Keinginan Detim Manik, Gak Ada Lagi Primata yang Mengemis di Jalan  

Detim aktif kampanye lewat live YouTube dan Facebook

Medan, IDN Times- "Keinginan saya, tidak ada lagi hewan primata yang mengemis di jalan," ucap Abdul Rahman Manik membuka percakapan kepada IDN Times saat ditemui di Monkey Forest Sibaganding, beberapa waktu lalu.

Sejak 2013, pria yang akrab disapa Detim Manik ini mengambil alih (Kelola) kawasan hutan hewan primata tersebut. Saat itu ia menginjak usia 22 tahun. Sebelumnya, sejak 1984, lokasi tersebut dikelola oleh ayahnya, Umar Manik (Parherek). 

Sebagai anak Parherek, Detim mengakui kurangnya perhatian pemerintah pada lokasi wisata ini membuatnya kewalahan memberikan makanan untuk ribuan satwa primata yang terdiri dari empat jenis di Sibaganding. Mereka di antaranya, beruk, kera, siamang dan kiak-kiak.

1. Memberi makan satwa di jalan berarti mengancam keselamatan para satwa

Keinginan Detim Manik, Gak Ada Lagi Primata yang Mengemis di Jalan  IDN Times/Masdalena Napitupulu

Dikarenakan kurangnya makanan yang dibutuhkan satwa primata tersebut, akhirnya mereka turun ke jalanan. Mengemis makanan kepada sejumlah orang yang melintas di jalan. Kata Detim, hal itu mengancam keselamatan para satwa. 

"Kurangnya makanan untuk satwa ini bukan saja mengancam keberlangsungan hidup mereka. Tapi kendaraan yang lewat juga terus menghantui keselamatan para kera dan beruk yang turun ke jalan untuk mengemis makanan," ucapnya.

"Lebih parah lagi, jika yang turun ke jalan itu adalah siamang. Siamang tersebut bisa diambil para pemburu satwa," tambahnya. 

2. Awal mula lahan tersebut diisi oleh kelompok primata lantaran pembukaan lahan persawahan

Keinginan Detim Manik, Gak Ada Lagi Primata yang Mengemis di Jalan  IDN Times/Masdalena Napitupulu

Detim bercerita awal mulanya lahan tersebut diisi oleh kelompok primata lantaran pembukaan kawasan menjadi lahan persawahan oleh ayahnya. Kala itu, sekitar tahun 1984, ayahnya yang merupakan seorang petani membuka lahan sawah di kawasan Monkey Forest Sibaganding. 

Katanya, saat itu sawah yang dikelola didatangi para kelompok kera. Dulunya kera dianggap hama. Oleh karena itu, muncul niat untuk meracuni kera, namun niatnya tertunda.

"Awalnya ayah saya sebagai petani, kemudian sawah yang ditanami dimakan sama kera. Dulu kera ini dianggap hama. Sehingga muncul niat untuk meracuni kera itu. Namun niatnya tertunda karena mendapat mimpi bahwasannya ada teguran dari leluhur. Leluhur itu menyampaikan bahwa bukan monyet yang menggangu tempatnya, tetapi dia (manusia) yang mengganggu tempat monyet (hutan)," beber. 

Kemudian dalam perjalanan mengelola kawasan hutan kera itu, ayahnya bekerja sama dengan dua temannya. Kala itu, ayahnya diberi sejumlah primata yang berasal dari Padang yaitu beruk. "Awalnya tak ada beruk di sini. Beruk itu didatangkan dari Padang," kata Detim.

Baca Juga: Film Parherek Masuk Nominasi FFI 2021, Wagub Sumut: Membanggakan!

3. Tak ingin primata mengemis, Detim aktif kampanye lewat sosial media agar tak ada lagi yang memberi makan di jalan

Keinginan Detim Manik, Gak Ada Lagi Primata yang Mengemis di Jalan  Tempat penyimpanan makanan satwa primata (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Singkat cerita, Detim minta alih kelola lahan tersebut sejak 2013. "Karena apa? tempat ini dimanfaatkan sebagai penghasil duit. Tapi monyetnya tidak dijaga, banyak yang turun ke jalanan," ceritanya. 

"Sebagai pengelola keinginan saya hanya dua. Pertama, jangan ada lagi monyet yang mengemis di jalanan. Kalau ada pengunjung datang memberi makan, monyetnya gak menggigit," ucap Detim. 

Tak ingin primata mengemis, Detim aktif kampanye lewat sosial media agar tak ada lagi yang memberi makan di jalan. "Beberapa tahun terakhir, saya aktif di media sosial. Saya mengkampanyekan ke warga untuk tidak memberi makan di jalanan," katanya. 

Tak hanya itu, Detim juga aktif berbagi kegiatannya saat memberi primata makan. Sejak 2019, ia memanfaatkan live Facebook. Kemudian beralih ke YouTube.

"Di YouTube monetisasi pada Desember 2020. Dari sana, sudah kelihatan hasilnya. Saya bisa membeli makanan primata sehingga primata yang berada di jalanan sudah mulai berkurang. Bahwa beruk sudah naik ke atas hutan. Kelompok Siamang sudah kita tambahi," jelasnya. 

4. Detim anggap primata yang ada di kawasan hutan Sibaganding adalah keluarga

Keinginan Detim Manik, Gak Ada Lagi Primata yang Mengemis di Jalan  IDN Times/Masdalena Napitupulu

Bagi Detim, sebagai anak parherek, ia sudah mengganggap primata yang ada di kawasan hutan Sibaganding adalah keluarganya. Tak heran kedekatannya dengan para primata terlihat saat berinteraksi. 

"Saya anggap mereka sebagai keluarga saya. Jika mereka marah, saya maklum dan jika saya marah, mereka juga maklum. Saya anggap seperti keluarga," ucapnya. 

"Intinya kita saling menghargai, saya tidak memandang mereka sebagai binatang. Mereka tidak menyerang karena naluri mereka juga akan tahu kalau kita berniat baik kepada mereka," sambungnya.

5. Detim: Tujuan saya, primata kembali ke hutan, bukan turun ke jalanan

Keinginan Detim Manik, Gak Ada Lagi Primata yang Mengemis di Jalan  IDN Times/Masdalena Napitupulu

Meskipun para primata sudah melakukan kebiasaan baru, yang sebelumnya turun ke jalan untuk mencari makanan, kini mendapat makanan di tempat yang sudah disediakan oleh Detim. Ia tetap berkeinginan bahwa tidak ada lagi primata yang ketergantungan dengan dirinya.

"Tujuannya bagaimana mereka cari makanan ke hutan. Kembali ke hutan. Bukan turun di jalan," ujarnya.

Kata Detim, makanan yang diberikan kepada para primata dibutuhkan 30 sisir per hari. Ia juga membatasi pengunjung yang ingin memberi makan para primata. "Saya batasin pengunjung masuk agar primata bisa cari makan ke atas Hutan. Pengunjung hanya bisa masuk pada pukul 12.30 dan 15.00 WIB," ucap Detim. 

Saat ini, Detim hanya membuka donasi makanan untuk primata. Melindungi primata tak bisa seorang diri. Ia juga meminta agar tak ada lagi orang yang memberi makanan di jalanan kepada para primata.

Bantu Detim mengumpulkan donasi untuk makanan para satwa primata dengan mengunjungi akun YouTube pribadinya bernama anak parherek si manik. 

Kisah Detim juga baru-baru ini diangkat menjadi film dokumenter panjang yang disutradarai oleh Onny Kresnawan dan produser dr Ria Telaumbanua M.Kes dan berhasil masuk lima besar nominasi Film Festival Indonesia (FFI) 2021.

Baca Juga: Keren! Film Parherek 'Penjaga Monyet' Masuk Nominasi FFI 2021 

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya