi. Namun Rajab memilih untuk tetap tegar dan mengikhlaskan apa yang terjadi meski ia mengaku merugi sekitar Rp30 juta.

"Udah ikhlas. Kita udah tahu tahun 1998 kayak apa. Jadi gak kaget," ucapnya.

Baca Juga: Massa Aksi 22 Mei Bakar Toko di Jalan Sabang

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya