Rozali 'Sulap' Kotoran Sapi Jadi Uang Jutaan Rupiah

Harga kotoran sapi basah dihargai Rp200 per Kilogram

Siak, IDN Times - Biasanya kotoran selalu dianggap sesuatu yang menjijikkan bahkan dianggap tidak bermanfaat.

Namun, persepsi kebanyakan orang diubah Rozali (38) warga Kampung Merempan Hulu, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Riau. Ia berhasil menyulap kotoran sapi jadi pundi-pundi rupiah.

Yuk simak apa yang dilakukan Rozali:

1. Harga kotoran Sapi basah dihargai Rp200 per Kilogram

Rozali 'Sulap' Kotoran Sapi Jadi Uang Jutaan RupiahKandang sapi milik Rozali (38) warga Kampung Merempan Hulu, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Riau. Ia berhasil menyulap kotoran sapi jadi pundi-pundi rupiah. (IDN Times/Alfath Andri)

Rozali (38) setiap harinya mengumpulkan kotoran sapi dari kandang ke kandang untuk dijualnya ke para petani. Per kilogram kotoran sapi itu Ia jual seharga Rp200.

Dalam sebulan, Rozali berhasil meraup untung Rp6.000.000, hasil penjualan itu Ia bagi dengan kelompok ternaknya. Sebab Rozali adalah anggota dari kelompok ternak Lembu Sejahtera.

Dari kotoran sapi yang mereka ternak ia berhasil menambah pundi rupiah sebagai penghasilan tambahannya serta uang kas untuk kelompoknya.

“Kotoran sapi ini sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Kami sudah menjalani jualan kotoran sapi ini sejak 4 tahun lalu. Hasilnya lumayan, nambah penghasilan,” jelas Rojali.

Baca Juga: 9 Fakta Menarik Fiki Alman dan Randy Martin, 'Adik' Arya Saloka

2. Rozali anggap kotoran sapi sebagai "Emas Hijau"

Rozali 'Sulap' Kotoran Sapi Jadi Uang Jutaan RupiahANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Menurut Rozali, kotoran sapi yang diolahnya itu tidak sejijik kotoran sapi seperti pada umumnya. Baginya kotoran sapi itu seperti emas hijau, meski bukan logam mulia berwarna hijau namun mempunyai nilai uang yang laris manis di pasaran.

Apalagi, kata Rozali lebih jauh, Kabupaten Siak merupakan daerah berbasiskan perkebunan sawit dan pertanian, sehingga kotoran sapi yang sebagian besar orang menghindarinya justru kini diburu para penghasil pupuk organik.

“Awalnya kami ingin mengolah kotoran sapi dari kelompok ternak kami sendiri menjadi pupuk organik. Kami terkendala dengan peralatannya dan usaha ini tidak bisa diteruskan waktu itu,” kenang Rojali.

Seiring berjalannya waktu, kata Dia lebih jauh, kelompok ternaknya didatangi petani lain. Banyak yang ingin membeli kotoran sapinya. Dari sana, Rojali berpikir lebih baik jual bahan bakunya saja, yakni kotoran sapi basah atau kering.

“Permintaan datang bukan hanya dari petani di Siak, bahkan juga dari luar Siak. Saya pikir, cepat atau lambat ini akan jadi uang, dan harus diseriusi biar berkelanjutan,” kata dia.

Rojali membagi dua jenis kotoran sapi yang hendak dijualnya, basah dan kering. Kotoran sapi yang basah dibandrol Rp 200 per kilogramnya, sedangkan yang sudah dikeringkan Rp 12 ribu per karung.

“Lumayan, nambah -nambah penghasilan,” ujar Rojali.

3. Kotoran sapi prospek di pasaran

Rozali 'Sulap' Kotoran Sapi Jadi Uang Jutaan RupiahIlustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Prospek penjualan kotoran sapi sedang baik-baiknya di Siak. Apalagi belakangan masyarakat “demam” tanaman hias keladi (Caladium).

Tananam ini memerlukan pupuk organik. Tanaman ini masuk ke dalam kelompok suku talas atau araceae. Tanaman tropis ini berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

Di Indonesia termasuk juga di kabupaten Siak, masyarakat juga sempat “demam”
dengan tanaman janda bolong (Monstera Adansonii).

Varietas ini sedikit lebih kecil dari deliciosa, tetapi lubang di daunnya masih cukup besar. Lubang-lubang tersebut cenderung memenuhi sekitar 50 persen daun.

“Saat -saat masyarakat demam dengan bunga-bunga hias itu kemarin penjualan kami lumayan banyak. Dari kotoran sapi saja kami dapat Rp 6 juta,” kata dia.

Rozali dan kelompoknya amat bersyukur dengan banyaknya peminat bunga hias. Ia berharap tren itu tidak padam begitu saja, agar penjual kotoran sapi semacam dia dapat untung terus - menerus.

"Saat - saat heboh bunga-bunga keladi, bunga-bunga hias kemarin ini ada saja yang datang memborong kotoran sapi yang telah kami kumpulkan. Lumayan, kami dapat Rp 6 juta,” kata Rozali.

4. Sehari bisa kumpulkan 500 kilogram kotoran sapi basah

Rozali 'Sulap' Kotoran Sapi Jadi Uang Jutaan RupiahKandang sapi milik milik, Rozali (38) warga Kampung Merempan Hulu, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Riau. Ia berhasil menyulap kotoran sapi jadi pundi-pundi rupiah. (IDN Times/Alfath Andri)

Hasil penjualan ini bukanlah menjadi hak Rojali 100 persen. Ia harus berbagi dengan kelompoknya. 40 persen hasil penjualannya untuk kelompoknya, 60 persennya baru masuk kocek pribadinya. Rojali merasa adil dengan pola pembagian itu. Kenapa tidak, Rojali tidak hanya menjual kotoran dari sapi miliknya seorang, melainkan juga mengumpulkan kotoran sapi milik angota kelompoknya, yakni 17 orang.

Bagi Rojali, kotoran sapi memang ibarat emas hijau, karena bernilai untuk menopang kehidupannya sehari-hari bahkan dimungkinkan pula untuk masa depan. Selama orang masih bertani, masih bertanam selama itu pula pupuk organik dibutuhkan, dan kotoran sapi dicari. Bayangkan, Rojali seorang diri mampu mengumpulkan kotoran sapi basah sedikitnya 500 Kg per harinya.

“Untuk kotoran sapi kering bisa dikumpulkan mencapai 10 Kg dari satu ekor sapi dalam tiga hari. Itu saya kumpulkan dari 25 ekor sapi yang ada dalam kelompok ternak kami,” kata dia.

Menurutnya, meski dihadang pandemik COVID-19, penghasilan dari menjual kotoran sapi tak mengalami dampak serius. Sebab, petani dan pegiat tanaman hias selalu butuh pupuk untuk tanaman mereka.

“Kemarin ini ada yang borong kotoran sapi basah Rp700 ribu. Alhamdulillah, sangat bersyukurlah,” kata dia.

Rozali berpandangan, jika petani menggunakan pupuk organik untuk pertanian akan lebih baik dan menguntungkan dua kali lipat. Hasil panen lebih berat, lebih segar dan lebih enak serta lebih sehat, sementara biaya lebih enteng.

"Bagi kami juga ada manfaatnya, salah satunya mengubah limbah peternakan menjadi pundi-pundi rupiah,” ungkap duda anak satu itu.

Baca Juga: Duh Malunya! 10 Status Medsos Ketahuan Comot Gambar dari Internet

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya