Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Waspada RS Rujukan Dipenuhi Pasien

Sejumlah daerah menyasar hotel jadi lokasi karantina

Makassar, IDN Times - Sebuah unggahan foto situasi gedung Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Jakarta, mendadak viral pada 9 September 2020. Foto itu menarasikan kondisi RSKD dipenuhi pasien karena lampu di semua lantai gedung menyala bersamaan. Kekhawatiran pun semakin mengemuka. Daya tampung pasien pada seluruh fasilitas kesehatan dipertanyakan. Padahal, sejak April silam, Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Irwandy, sudah mewanti-wanti kemungkinan rumah sakit di sejumlah daerah bakal kewalahan jika tak ada upaya serius dari pemerintah menekan laju penularan virus.

“Variabel yang mendukung itu karena kasus baru tiap hari ini semakin besar. Kita istilahkan doubling time. Ada banyak faktor yang berpengaruh. Selain banyak kasus, kemudian juga mungkin peningkatan kemampuan kita dalam mendeteksi kasus dari hari ke hari meningkat," kata Irwandy kepada IDN Times, 15 April lalu.

Terbukti, peningkatan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia belum juga menunjukkan sinyal bakal melandai. Hingga Minggu (20/9/2020), Kementerian Kesehatan RI mengumumkan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sudah mencapai 244.676 pasien dari 34 provinsi dan 493 kabupaten/kota terdampak. 

Apa yang terjadi di RSKD Wisma Atlet Jakarta bagai puncak gunung es yang di baliknya menggambarkan kondisi rumah sakit di sejumlah daerah lain di Indonesia. Di Provinsi Bali, peningkatan kasus COVID-19 menyebabkan tingkat penggunaan tempat tidur perawatan atau bed occupancy ratio (BOR) ruang isolasi di 17 RS rujukan daerah, hampir penuh 100 persen sejak awal September 2020. Salah satunya di Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan.

Lalu, bagaimana situasi rumah sakit lain di Indonesia di tengah pandemik yang belum juga mereda? Berdasarkan data yang dilansir dari akun Instagram @pandemictalk pada 18 September 2020, data BOR secara nasional telah mencapai 49,8 persen. Hal tersebut berarti sisa tempat tidur untuk pasien COVID-19 hanya 18.630 unit di seluruh Indonesia.

Meski masih berada di bawah standar WHO yakni 60 persen dari total, namun setiap hari jumlah tempat tidur di rumah sakit turun sebesar 3.423 unit.

1. Rumah sakit rujukan penuh saat new normal dan pelonggaran aktivitas orang mulai diberlakukan

Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Waspada RS Rujukan Dipenuhi PasienIlustrasi perawat. IDN Times/Wira Sanjiwani

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bali, dr. Gusti Ngurah Anom, mengatakan, saat ini seluruh rumah sakit rujukan penanganan pasien COVID-19 di Bali sudah penuh. Lantaran, menurut dia, pasien terus bertambah setelah adaptasi kebiasaan baru mulai berlaku.

“Masing-masing rumah sakit kan ada strategi. Kan ada peningkatan kasus, sudah new normal. Kemarin sudah ada kegiatan-kegiatan. Itu kan 14 hari berikutnya memang terjadi bergejala. Itu yang masuk ke rumah sakit,” urai dia kepada IDN Times, Rabu, 9 September.

Ia mengungkapkan bahwa di rumah sakit telah dibuat klaster untuk pasien yang suspek dan probable COVID-19. Beberapa kasus suspek tempat tidurnya tidak boleh digabung dengan yang kasus probable (positif COVID-19).

Menurutnya, posisi yang seperti itulah yang membuat terjadinya kekurangan tempat tidur di rumah sakit. Padahal BOR untuk kategori probable masih ada, hanya saja sudah penuh untuk kasus yang suspek. Alasan kedua, kata dia, memang terkait masa perawatan pasien COVID-19 yang rata-rata 7 sampai 10 hari.

Kebijakan baru dari Kemenkes, kata dr. Gusti, membuat rumah sakit memberlakukan hanya satu kali tes swab bagi pasien COVID-19. Hal itu, menurutnya, sebagai strategi untuk memperpendek masa perawatan pasien agar rumah sakit tidak kewalahan jika terjadi lonjakan kasus. “Seperti itulah sebenarnya, perawatan sudah diperpendek karena PCR sekali aja, sudah dikatakan kondisi membaik, sudah bisa dipulangkan. Itu situasinya,” jelasnya. 

Kasubag Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, I Ketut Dewa Kresna saat dikonfirmasi, Rabu 9 September, menyampaikan hal senada. Tempat tidur kosong di RS setempat hanya tersisa 6 dari jumlah total 107 saat itu.

“Jumlah pasien yang dirawat tanggal 9 September 2020, sebanyak 101 pasien dari kapasitas 107,” jelasnya.

Kondisi serupa juga dialami rumah sakit lainnya. Kepala Rumah Sakit PTN Universitas Udayana, Dr. Purwa Samatra menyampaikan, bahwa kondisi ruang perawatan COVID-19 saat ini tidak bisa digunakan semuanya. Ia mengatakan BOR tidak bisa boleh di atas 90 persen. Selain itu, beberapa toilet di RS rujukan mengalami kerusakan ditambah sumber daya manusia yang disebutnya pas-pasan.

“Beberapa WC rusak niki (di sini) dan SDM-nya pas-pasan. Bed bisa dipakai 88 tempat tidur. Sehinggga kamar tidak bisa digunakan. BOR rata-rata di atas 90 persen. Jadi isi pasien di atas 80-an."

2. Bed Occupancy Ratio di RS Rujukan di Banten mencapai 60-70 persen

Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Waspada RS Rujukan Dipenuhi PasienPetugas keamanan berjaga di hotel yang dijadikan tempat isolasi pasien COVID-19, di Hotel Yasmin, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (14/9/2020). ANTARA FOTO/Fauzan

Rumah sakit rujukan di Provinsi Banten juga mengalami peningkatan jumlah pasien sejak awal September 2020. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan, kasus COVID-19 yang terus melonjak di daerahnya berdampak pada daya tampung rumah sakit rujukan. Hal itu ditandai dengan tingginya persentase penggunaan tempat tidur di sejumlah rumah sakit. Dari 114 rumah sakit rujukan, data Dinkes menunjukkan BOR pada pertengahan September ini sudah mencapai 65 hingga 85 persen.

"BOR di RSUD Banten saja, persentasenya 60-70 persen. RSUD Banten masih bisa menerima pasien COVID-19, sebab disediakan maksimal 250 tempat tidur khusus pasien COVID,” katanya, Jumat, pekan lalu.

Sementara, untuk Rumah Sakit dr Drajat Prawiranegara (RSDP) Serang, daya tampung untuk pasien COVID-19 hampir penuh. Dari sebanyak 20 ruangan yang disediakan untuk pasien COVID-19 sudah terisi sebanyak 19 ruangan. Sebelumnya, mantan Dirut RSUD Kota Tangerang ini menjelaskan, mayoritas warga Banten yang terpapar COVID-19 berasal dari klaster keluarga. Di mana pasien yang berstatus tanpa gejala tidak disiplin saat menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Keadaan miris terjadi di Kabupaten Tangerang. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Desi Riana Dinardianti, Jumat 18 September, menyebut seluruh ruang ICU rumah sakit rujukan di wilayahnya telah penuh. Desi mengungkap, ruang ICU penuh seiring angka konfirmasi positif COVID-19 yang terus meningkat. Sesuai Surat Keputusan (SK) Kementerian Kesehatan dan SK Gubernur Banten, kata Desi, ada 3 rumah sakit yang menjadi rujukan COVID-19 di wilayah Kabupaten Tangerang, yakni RSUD Tangerang, RSUD Balaraja, dan RSU Siloam.

"Jadi total ketersediaan tempat tidur se-Kabupaten dengan 25 rumah sakit dengan tiga rumah sakit rujukan COVID-19 adalah 323 tempat tidur. Memang tingkat huniannya sudah cukup tinggi," kata Desi. 

Desi menuturkan, saat ini tingkat keterisian tempat tidur di Kabupaten Tangerang mencapai 80-90 persen. Bahkan, untuk ruang ICU khusus pasien COVID-19 sudah terisi penuh. "Dari 323 tempat tidur, berubah setiap hari tingkat keterisiannya," kata dia.

Dia kemudian mencontohkan RS Siloam Kelapa Dua yang memiliki 4 kamar ICU dan semua kini sudah terisi. Selain itu, Siloam juga mengalokasikan 100 tempat tidur untuk pasien COVID-19 dan semuanya pun telah terisi. 

3. Ruang isolasi pasien COVID-19 di RSUD Samarinda sudah penuh

Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Waspada RS Rujukan Dipenuhi PasienPetugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda saat mengangkat pasien meninggal probabel COVID-19 dari RSUD Abdul Wahab Sjahranie (Dok.BPBD Samarinda/Istimewa)

Situasi yang tak jauh berbeda juga dialami Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. Di Samarinda, ada dua rumah sakit rujukan COVID-19. Selain RSUD AWS ada juga RSUD Inche Abdoel Moeis di Samarinda Seberang. Selain itu, ada pula RS Karantina COVID-19 yang merupakan kerja sama Pemkot Samarinda dan Pemprov Kaltim.

Pada 18 September, ketiga rumah sakit ini mendekati penuh. Apabila tak cukup, rumah sakit swasta Kota Tepian juga turut ambil bagian dalam penanganan pasien COVID-19.

“Direksi RSUD AWS telah merencanakan penambahan dua ruangan. Diharapkan bisa menampung pasien yang terus meningkat,” terang dr. Arysia Andhina, kepala Instalasi Hubungan Masyarakat (Humas) dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD AWS saat dikonfirmasi pada Jumat, 18 September.

Kapasitas maksimal tempat tidur pasien yang ada di rumah sakit rujukan di Samarinda, kata dr. Arysia, saat ini berjumlah 58 unit. Kondisi ini sangat fluktuatif lantaran adanya perpindahan pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke ruang isolasi biasa atau bilik perawatan intensif COVID-19..

“Situasi ini yang  membuat jumlah tempat tidur untuk pasien corona per hari tidak bisa diprediksi," sebutnya.

Kondisi di RSUD IA Moeis Samarinda tak kalah mengkawatirkan. Direktur Syarifah Rahimah mengaku ruang isolasi pasien COVID-19 di RSUD yang dipimpinnya sudah penuh. Saat ini pihak manajemen dalam tahap pengembangan ruangan pemeriksaan kesehatan alias medical check-up (MCU) untuk bilik karantina pasien COVID-19. Selama ini RSUD IA Moeis hanya punya delapan tempat tidur pasien positif corona, sedangkan pasien biasa 30 tempat tidur. Dengan renovasi ruangan ini pihaknya bakal menambah bilik dengan total kapasitas 48 tempat tidur.

“Kami target dalam waktu dekat bisa digunakan.”

4. Tingkat keterisian rumah sakit rujukan di Jawa Barat sekitar 44,33 persen

Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Waspada RS Rujukan Dipenuhi PasienIlustrasi tenaga medis mengenakan APD. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Ketersediaan ruang perawatan dan isolasi pasien positif COVID-19 di rumah sakit rujukan di Jawa Barat, hingga 11 September 2020, masih aman. Tingkat keterisian rumah sakit rujukan sekitar 44,33 persen. Angka tersebut masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan tingkat keterisian rumah sakit harus di bawah 60 persen.

Ketua Divisi Manajemen Fasyankes Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Marion Siagian melaporkan, jumlah tempat tidur di rumah sakit rujukan COVID-19 se-Jabar mencapai 4.094 unit.

"Sesuai SK (Surat Keputusan) Gubernur Jabar, kami memiliki 105 rumah sakit rujukan. Ditambah dengan rumah sakit rujukan SK bupati/wali kota. Total yang melayani pasien COVID-19 di Jabar ada 322 rumah sakit," kata Marion melalui siaran pers yang dikutip IDN Times, Sabtu, 12 September.

Marion melaporkan, tingkat keterisian rumah sakit rujukan di wilayah Bodebek (Kota Bogor, Bekasi, Depok, Kabupaten Bogor, dan Bekasi) serta Kabupaten Karawang tergolong tinggi. Situasi tersebut menjadi perhatian Gugus Tugas Jabar.

Supaya penumpukan pasien COVID-19 tidak terjadi di keenam daerah tersebut, Gugus Tugas Jabar menerapkan rujukan antar kabupaten/kota. Pemprov Jabar pun siap merawat masyarakat DKI Jakarta jika rumah sakit di provinsi tersebut kewalahan menangani pasien.

"Kami juga sudah video conference dengan Dinkes (Dinas Kesehatan) DKI Jakarta dan Dinkes Provinsi Banten untuk bagaimana pasien-pasien bisa tertangani dengan cepat, dan tidak ada permasalahan dalam akses ke rumah sakit karena kalau dilihat DKI Jakarta cukup padat untuk keterisian tempat tidur," kata dia.

Menurut Marion, Gugus Tugas Jabar intens menginventarisasi pusat isolasi nonrumah sakit sebagai upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan lonjakan kasus positif COVID-19.

Terdapat sekitar 998 tempat tidur di pusat isolasi nonrumah sakit kabupaten/kota. Kemudian ada sekitar 190 tempat tidur di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jabar. Kapasitas BPSDM Jabar sendiri dapat mencapai 600 tempat tidur.

"Pusat isolasi itu untuk pasien-pasien positif COVID yang tidak bergejala. Jadi kami lakukan isolasi apabila pasien tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah," kata Marion.

Di Jawa Tengah, lonjakan kasus pasien positif COVID-19 memengaruhi keterisian tempat tidur. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang, per 14 September 2020 tingkat keterisian tempat tidur untuk pasien positif COVID-19 di Kota Atlas itu mencapai 58,3 persen. 

‘’Tempat tidur yang terpakai untuk menangani pasien positif secara persentase mencapai 58,3 persen dari total 887 tempat tidur yang tersedia (di Kota Semarang). Kondisi ini artinya masih tercukupi,’’ ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dokter Abdul Hakam saat dihubungi IDN Times, Kamis 17 September.

Adapun, secara rinci sebanyak 887 tempat tidur untuk penanganan COVID-19 di Kota Semarang terbagi di 18 rumah sakit rujukan dan 1 rumah isolasi, yakni di rumah dinas wali kota Semarang. 

‘’Dari 887 tempat tidur itu, sebanyak 56 tempat tidur dengan ventilator dan 831 tanpa ventilator. Untuk 56 tempat tidur dengan ventilator yang sedang dipakai 30 tempat tidur dan sisanya 26 belum terpakai. Sedangkan, 831 tempat tidur tanpa ventilator yang sedang dipakai 485 tempat tidur dan 346 belum terpakai,’’ jelasnya.

Sementara itu, kondisi okupansi tempat tidur di rumah sakit atau rumah isolasi di Kota Semarang bergerak fluktuatif mengikuti perkembangan jumlah kasus positif virus corona yang juga naik turun setiap harinya.

Seperti ketika awal ditemukan klaster warung makan belum lama ini, keterisian tempat tidur baik di rumah sakit maupun rumah dinas wali kota Semarang mencapai 70 persen. Namun, seiring adanya pasien positif COVID-19 yang dinyatakan sembuh, jumlah keterisian juga menurun.

‘’Dengan kondisi ini kita perlu fokus lagi agar orang yang datang ke rumah sakit dengan COVID-19 berkurang. Solusinya, jika diketahui ada orang terkonfirmasi positif harus segera dikarantina baik di rumah isolasi maupun rumah tinggal, bahkan meski tidak bergejala sekalipun,’’ tandas Hakam. 

Baca Juga: Dalam 24 Jam 1.066 Pasien COVID-19 Masuk RSD Wisma Atlet Jakarta

5. Tersisa 51 persen tempat tidur perawatan di Jawa Timur

Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Waspada RS Rujukan Dipenuhi PasienIDN Times/Pemkot Surabaya

Di Jawa Timur, Gugus Tugas Penanganan COVID-19 setempat melaporkan, jumlah tempat tidur untuk pasien COVID-19 di rumah sakit rujukan, masih cukup aman. Berdasarkan data per Rabu, 16 September 2020, masih ada lebih dari separuh kapasitas tempat tidur yang tersisa. Namun, kondisi ini perlu terus diwaspadai karena penambahan kasus di Jatim terbilang masih tinggi tiap harinya. 

Ketua Rumpun Kuratif Satgas Penanganan COVID-19, dr. Joni Wahyuhadi mengatakan, 4.734 kasus yang masih dirawat tidak semuanya ditangani di rumah-rumah sakit rujukan. Sebagian di antaranya dirawat di rumahnya masing-masing alias isolasi mandiri. Rinciannya, 2.047 kasus dirawat di rumah sakit rujukan, 75 di rumah sakit darurat dan 2.049 karantina mandiri.

Praktis, jumlah tempat tidur isolasi untuk pasien COVID-19 yang terpakai ialah 2.047 unit. Sementara jumlah keseluruhan tempat tidur perawatan di Jatim sebanyak 5.328 unit. "(Bed isolasi) masih (sisa banyak) bor (terpakai), kita 49 persen jadi masih sisa 51 persen," ujarnya dikonfirmasi, Rabu, 16 September.

Tak kalah pentingnya, lanjut Joni, ialah peranan rumah sakit darurat lapangan yang ada di kawasan Jalan Indrapura, Surabaya. Hingga saat ini ada sebanyak 2.008 kasus positif virus corona yang dirawat di sana. Sebanyak 1.839 kasus sudah dinyatakan sembuh. Angka kematiannya nol kasus dan yang masih dirawat 158 pasien.

"Untuk data-data terkait disesuaikan saja dengan laporan harian Satgas (COVID-19) Jatim dan BLC (Bersatu Lawan COVID-19)," kata Dirut RSUD dr. Soetomo ini.

Dua provinsi di Sumatra juga melaporkan situasi keterisian rumah sakit yang masih dalam kategori aman. Sekretaris Daerah Palembang, Sumatera Selatan, Ratu Dewa, pada Rabu, 16 September, menyebut jumlah hunian kamar di ruang rawat inap rumah sakit Palembang masih memadai untuk pasien COVID-19. Ia memastikan informasi tersebut dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang bahwa semua rumah sakit rujukan masih memiliki kamar kosong.

"Dinkes sampai sekarang terus mendata, tingkat hunian rawat inap di sekitar 13 rumah sakit masih 50 persen tersedia," ujarnya kepada IDN Times kala itu.

Di provinsi tetangga, tepatnya di Lampung, masih tersedia 269 kamar tidur bagi pasien COVID-19. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Provinsi Lampung menetapkan ada 36 rumah sakit rujukan untuk  penanganan kasus COVID-19. Rumah sakit itu tersebar di 15 kabupaten/kota provinsi setempat.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Reihana, menyatakan, sejak pandemik terjadi Maret lalu di tanah air, Provinsi Lampung menyiapkan berbagai sarana dan fasilitas pendukung bagi pasien terkonfirmasi positif. Adanya tren peningkatan kasus pasien terkonfirmasi positif, menurutnya, tidak berimbas pada tingkat keterisian ruang isolasi rumah sakit di Lampung.

Merujuk data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, hingga saat ini dari total 387 tempat tidur, masih tersedia 269 kamar tidur bagi pasien COVID-19 yang tersebar di 36 rumah sakit rujukan. Dari total tersebut, baru 118 kamar tidur yang terpakai.

“Dari 387 kamar tidur yang tersedia, terdapat 24 ruang isolasi bagi pasien COVID-19 dengan alat ventilator ada di setiap rumah sakit rujukan. Saat ini kamar yang memiliki ventilator dan belum terpakai ada 20 ruangan, dan perlu saya sampaikan bahwa tidak semua pasien positif COVID-19 memerlukan perawatan dengan alat tersebut," ujar perempuan yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung ini.

Di Makassar, Sulawesi Selatan, kapasitas tempat tidur di rumah sakit rujukan COVID-19 hingga saat ini dinilai masih memadai. Di RSUD Labuang Baji misalnya, tingkat keterisian tempat tidur saat ini mencapai 50 persen. 

Direktur Utama RSUD Labuang Baji, dr Andi Mappatoba, mengatakan bahwa awalnya pihaknya menyiapkan 24 tempat tidur. Tapi dalam perjalanan pandemik ini, tempat tidur tersebut pernah terpakai semua.  

"Artinya BOR-nya 100 persen. Kemudian kita tambah lagi tempat tidur jadi 65. Pasien COVID-19 yang dirawat itu pernah mencapai 62, sekarang sisa 27. Jadi BOR-nya itu sekitar 50 persen satu bulan terakhir ini," ujar Mappatoba saat dihubungi IDN Times, Minggu, (19/9/2020).

6. Sejumlah daerah menyasar hotel sebagai tempat karantina pasien COVID-19

Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Waspada RS Rujukan Dipenuhi PasienSantri positif corona kluster Temboro, jalani isolasi program Wisata COVID-19 di Hotel, Makassar. IDN Times/Pemkot Makassar

Usai ditugasi Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk menekan angka kasus COVID-19, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan langsung menggelar rapat daring koordinasi pengendalian COVID-19 pada Kamis, 17 September 2020 lalu.

Dalam rapat tersebut, Luhut meminta agar gubernur delapan provinsi dengan kasus COVID-19 terbanyak agar menyiapkan hotel bintang dua atau tiga sebagai pusat karantina. Mereka yang menjalani isolasi diri tersebut adalah pasien tanpa gejala (Orang Tanpa Gejala/OTG) atau pasien dengan gejala ringan. 

"Pak Menko minta para gubernur untuk meniru langkah yang telah dilakukan oleh Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah," ungkap Juru Bicara Menko Maritim dan Investasi, Jodi Mahardi, seperti dikutip dari Antara pada Jumat, 18 September.

Hal tersebut langsung direspons Satgas COVID-19 beberapa daerah. Andi Muhammad Ishak, juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kaltim dalam rilis hariannya pada Jumat, 18 September mengatakan, kebijakan isolasi mandiri mendapat catatan karena dinilai tidak ketat. Karena itu, pihaknya akan menyiapkan hotel bintang dua dan tiga jadi tempat karantina terpusat.

“Perluasan tempat karantina sedang jadi perhatian serius. Mengingat kebijakan isolasi mandiri saat ini perlu memang dievaluasi,” kata dia. "Lonjakan ini dipicu tingkat kedisiplinan masyarakat yang terpantau rendah. Situasi tersebut memicu percepatan penularan di masyarakat," Andi menerangkan.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga mulai membuka komunikasi dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) setempat, terkait kemungkinan pembukaan hotel untuk dijadikan tempat isolasi mandiri pasien COVID-19.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, Dedi Taufik mengatakan, sejauh ini pihak PHRI menyambut positif kemungkinan kerja sama tersebut.

"Selain karena pertimbangan sisi kemanusiaan, kebijakan ini juga menjadi peluang baru agar kinerja perusahaan bisa bertahan di tengah pandemi,” kata Dedi saat dihubungi Jumat, pekan lalu.

Langkah menggunakan hotel ini sejatinya sudah ditempuh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan sejak April 2020 silam. Menurut Gubernur Nurdin Abdullah, ini dilakukan demi mencegah pasien OTG berinteraksi lebih banyak, serta dianggap lebih efektif ketimbang di rumah.

"Jauh lebih efektif jika karantina di hotel, kita berikan gizi yang lebih bagus, kita tingkatkan imunnya agar virus bisa segera dikalahkan," kata Nurdin kepada jurnalis di Makassar, 28 April 2020. Lebih jauh, ini juga dilakukan demi membantu sektor perhotelan yang alami merosotnya tingkat okupansi atau hunian selama masa pandemik.

Berlabel program "Wisata COVID-19", ada sejumlah hotel di Kota Makassar yang digunakan. Hotel tersebut masing-masing Swiss-Belhotel Losari, Almadera Hotel, Maxone Hotel & Resort, Harper Hotel, Hotel Dalton, Sutomo Hotel, Grand Sayang Hotel, serta Grand Puri Perintis.

Baca Juga: Hampir Penuh, Tower 5 Wisma Atlet Terisi 91,84 Persen Pasien COVID-19

https://www.youtube.com/embed/vX7Fw67UUu4

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya