5 Trik PCR Cepat Negatif untuk Pasien COVID-19 yang Isoman

Seorang pengguna Twitter membagikan trik "speed metabolism"

Situasi pandemi COVID-19 Indonesia makin mengkhawatirkan. Adanya varian Delta (B.1.617.2) yang menular lebih cepat, lonjakan penambahan kasus harian, serta kewalahannya tenaga kesehatan dan berbagai fasilitas layanan kesehatan yang tak mampu menampung pasien membuat banyak kalangan yang meminta pemerintah segera menarik rem darurat.

Dengan rumah sakit yang kewalahan menampung pasien, akhirnya banyak mereka yang positif bergejala ringan disarankan untuk isolasi mandiri atau isoman selama 10 hari plus 3 hari tanpa gejala.

Mengenai hal ini ada seorang pengguna Twitter, dengan akun bernama @dr_mutan, yang membagikan trik tentang apa yang harus dilakukan orang-orang yang isoman supaya cepat negatif, dengan mencontohkan kasus kantor yang mensyaratkan hasil PCR negatif untuk bisa diterima kerja.

Diberi nama trik speed metabolism, seperti apa triknya dan apakah itu apakah benar-benar ampuh? Berikut ini faktanya!

1. Perbanyak asupan protein

Saran pertama adalah untuk memperbanyak asupan protein. Menurut akun @dr_mutan, makanan kaya protein seperti telur, daging sapi, dan daging ayam bisa mendongkrak protein. Bagi para vegetarian, kacang-kacangan amat disarankan.

Dihubungi oleh IDN Times pada Selasa (29/6), dr. Virly Nanda Muzellina, SpPD membenarkannya. Terutama bagi para pasien COVID-19 isoman, dr. Virly amat menyarankan pola makan bergizi seimbang. Secara khusus, protein harus lebih ditingkatkan untuk memperbaiki gizi dan imunitas tubuh.

"Bisa diterima. Selama mengalami sakit apa pun, memang, makanan bergizi seimbang itu harus. Tetapi, protein harus diperbanyak," ujar dr. Virly.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, guru besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan bahwa selain protein, karbohidrat dan lemak pun harus cukup. Prinsip yang harus diingat adalah gizi seimbang dan protein yang cukup.

2. Olahraga intensitas sedang

Selanjutnya, dr. Virly mengiyakan bahwa terlepas dari kondisi pasien COVID-19 saat isoman, olahraga tetap harus dan disesuaikan dengan kemampuan. Ia pun menganjurkan olahraga paling tidak 30 menit x 5 hari atau 150 menit/minggu.

Akan tetapi, jika pasien mengalami gejala sedang hingga berat/kronis hingga mengalami gejala sesak napas, maka olahraga harus dibatasi atau dihindari. Untuk pasien COVID-19 ringan dengan gejala demam atau batuk pilek, maka intensitas latihan seperti push-up atau sit-up dapat dikurangi.

"Terutama bagi pasien COVID-19 ringan atau OTG, tidak dianjurkan hanya bedrest. Harus tetap berolahraga karena dapat membantu healing. Bukan keringatnya yang dicari, melainkan pergerakan tubuhnya. Dengan begitu, sel tubuh pun aktif serta hormon dan zat baik pun diproduksi tubuh."

5 Trik PCR Cepat Negatif untuk Pasien COVID-19 yang Isomanilustrasi isolasi mandiri (pexels.com/Two Dreamers)

Mengenai jalan santai, justru ternyata Prof. Ari amat menyarankannya. Bagi para pasien COVID-19, terutama gejala sedang hingga berat/kronis, olahraga intensitas berat malah akan memperburuk gejala hingga merenggut nyawa. Olahraga berat dapat mengakibatkan pembakaran dan aktivitas metabolisme berlebihan, sementara tubuh perlu istirahat.

"Banyak pasien COVID-19 yang memaksakan diri untuk berolahraga berat hingga memperburuk keadaan dan meninggal dunia. Mobilisasi dan latihan pernapasan boleh, tetapi tidak berat," ujar Prof. Ari.

Selain push-up dan sit-up, stretching ringan di kamar pun juga sudah boleh. Latihan pernapasan seperti teknik mengambil napas dalam posisi tiduran tengkurap sambil mengangkat kepala amat membantu.

Baca Juga: Cara Isolasi Mandiri Pasien COVID-19 di Rumah, Tak Bisa Sembarangan

3. Minum air cukup

Baik Prof. Ari dan dr. Virly setuju bahwa saran ini sudah seharusnya umum dilakukan baik bagi mereka yang sehat atau pasien COVID-19 yang isoman. Seperti yang kita tahu, 80 persen tubuh terdiri dari cairan. Selain itu, menjaga kadar cairan tetap cukup dapat menghindarkan pasien COVID-19 dari keluhan lain, seperti sembelit.

Profesor Ari menambahkan bahwa saat isoman, biasanya pasien COVID-19 tetap berada di kamar yang sejuk karena AC. Di saat inilah pasien COVID-19 harus menjaga kadar cairan tubuh.

"Berada di ruang AC, pasien COVID-19 perlu minum cukup," ujar Prof. Ari.

4. Tidur 8 jam

Profesor Ari membenarkan saran ini. Tubuh manusia 8 jam beristirahat dan 8 jam bekerja keras. Terutama saat sedang menderita COVID-19 hingga harus isoman, inilah kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat demi menang melawan SARS-CoV-2.

"Tubuh pasien COVID-19 tengah bertempur dengan virus. Oleh karena itu, dengan beristirahat, ini dapat mempercepat regenerasi organ," papar Prof. Ari.

Bagi dr. Virly pun, saran ini juga sudah umum, terlepas kena COVID-19 atau sehat. Dengan istirahat cukup tubuh pun dapat beristirahat sehingga terus sehat setiap hari.

"Mungkin, bagi mereka yang hidup di kota dengan gaya hidup sedentary, dan berpola hidup tidak sehat, saat stay at home atau isolasi mandiri, inilah saatnya untuk memperbaiki jam tidur. Dengan begitu, kita bisa sehat setiap hari," ujar dr. Virly.

5. Berjemur di bawah sinar matahari dan makan buah-buahan berwarna merah dan terang

Menurut Prof. Ari, pasien COVID-19 butuh asupan vitamin D dari berjemur di bawah matahari dan ruang terbuka serta dari asupan suplemen vitamin D 5.000 IU. Jika vitamin D rendah, pasien COVID-19 dapat mengalami komplikasi.

Selain berjemur, konsumsi buah-buahan berwarna juga amat disarankan. Bukan hanya buah-buahan yang disebut dalam utas tersebut, Prof. Ari mengatakan bahwa buah berwarna, seperti melon, mangga, atau pepaya, mengandung vitamin lengkap dan antioksidan.

Dokter Virly pun setuju. Bukan cuma saat terkena COVID-19, konsumsi buah berwarna juga amat disarankan. Vitamin C pada beberapa buah bekerja layaknya vitamin D, sehingga meningkatkan sistem imun.

"Daripada kita konsumsi vitamin dari obat, sebenarnya vitamin tersebut terkandung dalam buah-buahan. Mengonsumsi obat secara berlebihan dapat membahayakan," dr. Virly menyarankan.

Kesimpulan: trik ini bukanlah hal yang baru, tetapi dapat membantu pasien COVID-19 isoman pulih

5 Trik PCR Cepat Negatif untuk Pasien COVID-19 yang Isomanilustrasi pasien COVID-19 yang isoman (muhealth.org)

Baik Prof. Ari maupun dr. Virly mengatakan bahwa trik yang viral di Twitter tersebut bukanlah hal baru. Itu memang hal-hal yang seharusnya kita lakukan setiap hari, terlepas kita sehat atau terpapar COVID-19. Ini pun bisa membantu pasien yang isoman cepat pulih dan terhindar dari perburukan gejala atau komplikasi serius.

Masalah tes PCR yang negatif, Prof. Ari menekankan bahwa tes PCR negatif COVID-19 hanyalah faktor pendukung. Garansi kesembuhan dari COVID-19 bukan semata-mata melihat tes PCR, melainkan dari kondisi pasien yang sudah pulih dari gejala atau belum.

"Negatif COVID-19 bukan murni hasil pemeriksaan PCR, melainkan pemeriksaan klinis... Jika setelah isoman gejala klinis membaik, berarti sudah kembali ke kondisi sedia kala," tandas dr. Virly.

Baca Juga: Isolasi Mandiri untuk Pasien COVID-19, Apa Saja yang Harus Disiapkan?

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya