Alasan Sarjana Pendidikan Lebih Suka Jadi Tentor daripada Guru Honorer
Ada perbedaan yang kontras pada beberapa aspek
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Sudah tak menjadi rahasia lagi jika upah guru honorer relatif sedikit. Bahkan banyak yang menilai jika beban kerja guru honorer tak sebanding dengan upah yang didapatkannya.
Di media sosial kita sering menemukan guru-guru honorer berkeluh-kesah tentang upahnya yang tidak banyak. Bahkan ada yang hanya mendapatkan Rp500 ribu perbulan. Di mana upah itu menurut sejumlah guru honorer dirasa tak cukup untuk menutupi biaya transportasi hingga biaya hidup lain.
Sehingga tak heran, jika para guru honorer memiliki pekerjaan sampingan seperti mendirikan bisnis sendiri hingga membuka les privat untuk anak-anak yang mau belajar di luar sekolah. Selain itu, ada juga yang memilih untuk menjadi tentor di sebuah bimbingan belajar (bimbel) lantaran mereka merasa ada perbedaan yang cukup kontras antara tentor bimbel dengan guru honorer.
1. Salary tentor bimbel lebih tinggi dibanding guru honorer
Wulan, seorang tentor di salah satu perusahaan bimbel di Kota Medan, mengaku merasakan iklim yang kontras antara dunia bimbel dan sekolah. Dirinya yang juga pernah menjadi seorang guru honorer di salah satu sekolah ini, mengklaim jika menjadi tentor bimbel secara finansial lebih menjanjikan dibanding guru honorer.
"Sebenarnya bisa memilih di sekolah aja, tapi benefit yang didapat tetap aja upah guru honorer itu enggak pernah sampai UMR. Sedangkan di bimbel kita bisa mendapat salary sampai di atas UMR, tergantung kelas yang diajarkan. Makin banyak kelas yang diajarkan makin banyak pula salary yang didapat. Kalau ngajar di sekolah, udah seharian dari pagi sampai sore tapi enggak dapat UMR. Ssmentara kalau ngajar di bimbel jam kerjanya siang sampai maghrib aja bisa di atas UMR perbulannya. Makanya kemarin saya berani mengambil keputusan untuk berhenti mengajar di sekolah dan lebih memilih menjadi tentor bimbel saja," ungkap Wulan.
Upah guru honorer biasanya dihitung perjam pelajaran, sementara tentor bimbel dihitung per-standing. Untuk masing-masing sekolah biasanya juga menerapkan jumlah upah yang berbeda, sehingga tak heran jika upah guru honorer di sekolah swasta berbeda dan relatif lebih tinggi dibanding upah guru honorer sekolah negeri.
Jika perjam pelajaran upah guru honorer dihargai sekitar Rp60 ribu dan ia mendapat 24 jam pelajaran selama seminggu, maka gaji guru honorer hanya dihitung dalam satu minggu itu saja yang kemudian disebut sebagai gaji perbulan. Jadi upah yang didapat guru honorer dapat dihitung Rp60 ribu dikali 24 jam pelajaran, yang berarti Rp1,4 juta perbulan.
Tidak semua sekolah memberikan upah Rp60 ribu perjam pelajaran untuk guru honorer. Ada yang memberikan Rp40 ribu, hingga ada yang membayar dengan nominal Rp16 ribu. Salah satunya dirasakan Ana, seorang guru honorer yang kini juga merangkap sebagai tentor bimbel dengan alasan kebutuhan finansial.
"Saya seorang guru honorer yang juga memutuskan untuk menjadi seorang tentor freelance di salah satu bimbel. Saya mengajar di bimbel dari siang sampai sore dan bisa mendapatkan upah Rp150 ribu perhari. Jumlah ini tentunya sangat banyak dibanding gaji saya sebagai guru honorer yang dihargai Rp16 ribu perjam pelajaran. Dalam sebulan, upah saya sebagai guru honorer tidak sampai Rp1 juta, sementara di bimbel saya bisa mendapatkan upah yang lebih banyak. Inilah alasan mengapa saya juga memutuskan untuk menjadi tentor bimbel agar dapat menutupi biaya hidup saya," aku Ana.