Kasus COVID-19 Pada Anak di Sumut 3.891 orang, Kota Medan Juara

COVID-19 pada anak meroket sejak April 2021

Medan, IDN Times – Kasus COVID-19 pada anak di Sumatra Utara juga menjadi yang cukup tinggi angkanya.Tercatat, sudah ada 3.861 orang usia anak yang terpapar COVID-19 sejak awal pandemik.

Peningkatannya cukup signifikan dalam dua bulan terakhir. Angkanya kian mengkhawatirkan. Bahkan meningkat hingga tiga kalilipat.

“Peningkatan signifikan itu dimulai April. Itu tinggi sekali, tiga kali lipat dari yang dilaporkan setiap minggunya," kata Anggota Satgas COVID-19 Sumut dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Inke Nadia Diniyanti Lubis, Kamis (30/6/2021).

Baca Juga: Kejar Target Sejuta Vaksin, Gojek Berikan Vaksinasi untuk Ribuan Mitra

1. Kota Medan jadi juara penularan COVID-19 pada anak di Sumut

Kasus COVID-19 Pada Anak di Sumut 3.891 orang, Kota Medan JuaraIlustrasi tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 mengusung jenazah pasien positif COVID-19. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Inke merinci, dari data yang ada, Kota Medan menjadi peringkat satu sebagai tempat penularan COVID-19 pada anak. Bahkan angkanya mencapai 72 persen. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Deliserdang, Simalungun, Kota Pematangsiantar dan Tebing Tinggi. Sisanya, masih dibawa 12 persen.

"Sampai saat ini, angka kematian sudah 14 kasus," ungkapnya.

Informasi yang dihimpun pada Dinas Komunikasi dan Informatika Sumut, per 27 Juni lalu, jumlah anak yang terpapar COVID-19 berada di angka 3,858 kasus. Jumlah ini sama dengan 10,8 persen kasus yang ada di Sumut.

Dari angka itu, 3.108 kasus pada rentang usia 6-18 tahun, dan 750 kasus terjadi pada anak usia 0-5 tahun.

2. COVID-19 pada anak kebanyakan bergejala ringan, namun risiko penularannya tinggi

Kasus COVID-19 Pada Anak di Sumut 3.891 orang, Kota Medan JuaraIlustrasi siswa sekolah dasar belajar online (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Dijelaskan Inke, anak-anak yang terpapar rata-rata hanya mengalami gejala ringan. Namun, kata dia risiko penularannya justru tinggi.

"Jadi skrining yang kita lakukan pada orang dewasa, misalnya pemeriksaan suhu, atau gejala yang jelas seperti batuk pilek, itu kan tidak ketemu sama anak. Jadi kalau kita hanya berdasarkan pemeriksaan itu, tanpa pemeriksaan swab, anak-anak dibiarkan, berpotensi besar untuk menularkan virus kepada orang sekitar," jelasnya.

Penularan COVID-19 pada anak banyak ditemui pada usai sekolah Dasar. Kata Inke jumlahnya mencapai 35 persen.

“Jadi makanya tadi kalau membuka sekolah pertimbangkan juga data yang ada. Yang paling banyak kasus di Sekolah Dasar dan kematian paling banyak di usia sekolah Dasar kalau terkena covid. Untuk membuka sekolah nggak cocok SD yang pertama. Makanya berdasarkan kejadian resiko paling rendah itu di tingkat SMA. Kita anggap tingkat SMA sudah bisa diajarkan protokol kesehatan. Kalau ada sekolah yang diam-diam membuka Sekolah Dasar, itu perlu orang tua tahu bahwa anak-anak SD yang paling banyak terpapar. Yang rsikonya paling berat,” tukasnya.

3. Beberapa kasus bahkan terjadi dampak long COVID-19

Kasus COVID-19 Pada Anak di Sumut 3.891 orang, Kota Medan JuaraIlustrasi pandemik COVID-19. (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Meskipun kebanyakan bergejala ringan, beberapa kasus dilaporkan ada dampak long COVID-19 yang bisa menggangu aktivitas anak sampai 3-6 bulan setelah terpapar.

“Jadi anak kurang aktif, biasanya begitu dan gejala-gejala tambahan lainnya,” ungkapnya.

Untuk menekan angka penularan kepada anak, vaksinasi menjadi cara yangdinilai efektif. Meskipun, penegakan protokol kesehatan pada anak harus tetap dijalankan.

“Vaksinasi pada anak sangat penting, bukan hanya covid. Tapi untuk penyakit lainnya. Jadi walaupun tidak ada covid sudah terjadi penurunan imunisasi untuk penyakit lain. Takutnya kalau tidak dilakukan vaksinasi covid, nanti anak-anak bisa terkena peyakit menular lainnya,” ungkapnya.

Baca Juga: Mau Vaksinasi di RSUP H Adam Malik Medan, Simak Nih Caranya

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya