Salak Madu Deli Serdang Tembus Pasar Thailand, Harganya 3 Kali Lipat

Ekspor sebesar 400 kg ke Thailand

Deli Serdang, IDN Times - Buah salak asal Desa Tiga Johar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda,  Kabupaten Deli Serdang berhasil menembus pasar ekspor. Salak madu itu pertama kali diterbangkan menuju Thailand.

Ekspor salak madu ini juga membuat semakin bertambahnya hasil pertanian Sumut yang menembus pasar dunia. Kementerian Pertanian lewat Badan Karantina Pertanian (Barantan) pun memberikan apresiasi kepada petani dan eksportir di wilayah Sumut.

"Kita patut apresiasi prestasi yang demikian. Kita bantu dari sisi informasi dan pemenuhan phytosanitary-nya," ungkap Kepala Barantan Ali Jamil, Selasa (27/8).

Total salak yang diekspor 400 Kg. Setiap minggunya, Thailand membutuhkan ekspor salak sekitar 2 ton. Lalu Hongkong sudah memesan 10 ton per bulan. Ditambah Malaysia 5 ton. 

1. Pemeriksaan lalat buah menjadi prioritas

Salak Madu Deli Serdang Tembus Pasar Thailand, Harganya 3 Kali LipatIDN Times/Prayugo Utomo

Sebelum diekspor, salak madu harus melalui serangkaian pemeriksaan. Salah satunya adalah lalat buah yang juga menjadi perhatian serius negara tujuan.

Sebelumnya berbagai daerah telah melakukan ekspor salak ke mancanegara. Seperti petani salak asal Yogyakarta, Denpasar dan Semarang.

"Sekarang giliran petani di Kabupaten Deli Serdang yang mampu membawa buah bernama latin Salacca Edulis ke pasar luar negeri," terang Ali.

Pemeriksaan dilakukan oleh petugas di laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional. “Selaku otoritas karantina, Barantan menjadi penjaminnya," jelasnya.

Baca Juga: Santan dari Sumut Ternyata Sudah Ekspor Hingga 6 Negara

2. Pemeriksaan ekspor juga dilakukan dengan jemput bola

Salak Madu Deli Serdang Tembus Pasar Thailand, Harganya 3 Kali LipatIDN Times/Prayugo Utomo

Untuk meningkatkan ekspor, pemeriksaan juga dilakukan dengan sistem jemput bola. Yaitu pemeriksaan di tempat pemilik, rumah kemas yang tujuannya agar meningkatkan efektifitas dan mempercepat arus barang saat di bandara atau pelabuhan.

"Jika diperlukan, petugas karantina juga dapat memberi pelatihan bagi petani maupun rumah kemas agar produknya terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan. Sehingga mengurangi rejectsaat penyortiran," terangnya.

"Untuk budidaya dan penerapan good farming practice, kita juga bekerjasama dengan instansi terkait di daerah. Supaya kita dorong bersama, kita kibarkan merah putih di berbagai negara," tandas Ali Jamil.

3. Harga ekspor meningkat tiga kali lipat

Salak Madu Deli Serdang Tembus Pasar Thailand, Harganya 3 Kali Lipatinstagram.com/cuddlebadger/

Direktur CV Sinar Ponti sebagai petani sekaligus eksportir Dedi Juliardi mengaku senang atas dukungan dari Kementan. Karena harga ekspornya meningkat tiga kali lipat.

"Dari informasi harga ekspor bisa mencapai Rp. 68.000,- per kg sedangkan pasar lokal sekitar Rp. 20.00p,- per kg," ujarnya.

Dari data Kementerian Pertanian, ekspor buah salak terus meningkat. Pada tahun 2017 tercatat hanya mencapai 965 ton, sedangkan pada 2018 ekspornya mencapai 1.200 ton atau senilai Rp. 19,7 miliyar. Dengan tujuan ekspor ke lebih dari 30 negara mitra dagang, seperti China, New Zealand, Saudi Arabia, Singapura dan Belanda.

Selain melepas 400 kg salak ke Thailand, juga dilakukan pelepasan berbagai komoditas ekspor dari Medan. Diantaranya, bambu, rempah-rempah, kopi, bunga potong, daun jambu, sirsak, ubi jalar, getah pinus, sarang burung walet dan gigi taring babi ke berbagai negara.

Negara tujuan ekspor itu seperti Jepang, Jerman, Korea Utara, Australia, Kamboja, Vietnam, Hongkong, UK, USA, China dan Rusia dengan total nilai Rp. 131,3 miliar.

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya