Awak Kabin Batik Air Kaget Saat Tahu Harus Ikut Diobservasi di Natuna

18 kru Batik Air akan diberi penghargaan oleh perusahaan

Jakarta, IDN Times - Rasa suka cita turut diekspresikan oleh awak kabin maskapai Batik Air yang ikut mengevakuasi 238 WNI dari Kota Wuhan, Tiongkok. Begitu tiba di Jakarta, sebanyak 18 kru itu disambut bak pahlawan. Sebab mereka berani melakukan tugas yang berisiko. 

Rasa apresiasi yang besar disampaikan oleh Presiden Lion Air Group, Edward Sirait yang menyelenggarakan acara penyambutan bagi kru kabin mereka pada Sabtu (15/2). Edward mengatakan bagi kru kabin tersebut, perusahaan akan memberikan apresiasi khusus. 

"Saya yakin dan percaya atas apa yang kalian lakukan. Manajemen tidak akan diam, tapi saya belum bisa mengatakan apa yang akan perusahaan berikan kepada kalian karena kalian bersedia melakukan tugas ini. Tentunya saya berharap kalian bisa menerima sesuatu yang monumental sebagai bentuk penghargaan dari perusahaan," ujar Edward di Lion Air Group Simulator di Jakarta. 

Kru kabin pun mengalami pengalaman yang tidak mudah. Ketika berangkat dan kembali ke dari Tiongkok, mereka harus mengenakan pakaian antivirus atau hazemat suit. Selain itu, mereka juga ikut diobservasi selama 14 hari di Kepulauan Natuna, baru kembali ke Jakarta. 

Lalu, apa kisah menarik yang dikenang oleh kru kabin Batik Air yang terlibat misi kemanusiaan itu?

1. Awak pesawat Batik Air kembali setelah 14 hari ikut dikarantina bersama WNI yang dievakuasi

Awak Kabin Batik Air Kaget Saat Tahu Harus Ikut Diobservasi di Natuna(Kru kabin Batik Air yang disambut oleh manajemen) IDN Times/Cindi Nopitasari

Para awak kabin maskapai Batik Air semula tak menyangka mereka harus ikut diobservasi selama dua pekan di Kepulauan Natuna bersama 238 WNI dari Tiongkok. Namun, mereka tak bisa menolak lantaran itu adalah prosedur yang sudah ditetapkan oleh WHO. Awak kabin hanya bisa mematuhi aturan dan arahan dari pemerintah. 

"Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sebelum kembali ke lingkungan masing-masing, kami ikut dikarantina untuk menjamin agar tetap sehat dan bebas dari virus corona," ujar Kepala Penerbangan Batik Air, Destyo Husodo.

Capt Destyo menjadi sosok penting dalam perjalanan Wuhan-Batam-Natuna itu. Sebab, ia yang memimpin misi kemanusiaan tersebut dengan menggunakan pesawat Airbus A330-300.

Ia juga mengungkapkan selama berada di Natuna, mereka membaur dengan WNI lain yang diobservasi. Mereka tidak hanya mempererat hubungan antar kru di Batik Air saja selama di sana, tetapi juga dengan kru TNI Angkatan Udara. 

Untuk mengisi waktu luang, kru kabin ikut melakukan olahraga dua kali sehari yakni di pagi dan sore hari. Kemudian, di malam hari, mereka ikut menyanyi bersama. Dengan merasa gembira, dipercaya bisa menambah kekebalan tubuh sehingga tidak mudah diserang virus. 

Baca Juga: Selain Uang Saku, BNPB Juga Berikan Tiket Pesawat ke WNI dari Natuna

2. ­Awak kabin Batik Air tidak ada yang menolak ketika ditunjuk ikut terlibat misi kemanusiaan ke Wuhan

Awak Kabin Batik Air Kaget Saat Tahu Harus Ikut Diobservasi di Natuna(Kru kabin Batik Air yang ikut misi kemanusiaan ke Wuhan) IDN Times/Cindi Nopitasari

Edward pun mengaku kagum karena ketika personel yang ditunjuk untuk ikut dalam misi kemanusiaan ke Wuhan tidak menolak sama sekali. Mereka mengaku siap menjalankan misi tersebut, kendati berisiko terinfeksi virus mematikan corona. 

"Yang paling berharga adalah tidak ada penolakan sama sekali (ketika diminta untuk bertugas) dan kalian siap. Kalau kalian bilang tidak, tentunya (misi) ini tidak akan jalan. Pengabdian dan tugas kemanusiaan itu lebih dari misi perusahaan," kata Edward kepada awak kabinnya itu. 

Sementara, Destyo dan kru kabinnya merasa bangga karena ditunjuk untuk menjalankan tugas mulia tersebut. Ia menjelaskan setiap awak kabin yang ditunjuk tidak sembarangan. Para personel itu ditunjuk karena dinilai memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Selain itu, Destyo melanjutkan, para personel mampu bekerja sesuai SOP dan aturan perusahaan. 

3. Capt Destyo Husodo mengaku ngeri-ngeri sedap saat tahu akan diobservasi di Natuna

Awak Kabin Batik Air Kaget Saat Tahu Harus Ikut Diobservasi di Natuna(Capt Destyo Husodo yang memimpin misi kemanusiaan ke Wuhan) IDN Times/Cindi Nopitasari

Saat ditanya oleh media bagaimana rasanya ketika tahu akan diobservasi, Capt Destyo mengaku sudah diberikan informasi mengenai hal tersebut. Namun, ia belum tahu apakah akan diobservasi di Batam atau Natuna. 

"Sedikit terkejut (saat tahu harus ikut observasi juga). Tentunya, saya merasa ngeri-ngeri sedap ya karena kan kita juga tidak tahu lokasinya di sana seperti apa. Tapi, berkat dukungan Batik Air dan Lion Air yang ikut memonitor, pagi, siang dan sore, begitu juga dukungan dari Kementerian Kesehatan dan Satgas TNI AU, menjadi berharga bagi kami," tutur Capt Destyo kemarin. 

Ia pun mengisahkan ketika berangkat ke Wuhan, tim evakuasi sudah diberikan slot time dari otoritas Tiongkok. Semula, tim evakuasi harus menanti hingga 9 jam lamanya untuk bisa mengevakuasi WNI dari Wuhan. Usai dilakukan proses negosiasi yang panjang, akhirnya Pemerintah Indonesia diberi kesempatan untuk mengevakuasi WNI. 

Destyo pun mengisahkan sesungguhnya yang ingin melakukan evakuasi warganya keluar dari Wuhan bukan hanya Indonesia. Ada pula beberapa negara lain seperti India, Myanmar dan Maroko. 

"Alhamdulilah, tim evakuasi dari Indonesia bisa menyelesaikan kendala dan berhasil membawa WNI pulang ke Tanah Air sesuai SOP dan prosedur yang ditetapkan perusahaan," kata dia kepada media kemarin. 

https://www.youtube.com/embed/AlKeZdst_jw

Baca Juga: 2 Pekan Diobservasi di Natuna, WNI: Happy dan Berat Badan Malah Naik

Topik:

Berita Terkini Lainnya