TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita DJ Joko, Pernah Satu Panggung dengan DJ Yasmin dan Al Ghazali

Sosok introvert yang kini jadi terkenal

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Medan, IDN Times - Saat ini pekerjaan memang tak melulu di kantor. Ya, generasi millennial tampaknya menyukai pekerjaan di dunia industri kreatif. 

Salah satunya, Joko Pratama. Ia berusia 22 tahun. Lulusan Sarjana Hukum dari Universitas swasta di Kota Medan. Biasanya, ia memakai nama panggung Chromatix. Saat ini, ia aktif sebagai seorang Disc Jockey (DJ) di Kota Medan. 

Nah, melihat pilihan pekerjaan yang digeluti Joko, IDN Times mengajak Joko untuk berbagi pengalamannya sebagai DJ di usia muda.

Menariknya lagi, ia pernah satu panggung dengan DJ Yasmin dan DJ Al Ghazali. Berikut hasil wawancara bersama Joko, Jumat (27/9).

Joko bercerita, ia memakai nama panggung DJ Chromatix. Alasannya, berawal dari kesukaannya memakai outfit serba hitam.

"Jadi saya pengin build sesuatu yang beda pada diri saya. Chroma yang artinya warna- warni, untuk memberanikan diri saya untuk tampil beda, dengan warna lain selain Hitam. Kalau TIX-nya, tambahan doang ya biar keren," ujarnya seraya tertawa.

Baca Juga: Segera Menikah, 10 Potret Kebersamaan Delon & Aida yang Kian Mesra

1. Joko: Soal penamaan adalah suatu yang penting untuk self branding

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Walau penamaan itu susah disebut, ia tetap menggunakannya. Oh iya, kata Joko soal penamaan adalah suatu yang penting untuk self branding.

"Dulunya banyak yang complain, karena katanya Chromatix susah disebut, tapi sayanya nekat. Buktinya DJ di Luar Negeri dengan nama tanpa huruf vokal, seperti DVBBS, bisa terkenal padahal susah di eja," ujarnya.

2. Dulu sewaktu duduk di bangku kuliah, ia merupakan sosok yang introvert

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Tak hanya itu, Joko juga berbagi kisahnya menjadi DJ berawal dari ikut menjadi bagian Tim Creative di kampusnya. Sisi lain dari Joko, dulu sewaktu duduk di bangku kuliah, ia merupakan sosok yang introvert. 

"Nah dengan skill yang bisa dibilang gak ada, saya memberanikan diri untuk mendaftar. Belajar dan bertemu orang baru. Mulai deh tertarik dengan industri kreatif," kata Joko.

"Awalnya cuma jadi Crew saat ada event. Terus saya ketemu senior, namanya Indra Saputra. Dia hobi main DJ, jadi saya sering satu tim saat buat even. Sering lihatin dan penasaran gitu," sambungnya.

3. Saat mulai tertarik belajar DJ. Joko langsung membeli alat DJ bekas Rp 3,5 juta

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Joko mengatakan, awal memilih menjadi seorang DJ, ia sempat pusing ngelihat tombol yang banyak.

"Awalnya pusing ngeliat tombol yang banyak banget. Itu dulu masih pakai alat DJ yang kecil loh, tapi udah berasa pusing aja ngeliatnya," kenangnya.

Ia juga bercerita, saat mulai tertarik belajar DJ. Ia langsung membeli alat DJ bekas yang murah.

"Dengan uang tabungan saya, terbeli lah alat DJ yang mirip sama punya si Indra, DDJ Wego 3. Dulu harganya masih Rp5 juta, saya dapet second Rp3,5 juta, jadi waktu itu modalnya ya Rp3,5 juta," kenangnya lagi.

4. Setelah punya alat DJ itu, ia mulai percaya diri untuk lebih menggali minatnya di industri kreatif ini. Ia belajar otodidak dari youtube

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Joko menuturkan, setelah punya alat DJ itu, ia mulai percaya diri untuk lebih menggali minatnya di industri kreatif ini. Ia belajar otodidak dari youtube.

Hingga pada akhirnya, usahanya berbuah manis. Ia mendapatkan even besar 'Diversity Color Run' yang dihadiri 5 Ribu orang. 

Ia pun tak menyangka, bisa sepanggung dengan para DJ terkenal saat itu seperti DJ Yasmin dan Al Ghazali.  "Deg-degan banget dong. Wah waktu saya main itu pengalaman yang tak terlupakan, " ujar Joko.

"Saya juga kaget dong, banyak banget audience-nya. Awalnya saya gak yakin bisa main di depan orang sebanyak itu. Tapi saya nekat aja deh, kesempatan gak datang dua kali," katanya kepada IDN Times.

Baca Juga: Putus dari Alyssa, 5 Cewek Ini Sempat Terlihat Dekat dengan Al Ghazali

Berita Terkini Lainnya