TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kesulitan Kenal Huruf, Ini Solusi untuk Anak yang Mengalami Disleksia

Biasanya anak disleksia miliki IQ di atas rata-rata

Irna Minauli (IDN Times/Yurika Febrianti)

Medan, IDN Times – Penderita disleksia cenderung akan mengalami gangguan belajar dalam mengolah informasi yang diperolehnya. Disleksia adalah salah satu bentuk gangguan belajar (learning disorder) yang ditandai dengan kesulitan membaca karena anak tidak mampu membedakan satu huruf dengan huruf lainnya.

Umumnya mereka kesulitan membedakan huruf-huruf yang ada “perutnya” seperti kesulitan membedakan huruf ‘b’ dengan ‘d’ atau ‘p’ dengan ‘q’ yang memiliki arah berbeda.

Lalu bagaimana solusinya? Berikut penuturan Irna Minauli, Psikolog selaku Direktur Minauli Consulting.

1. Anak disleksia memiliki IQ rata-rata bahkan di atas rata-rata

ilustrasi (Unsplash/Arwan Sutanto)

Irna mengatakan anak yang mengalami disleksia tidak memiliki masalah dengan IQ, artinya mereka memiliki IQ rata-rata atau bahkan di atas rata-rata. Dengan demikian mereka masih mampu mengikuti pelajaran dan kesulitan mereka hanya dalam masalah bacaan. Akan tetapi untuk kemampuan berhitung dan yang lainnya mereka tidak terkendala.

“Berbeda dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental (mental retardation) yang ditandai dengan IQ yang di bawah rata-rata (di bawah 70) sehingga mereka bukan hanya mengalami kesulitan membaca namun juga kesulitan berhitung dan masalah akademis yang lainnya,” tuturnya.

2. Penderita disleksia tumbuh secara normal

Unsplash/ Japheth Mast

Sementara itu, anak yang mengalami keterbelakangan mental dapat ditelusuri dari adanya keterlambatan dalam perkembangan fisik awal. Misalnya, kalau anak normal bisa tengkurap umur 3-4 bulan maka anak yang terbelakang mental baru bisa tengkurap umur 6 bulan. Demikian pula dengan kemampuan berjalan, kalau anak normal umumnya bisa berjalan usia 12 bulan maka anak yang mengalami keterbelakangan mental baru bisa jalan di usia 2 tahun atau lebih.

“Keterlambatan mental lebih mudah dideteksi dibandingkan dengan disleksia. Pada kasus disleksia mereka tumbuh secara normal, namun gangguannya baru terlihat pada saat mereka masuk SD. Ketika anak-anak lain sudah bisa membaca namun mereka mengalami kesulitan untuk mengenali huruf, namun tidak terganggu dalam kemampuan berhitung dan lainnya,” jelasnya.

3. Anak dengan IQ di atas 90 kemungkinan alami disleksia

(Ilustrasi) Anak-anak SD Filial 004 di pedalaman Samarinda saat bermain di halaman sekolah. Gambar diambil pada Selasa 12 November 2019. (IDN Times/Yuda Almerio)

Terkadang banyak orangtua yang bersikap denial (menyangkal) dengan mengatakan bahwa anaknya mengalami disleksia padahal sebenarnya mengalami keterbelakangan mental. Untuk memastikannya maka perlu dilakukan pemeriksaan inteligensi.

“Kalau IQ-nya di atas 90 dan anak mengalami kesulitan membaca maka kemungkinan dia mengalami disleksia. Namun kalau IQ di bawah 70 maka masuk kategori keterbelakangan mental. Diagnosis ini perlu dipastikan karena akan berpengaruh terhadap terapi yang tepat karena keduanya membutuhkan penanganan yang berbeda,” ucapnya.

4. Orangtua tidak perlu memarahi atau menghukum anak karena kemampuannya

Pixabay.com

Dalam menghadapi anak penderita disleksia, orangtua harus mampu memahami gangguan yang dihadapi anaknya.

“Anak tidak perlu dimarahi atau dihukum karena ketidakmampuannya. Orangtua perlu secara sabar membimbing dan mengarahkan anak. Misalnya, orangtua membantu memperkenalkan huruf dengan cara yang menyenangkan misalnya sambil bernyanyi 'b perutnya di depan sedangkan d perutnya di belakang'. Meskipun pada beberapa kasus disleksia anak juga mengalami kesulitan orientasi ruang sehingga tidak bisa membedakan mana kiri dan kanan serta mana depan dan belakang,” paparnya.

Baca Juga: Rajin Jajan, Azzam Bocah 10 Tahun Kini Punya Berat Badan 71 Kg

Berita Terkini Lainnya