Penusukan Wiranto Disebut Rekayasa, Polri: Tidak Mungkin, Lah!

Polisi menyebut penusuk Wiranto punya jaringan 

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Kemananan (Menko Polhukam) Jenderal (Purn) TNI, Wiranto, ditusuk oleh terduga teroris di Pandeglang, Banten, pada Kamis (10/11) kemarin. Namun, beberapa masyarakat khususnya warganet, menilai bahwa peristiwa itu direkayasa.

Menanggapi hal itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo menepis penilaian tersebut.

Sebab, seseorang yang terpapar paham radikal ISIS membutuhkan proses yang panjang.

"Tidak mungkin ada yang merekayasa itu. Ini jaringannya banyak. Banyak agendanya dan kita waspadai bersama," jelas Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (11/10).

1. Ada beberapa tahapan sebelum polisi bisa menangkap teroris

Penusukan Wiranto Disebut Rekayasa, Polri: Tidak Mungkin, Lah!IDN Times/Arief Rahmat

Dedi kemudian memaparkan beberapa tahapan, sebelum polisi bisa menangkap pelaku terorisme. Sebelum melakukan aksinya, jaringan teroris pertama kali akan berjaga-jaga.

"Berjaga-jaga adalah taraf awal, membangun komunikasi intens lewat medsos, tidak menutup kemungkinan berkomunikasi secara verbal," katanya.

Setelah berjaga-jaga, para pelaku akan saling mengenal. Disitu, juga ada tokoh yang biasanya melakukan rekrutmen dan memiliki simpatik kepada perjuangan ISIS. Setelah para rekrutmen simpatik dengan perjuangan ISIS, tokoh tersebut akan melakukan taklim (pengajaran) umum berupa doktrin, ajaran, cara jihad, dan cara lainnya.

"Lebih khusus lagi, taklim kepada orang-orang yang mengikuti tahapan-tahapan itu menggunakan jejaring medsos," kata Dedi.

Tahap keempat, para rekrutan yang memiliki kemauan yang kuat untuk bergabung, mereka akan diajari pelatihan perang-perangan (i'dah) yang nantinya akan menyerang pemerintah atau aparat kepolisian. Dan tahap terakhir, mereka akan melakukan amaliyah seperti halnya bom bunuh diri.

"Dalam tahap keempat dan kelima, dari bukti permulaan yang cukup, Polri baru bisa melakukan preventive strike. Kalau belum (sampai tahap itu) kita baru monitoring," beber Dedi.

Baca Juga: Begini Cerita Kapolsek Menes yang Gagalkan Penusukan ke Wiranto

2. Pelaku melukai beberapa korban

Penusukan Wiranto Disebut Rekayasa, Polri: Tidak Mungkin, Lah!IDN Times/Axel Jo Harianja

Dedi menjelaskan, bukan hanya Wiranto yang mengalami luka tusuk. Ada beberapa korban lainnya seperti Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto dan pimpinan Universitas Mathlaul Anwar, bernama Fuad. Istri Abu Rara, juga berupaya menyerang Kapolda Banten, Irjen Pol Tomsi Tohir, namun berhasil ditangkis.

"Melihat istrinya ditangkap, Abu Rara coba berontak dia masih pegang kunai. Akhirnya ajudan (Wiranto) kena (tusuk) juga," jelas Dedi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Abu Rara beserta istrinya berkomitmen untuk menyerang aparat kepolisian serta pejabat. Dengan harapan, keduanya bisa melancarkan aksi jihadnya.

"Harapan saya akan ditangkap, saya akan melakukan perlawanan semaksimal mungkin sampai ditembak mati. Itu jihadnya berhasil. Istrinya juga sama," kata Dedi menirukan pengakuan Abu Rara.

3. Alasan polisi tidak tangkap Abu Rara meski sudah dipantau tiga bulan

Penusukan Wiranto Disebut Rekayasa, Polri: Tidak Mungkin, Lah!IDN Times/Istimewa

Dedi mengatakan, meski sudah dipantau selama tiga bulan, pelaku penusukan utama yakni, Syarial Alamsyah alias Abu Rara, belum menunjukkan adanya rencana amaliyah.

Berdasarkan hasil pemantauan pula, Abu Rara kala itu belum berpotensi melakukan I'dad (mempersiapkan senjata atau alat perang). Abu Rara juga hanya sekali berkomunikasi dengan pimpinan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi, yang dipimpin oleh Abu Zee.

"Beda dengan kelompok Abu Zee, mereka sudah beli bahan peledak dan lain-lain, sudah merencanakan amaliyah. Jadi kita hanya bisa memonitor. Ini kan amaliyah Abu Rara spontanitas. Makanya, ada kesempatan dia memanfaatkan bersama istrinya (Fitria Adriana)," kata Dedi.

Dedi juga menerangkan, Abu Rara berafiliasi dengan kelompok JAD. Akan tetapi, berdasarkan pengakuannya, Abu Rara tidak menyatakan secara eksplisit bahwa dia bergabung dengan kelompok JAD Bekasi.

" Dia (Abu Rara) bagian dari simpatisan, dia direkrut oleh Abu Zee, sempat dinikahkan lalu dia pergi. Komunikasi fisik (dengan Abu Zee) tidak pernah," terang Dedi.

4. Abu Rara tidak mengetahui jika yang ia tusuk adalah Wiranto

Penusukan Wiranto Disebut Rekayasa, Polri: Tidak Mungkin, Lah!ANTARA FOTO/Dokumen Polres Pandeglang

Jenderal bintang satu itu menuturkan, Syarial Alamsyah alias Abu Rara, tidak mengetahui jika orang yang dia tusuk adalah Wiranto.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Abu Rara merasa stres dan tertekan. Sebab, pimpinan kelompok teroris JAD Bekasi, Abu Zee telah ditangkap pihak kepolisian pada September 2019 lalu. Ia pun merasa takut dan merencanakan rencana amaliyah.

"Kemudian ada helikopter istilahnya dia kapal mendarat. Abu Rara ngomong ke istrinya (Fitria Adriana) itu sasaran kita. Dia gak tahu siapa itu. Dia kemudian ke istrinya bilang, 'saya akan serang bapak yang turun dari heli, kamu serang polisinya'," tuturnya.

Sebelumnya, Wiranto, ditusuk oleh orang tak dikenal di Pandeglang, Banten dan viral di media sosial. Kini, Wiranto tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta Pusat.

Baca Juga: Polri: Akbar Alamsyah Jadi Tersangka karena Diduga Lempari Petugas

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya