Fithra Azmi, Guru Honorer yang Dedikasikan Hidupnya untuk Pendidikan

Menjadi guru harus ikhlas dan mengajar dari hati

Fithra Azmi adalah mitra Program PINTAR Tanoto Foundation dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bagi pria kelahiran 11 Maret 1992 ini, menjadi guru merupakan cita-cita sejak kecil.

Kini ia mengabdi di MTsN Tanjung Jabung Barat yang masuk dalam wilayah Kecamatan Betara.

Menurutnya, menjadi guru adalah jalan pengabdian untuk membimbing dan mendidik anak-anak di sekitar Kabupaten yang terkenal dengan hasil ikan lautnya, mengingat Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan daerah pesisir.

“Tidak hanya mengajar, tetapi seorang guru juga harus menjadi pembimbing,” kata Fithra, beberapa waktu lalu.

Yuk simak kisahnya:

Baca Juga: Tegas Jadi Wali Kota, 10 Potret Bobby Nasution Family Man Banget

1. Bersemangat untuk menimba ilmu yang diberikan oleh para fasilitator daerah

Fithra Azmi, Guru Honorer yang Dedikasikan Hidupnya untuk PendidikanFithra Azmi (Dok. IDN Times)

Pada tahun 2018, setelah Program PINTAR Tanoto Foundation masuk ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Fithra menyambut antusias. Dirinya mengaku bersemangat untuk menimba ilmu yang diberikan oleh para fasilitator daerah (fasda).

Setiap pelatihan yang diselenggarakan oleh Program PINTAR Tanoto Foundation, Fithra selalu mengikutinya, tanpa pernah absen. Bahkan ia termasuk yang mendorong kawan-kawannya untuk jangan pernah ketinggalan dalam mengikuti pelatihan tersebut.

“Program PINTAR sangat baik untuk saya yang berasal dari madrasah, sehingga kecakapan saya dalam mengajar semakin meningkat,” ujarnya.

Sebagai peserta pelatihan, setiap ada tugas yang diberikan para fasda ia kerjakan dengan tekun, teliti, dan tepat waktu. Hal tersebut untuk mendukung dirinya sebagai guru kala mengajar.

2. Menjadi guru harus ikhlas dan mengajar dari hati

Fithra Azmi, Guru Honorer yang Dedikasikan Hidupnya untuk PendidikanFithra Azmi (Dok. IDN Times)

Meskipun masih berstatus guru honorer di MTsN 2 Tanjung Jabung Barat, Fithra tetap semangat menjalaninya sebagai seorang pendidik.

“Menjadi guru harus ikhlas dan mengajar dari hati,” ungkapnya.

Baginya, mendidik itu bukan hanya di dalam kelas, atau ruang tatap maya, namun perlu juga memberikan teladan yang nyata kepada siswanya, mulai dari kedisiplinan datang tepat waktu ke sekolah, menjaga ucapan, hingga hal terkecil seperti tidak membuang sampah sembarangan.

Keteladanan yang diberikan olehnya bukan hanya ucapan, namun juga tindakan, seperti yang ia lakukan ketika di dalam kelas, yaitu membaca buku sebelum pembelajaran dimulai.

“Memberi contoh itu sangat penting, satu kali teladan yang kita berikan, itu lebih berguna ketimbang seribu ucapan,” tegasnya.

Selain itu, Ia juga mengatakan pentingnya berdiskusi sesame guru untuk mencari solusi ketika ada pemasalahan pembelajaran yang mereka hadapi.

“Dengan berdiskusi bersama teman sejawat, fikiran kita menjadi lebih terbuka,” ujarnya.

Tidak berhenti di situ saja, Fithra muncul sebagai sosok inspiratif juga karena kreativitasnya dalam mengajar. Salah satunya adalah dengan mengembangkan channel YouTube miliknya untuk diisi dengan konten-konten pembelajaran.

3. Mendorong siswa lebih berani bertanya, berkomunikasi, dan lugas menyampaikan pendapat

Fithra Azmi, Guru Honorer yang Dedikasikan Hidupnya untuk PendidikanFithra Azmi (Dok. IDN Times)

Sebagai guru Bahasa Inggris, ia selalu ingin siswanya senang dan semangat ketika mereka belajar.

“Saya mendorong siswa lebih berani bertanya, berkomunikasi, dan lugas menyampaikan pendapat karena kemungkinan merasa tidak ada pembatas yang begitu jauh antara siswa dan guru, lebih tepatnya nampak lebih bersahabat,” katanya.

Salah satu yang ia lakukan sebelum belajar Bahasa Inggris adalah dengan mengajak siswa bermain ice breaking atau games.

Setelah siswa mengikuti Ice Breaking dan game ini, tidak terlihat lagi ekspresi yang datar yang menggambarkan ketidaknyamanan dan ketidaksiapan menerima pelajaran.

Salah satunya adalah ketika ia menunjukkan gambar kopi panas lengkap dengan gelasnya, lalu ia menanyakan kepada siswanya what picture is this?.

Lalu siswa menjawabnya “a glass of coffee,” ujar Anisa Dwi Amanda.

Setelah sesi pembuka berjalan dengan baik, Fithra memutarkan video, kebetulan di madrasahnya tempat mengajar sudah tatap muka.

Pada saat itu ia mengajar tentang procedure text. Hal pertama yang ia lakukan adalah memutar video kepada siswa. Lalu bertanya kepada mereka. Seperti pertanyaan What can you find in the video? Have you ever made a glass of drink or food? Can you make a glass of coffe like video?

4. Mulai PTM, Tantangan Lebih Besar dari Sebelumnya

Fithra Azmi, Guru Honorer yang Dedikasikan Hidupnya untuk PendidikanFithra Azmi (Dok. IDN Times)

Namun dengar berjalannya waktu saat ini, pembelajaran tatap muka sudah dilakukan, diakui mitra Program PINTAR Tanoto Foundation dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini tantangan mengajar siswa yang telah terbiasa dengan pembelajaran daring semakin sulit, bahkan saat ini hal yang harus dipahami dan diterapkan siswa adalah kepercayaan dirinya tampil di depan kelas.

Untuk itu guru di MTsN 2 Tanjung Jabung Barat ini kembali menerapkan ilmu yang ia dapatkan dari pelatihan Program PINTAR Tanoto Foundation sebelumnya, salah satunya dengan mengajak siswa bermain ice breaking atau games sebelum memulai pembelajar, hal ini agar dapat meningkatkan semangat dan keberanian siswa saat pembelajaran berlangsung.

"Berani tampil, itu sepertinya yang saat ini harus menjadi PR awal bagi kita pengajar, karena siswa terbiasa melihat handphone dan walaupun ada tugas tampil itu kan tidak langsung, jadi saat mereka harus tampil langsung kembali di kelas saat PTM mereka sedikit ragu atau kurang berani," ujarnya.

Baca Juga: Cerita Mardimpu Sihombing, Mengajar Geografi dengan Aplikasi Tiktok

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya