Hari Film Nasional, Ini Kegelisahan Sineas Medan di Tengah Pandemik

Pandemik COVID-19 tak jadi penghalang untuk berkarya

Medan, IDN Times - Hari Film Nasional (HFI) diperingati setiap tanggal 30 Maret. Adapun tujuan penetapan HFI tersebut, sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan film Indonesia. Tak hanya sutradara dan aktor, tapi juga segenap orang yang terlibat dalam sebuah produksi film. 

Merayakan HFI di tengah pandemik, Djenni Buteto, salah satu sutradara film asal Medan mengaku memiliki kendala dalam produksi film A Thousand Midnights in Kesawan secara indie sejak akhir 2019. Walau durasi lama, Djenni tetap komitmen untuk menyelesaikan filmnya itu. Berikut cerita Djenni saat dihubungi IDN Times, Selasa (30/3/2021). 

1. Sejak akhir 2019, produksi film berjudul A Thousand Midnights in Kesawan sudah digarap oleh Djenni dan timnya

Hari Film Nasional, Ini Kegelisahan Sineas Medan di Tengah PandemikFilm garapan Anak Medan A Thousand Midnight in Kesawan (Dok.IDN Times)

Sejak akhir 2019, produksi film berjudul A Thousand Midnights in Kesawan sudah digarap oleh Djenni dan timnya. Dari perkiraan awal, film akan selesai dalam produksi dua tahun. Namun produksi film terhenti karena pandemik COVID-19. Ia menyebut, biaya produksi film panjang cukup besar, jadi pendapatan yang tidak sesuai akan sangat merugikan banyak pihak, khususnya sineas.

“Kami memproduksi film A Thousand Midnights in Kesawan secara indie sejak akhir 2019, sempat vakum karena pandemik, dan baru mulai lagi awal tahun 2021. Belum ada sponsor yang support kami, namun karena ini karya kolaborasi, kami tetap berusaha menyelesaikannya walau dengan speed yang amat lambat,” ujar Djenni Buteto.

2. Meskipun masih di tengah pandemik COVID-19, sineas Medan tetap harus berjuang

Hari Film Nasional, Ini Kegelisahan Sineas Medan di Tengah PandemikFilm garapan Anak Medan A Thousand Midnight in Kesawan (Dok.IDN Times)

Kata Djenni, meskipun masih di tengah pandemik COVID-19, sineas Medan tetap harus berjuang karena kreativitas itu tidak semestinya terhalang keterbatasan-keterbatasan yang ada. Sebagai pembuat film, Djenni menganggap karya adalah sebuah investasi dalam hidup.

"Baginya pelajaran berharga hadir dari pengalaman. Film panjang yang ia besut bersama Hendry Norman ini misalnya, berangkat dari kecintaan terhadap Kota Medan yang memiliki pesona heritage, Paris van Sumatera," tuturnya.

Oleh karena itu, ia sangat bersemangat mengangkat tentang Kesawan sebagai setting lokasi ceritanya. Dengan membawa genre drama, horor dan komedi romantis. Djenni berharap, nantinya film ini bisa digemari penikmat film baik di Medan maupun di luar Medan. "Yang terutama adalah filmnya bisa diterima masyarakat luas," sambungnya.

Baca Juga: Mengenal Warisan Kota Medan Lewat Medan Heritage

3. Film garapan Djenni direncanakan akan rilis pertengahan tahun 2021

Hari Film Nasional, Ini Kegelisahan Sineas Medan di Tengah PandemikFilm garapan Anak Medan A Thousand Midnight in Kesawan (Dok.IDN Times)

Film A Thousand Midnights in Kesawan ini berdurasi 85 menit. Saat ini sedang dalam proses post production dan direncanakan akan rilis pertengahan tahun 2021 ini.

"Semoga dukungan dari semua pihak datang bagi semua pekarya di Medan, khususnya pegiat film. Karena tanpa dukungan masyarakat, sulit sekali bisa berkarya dengan maskimal," ucapnya.

4. Djenni: perlu lah Medan punya Art space yang layak dan dapat diakses dengan mudah

Hari Film Nasional, Ini Kegelisahan Sineas Medan di Tengah PandemikDok.Pribadi/IDN Times

Dalam memperingati HFI ini, ia juga menyampaikan keresahannya sebagai pegiat seni di Medan. "Harapannya, ke depan Pemerintah Kota Medan bisa menjawab kegelisahan para sineas di Medan. Seni rupa, seni musik, seni film dan seni lainnya. Perlu lah Medan punya Art space yang layak dan dapat diakses dengan mudah," tambah Djenni. 

Baca Juga: Corat-coret Baju di Medan, Rombongan Pelajar Dikejar Polisi

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya