TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sidak ke Pasar, BPOM Aceh Temukan 875 Kg Bahan Mengandung Boraks

19 jenis produk tanpa izin edar

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Banda Aceh menemukan ratusan kilogram bahan tambahan pangan (BTP) berbahaya mengandung boraks. (Dokumentasi Humas BBPOM di Banda Aceh untuk IDN Times)

Banda Aceh, IDN Times - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Banda Aceh menemukan ratusan kilogram (kg) bahan tambahan pangan (BTP) berbahaya mengandung boraks.

Kepala BBPOM di Banda Aceh, Yudi Noviandi mengatakan, beserta tim kembali melanjutkan kegiatan intensifikasi pengawasan pangan selama Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah atau 2024 Masehi.

1. Hasil pengawasan ditemukan 875 kilogram bahan tambahan pangan mengandung boraks

BBPOM di Banda Aceh lakukan pengawasan produk makanan di sejumlah kabupaten kota di Aceh. (Dokumentasi Humas BBPOM di Banda Aceh untuk IDN Times)

Yudi menyampaikan, pengawasan yang menyasar sarana distributor dan retail pangan maupun takjil dilakukan selama tiga hari di empat kabupaten kota. Mulai dari Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, dan Kota Lhokseumawe.

BPOM Aceh mengamankan hingga 875 kilogram bahan tambahan pangan berbahaya mengandung boraks yang dapat menyebabkan berbagai gangguan bagi kesehatan,” kata Yudi, Sabtu (6/4/2024).

Baca Juga: Ikuti Google Maps, Pemotor Asal Aceh Nyasar Masuk ke Jalan Tol

2. Ada 19 jenis produk tanpa izin edar

BBPOM di Banda Aceh lakukan pengawasan produk makanan di sejumlah kabupaten kota di Aceh. (Dokumentasi Humas BBPOM di Banda Aceh untuk IDN Times)

Yudi mengatakan, pengawasan melibatkan dinas kesehatan maupun dinas perindustrian dan perdagangan setempat serta instansi terkait lainn. Tim melakukan sampling, pengujian serta pemberian komunikasi informasi dan edukasi seputar obat maupun makanan.

Dari 38 sarana distributor dan retail pangan, 20 di antaranya tidak memenuhi ketentuan. Ditemukan 19 jenis produk tanpa izin edar seperti teh hijau Thailand, milo Malaysia, dan permen hacks.

“Selain itu ada enam jenis produk kedaluwarsa dan 24 jenis produk rusak,” ujar Yudi.

Berita Terkini Lainnya