[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk Ekonomi

Tidak hanya stimulus, pemerintah harus pikirkan market UMKM

Medan, IDN Times - Tidak terasa sudah hampir setahun pandemik COVID-19 melanda dunia. Kondisi terburuk itu dimulai pada Maret 2020. Ekonomi dunia dan juga Indonesia hancur lebur karena adanya pandemik ini. 

Indonesia pernah mengalami kondisi ekonomi terburuk pada 1998 dan 2008 di mana faktornya adalah masalah moneter. Namun berbeda dengan krisis saat ini. Kali ini, dihadapkan pada permasalahan kesehatan.

Lalu bagaimana nasib ekonomi Indonesia pada 2021? Bagaimana paket stimulus ekonomi yang diberi pemerintah saat ini. Apakah sudah cukup? Apa yang belum disentuh oleh pemerintah?

Berikut hasil wawancara IDN Times bersama ekonom senior Hendri Saparini yang merupakan  pendiri Center OF Reform On Economics (CORE Indonesia). Pada 2012, ia dinobatkan salah satu dari 100 wanita paling berpengaruh di Indonesia dari Majalah Globe Indonesia. Wawancara ini dilakukan dalam rangkaian Indonesia Millennial Report 2020 yang akan diluncurkan saat acara Indonesia Millennial Summit (IMS) 2021 mendatang.

Bagaimana pandangan anda terhadap perekonomian Indonesia sepanjang tahun ini?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiDirektur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini sedang memberikan keterangan pers. (IDN Times/Indiana Malia)

Tentu saja udah banyak yang dilakukan oleh banyak negara untuk menghadapi pandemik COVID-19 ini, karena ini adalah sesuatu yang baru. Tetapi yang harus kita tahu bahwa setiap negara itu memiliki respon yang berbeda di dalam menghadapi COVID-19 ya. Ada beberapa negara yang melakukan respon dengan tepat, kemudian juga dengan struktur cepat, tetapi ada beberapa yang kemudian agak terlambat dikala merespon.

Dari sisi lain, kalau kita melihat dampak dari pandemik COVID-19 ini, itu juga sangat tergantung pada struktur ekonomi dari masing-masing negara. Nah jadi artinya bagaimana sih untuk menghadapi COVID-19 ini dan tentu semestinya kita melihat beberapa faktor. Yang pertama adalah bagaimana negara kita ya bagaimana struktur ekonomi negara kita, dan kemudian bagaimana sebaiknya kita merespon tadi.

Apapun respon kebijakan yang terpenting untuk mendorong ekonomi kembali pulih itu
adalah memang menyelamatkan dari sisi kesehatan, karena stimulus ekonomi itu tidak akan bisa efektif tanpa kita sangat efektif di dalam mengendalikan pandemik COVID-19 ini.

Jadi kalau kita melihat, apakah Indonesia ini masih punya harapan ke depan gitu ya, dengan adanya pandemik ini kita tidak perlu merasa terlalu berkecil hati, tadikan, karena saya sampaikan bahwa dalam menghadapi COVID-19 ini, setiap negara dampaknya berbeda-beda.

Jadi kalau di Indonesia itu ketergantungan atau porsi perdagangan terhadap PDB-nya itu relatif kecil, maka dia sebenarnya tidak terlalu berpengaruh dengan global. Artinya apa? dia masih memiliki market di dalam negeri. Itu makanya struktur PDB kita yang 57 persennya itu adalah dari konsumsi dari rumah tangga.

Maka dalam kondisi COVID-19 seperti ini, harus dijadikan sebuah modal yang
besar, apa arti dari struktur ekonomi yang didominasi oleh konsumsi rumah tangga toh artinya bahwa kalau kita bisa menjaga konsumsi rumah tangga, menggerakkan ekonomi untuk konsumsi rumah tangga maka ekonomi kita 57 persennya terselamatkan.

Nah jadi kita tidak perlu kemudian tetangga kita sudah negatif 13 persen, seperti misalnya di Singapura misalnya bisa diproyeksikan sampai minus 19 persen. Singapura sangat kecil, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia pada saat kita harus berhenti ekonominya. Singapura tidak bisa punya ruang untuk bergerak tapi Indonesia dengan penduduk 267 juta jiwa.

Kemudian juga wilayah yang demikian luas. Bisa juga memproduksi berbagai komoditas yang diperlukan. Maka semestinya tadi, ruang kita untuk bisa mempertahankan ekonomi kita untuk tetap lebih baik itu lebih besar dibanding dengan negara-negara yang mereka tidak memiliki ruang gerak yang cukup besar.

Apakah kebijakan ekonomi yang diluncurkan selama pandemik ini masih bisa menanggulangi krisis yang terjadi? Bisa diberikan contoh evaluasi di level pelaksanaan, baik dipusat ataupun daerah?

Baik, jadi apa yang harus kita lakukan? karena kita inikan juga baru pertama kali
menghadapi pandemik seperti ini ya. Nah kita bisa melihat apa sih yang dilakukan negara lain? Semestinya yang dilakukan Indonesia ini tidak hanya bicara stimulus ekonomi yang diartikan dengan mengalokasikan anggaran sebesar tertentu.

Waduh kayaknya kurang nih stimulusnya karena anggaran stimulus ini baru sekitar 4 persen dari PDB. Sementara negara lain, misalnya di negara-negara tetangga kita itu porsinya besar. Jepang 21 persen, Singapura 19 persen misalnya begitukan. Nah kita tidak bisa begitu, karena apa? stimulus itu tidak hanya diberikan hanya dalam bentuk dana ya.

Kalau yang dilakukan banyak negara justru memberikan market, memudahkan administrasi, memudahkan kita di dalam melakukan bisnis itu adalah stimulus yang juga penting. Artinya apa? Dalam kondisi seperti sekarang ini, dan bagi Indonesia itu sebenarnya melonggarkan defisit APBN itu bukan barang yang mudah karena sekarang ini pendanaan APBN semakin sulit dan semakin mahal.

Karena kalau kita lihat, bunga, surat utang kita itu relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Artinya apa? kalau kita mencari pendanaan lagi, dana yang sangat mahal. Oleh karena itu, kita harus memikirkan yang pertama adalah mari cari stimulus ekonomi yang tidak dengan menggelontorkan dana, ya tetapi tadi memberikan market kemudian juga memudahkan di dalam administrasi.

Atau yang kedua adalah kita ini membuat strategi kebijakan yang lebih komprehensif gitu. Jadi kalau memberikan market itu, apa kira-kira memberikan kebijakan komprehensif itu seperti apa? Kalau kita lihat dana untuk perlindungan sosial untuk 2020 itu nilainya sangat besar Rp203 triliun ya, 2021 lebih besar lagi Rp440 triliun, karena tadi kita mencari dana bagi APBN itu juga tidak mudah dan tidak murah.

Maka semestinya kita harus ada pertanyaan, kalau memang pemerintah menyediakan dana sekian ratus triliun, mana yang itu bisa menjadi market? ya atau mana yang bisa jadi captive market produk-produk dalam negeri gitu. Jadi ini kemudian kita berharap bahwa anggaran yang terbatas dan anggaran yang sangat mahal ini bisa memberikan multi player effect yang juga lebih besar kan ya. Bagaimana kita bisa menyerap tidak hanya produk-produk UMKM tetapi juga produk-produk dalam negeri tadi.

Nah caranya seperti apa, tentu saja harus ada kebijakan yang komprehensif sehingga kebijakan perdagangan internasional juga akan mendukung, karena akan memberikan ruang yang lebih besar bagi produk-produk nasional. Kebijakan di sektor pertanian misalnya, itu juga akan mendukung karena ini diupayakan untuk menyerap produk-produk pertanian untuk kebutuhan pangan dan sebagainya. Jadi itulah yang semestinya dilakukan.

Nah apakah itu sekarang sudah? menurut saya belum maksimal. Ya jadi semestinya sekarang kita punya komite pemulihan ekonomi. Seharusnya ini akan menjadi think tank akan menjadi center yang membuat perencanaan-perencanaan strategi kebijakan yang akan mengoptimalkan, tidak hanya dana APBN tetapi juga mengoptimalkan kekuatan dari sisi produksi dan juga mengoptimalkan market dalam negeri. Untuk bisa mendorong ekonomi kita ini, tidak kemudian harus ikut-ikutan terkontraksi sebagaimana negara-negara lain gitu.

Nah ini yang sangat penting harus kita sampaikan, karena kita tidak punya waktu yang banyak gitu. Kita harus segera merencanakan kalau misalnya APBN mengalokasikan Rp30 triliun untuk bank negara, terus kemudian mengalokasikan Rp11 setengah triliun untuk BPD. Maka semestinya harus ada referensi bagi perbankan tadi, seharusnya mereka ini menyalurkan kreditnya kemana gitukan.

Karena sikomite ini semestinya menentukan mana sektor-sektor ini yang mendapatkan
peluang terbesar dalam jangka pendek maupun jangka menengah dengan adanya guidance tadi dari pemerintah, dari Menhub yang dari komite.

Maka perbankan yang sudah digelontori dana yang cukup besar, jadi mereka ada guidance untuk menyalurkan ke sektor mana gitu. Karena begitu pemerintah mengatakan pertanian, ya misalnya pertanian pangan. Maka kebijakan pertaniannya, kebijakan perdagangan luar negerinya, kebijakan impornya, itu kemudian akan mendukung gitu.

Itu yang saya maksud apa semestinya kebijakan untuk menanggulangi pandemik ini. Seperti tadi, jadi ada strategi kebijakan yang jauh lebih komprehensif dan menurut saya masih harus perlu ditingkatkan lagi.

Bagaimana paket stimulus ekonomi yang diberi pemerintah saat ini. Apakah sudah cukup? Apa yang belum disentuh oleh pemerintah?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiBPS RI 2018- TW I 2020, warna merah perkiraan

Nah jadi kalau kita melihat secara global semua, memproyeksikan bahwa 2021 itu ekonomi akan lebih baik dibanding dengan 2020. Nah, inikan menjadi harapan besar juga bagi Indonesia. Bagaimana kita memanfaatkan potensi tadi dan kalau misalnya di global itu 2020, minus 4,9 atau minus 5 dan tahun depan diproyeksikan bisa sebesar 5,4 persen artinya kan cukup tinggi pertumbuhan ekonominya.

Demikian juga negara-negara lain seperti Tiongkok yang tahun ini hanya 1 persen, tapi di tahun depan bisa memproyeksikannya 8 persen, yang biasanya sebelum pandemik 6 persen atau India yang sekarang minus 4 setengah persen tapi tahun depan yakin 6 persen.

Maka semestinya Indonesia, kalau memproyeksikan di dalam APBN 2021, pertumbuhan hanya 5 persen, menurut saya, ini tidak cocok dengan tren global gitu ya. Tidak cocok dengan tren negara-negara lain yang setelah kita mengalami kontraksi di 2020.

Maka 2021, itu akan ada lompatan, akan ada perbaikan yang cukup signifikan, artinya semestinya pemerintah di 2021 harus jauh lebih optimis, harus jauh lebih optimis dibanding sebelum pandemik. Karena pertumbuhan ekonomi dihitung pada saat kita mengalami kontraksi di 2020 ini satu poin, nah apalagi yang semestinya dilakukan
pada 2021? atau sekarang ini di sisa waktu 3 bulan gitu ya, salah satu yang belum optimal itu adalah untuk mendukung UMKM.

Bagaimana untuk urusan dengan UMKM? Apakah mudah mendapatkan insentif dan stimulus dalam program UMKM?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Baik, pemerintah memang sudah memberikan, menyiapkan stimulus bagi UMKM. Stimulus yang diberikan lebih kepada pelonggaran dari sisi keuangan, kemudahan di dalam melakukan restrukturisasi kredit dan sebagainya. Selama ini sebagaimana kita tahu UMKM itu, kalau ditambah dengan mikro jumlahnya mungkin sekitar Rp60 juta dan kemudian kalau kita tidak memasukkan yang mikro, oke lah separuhnya kira kira Rp30 juta.

Nah di antara mereka inilah yang bankable itukan hanya 30 persen, yang 70 persen itu kan mereka tidak bankable. Artinya kalau dukungan yang diberikan oleh pemerintah itu dari sisi pendanaan dan sisi keuangan maka yang akan tersentuh yang lewat sektor keuangan formal itu hanya yang 30 persen, nah yang sementara 70 persen tidak.

Oleh karna itu semestinya yang harus di sentuh bagian UMKM itu bukan hanya dari sisi modal. Kalau UMKM ditanya serve manapun pasti ditanya masalahnya apa? pasti permodalan, padahal semestinya yang mereka perlu bukan, sebenar-benarnya itu
adalah market. Ada market, diberikan pasar, maka mereka akan bisa melakukan kegiatan produksi yang selama ini, toh mereka juga didanain dengan non bank gitu.

Jadi yang sekarang ini, harus dilakukan oleh pemerintah adalah berikanlah market kepada
mereka. Maka tadi saya katakan di awal, bahwa kalau memang stimulus itu fiskal 700 triliun, berapa sih yang akan menjadi market bagi UMKM tadi ya?

Misalnya kalau kita sekarang bicara cara tentang bantuan sosial atau pemberian paket sembako. Berapa persen yang dipastikan bahwa paket kebijakan sembako tadi itu memang hasil produksi dari UMKM dan produk-produk yang ada di lokal. Nah kalau itu tidak dilakukan, maka kemudian tidak akan menjadi market bagi UMKM.

Maka oleh karena itu, kita tidak boleh hanya membidik dari sisi keuangan tetapi yang sangat penting adalah menciptakan pasar bagi mereka. UMKM itu sifat nya adalah fleksibel ya palugada gitu, dan sekarang banyak sekali UMKM-UMKM yang tadinya jualan baju karna bajunya itu tidak ada market sekarang bahkan ganti sembako. Ada yang ganti APD dan sebagainya. Jadi bagi mereka sangat fleksibel untuk mengubah menjadi produk-produk lain.

Kalau pemerintah menciptakan market bagi mereka, misalnya untuk market perbaikan gizi atau stunting yang jumlahnya juga puluhan triliun bisa menggunakan produk-produk UMKM. Maka akan muncul produk-produk protein yang dihasilkan oleh masyarakat UMKM dengan local disterm, ya misalnya untuk daerah pantai, membuat market itu dari ikan, atau membuat abon dari ikan, tapi mereka yang daerah pegunungan membuat protein-protein dari ayam, atau itu dari apa sapi, dan sebagainya.

Itulah yang kita harapkan sekarang ini untuk mendukung UMKM. Jadi jangan lagi membuat kebijakan seolah-olah UMKM itu ada di satu sektor tersendiri sementara ekonomi yang lain. Itulah yang salah selama ini, sehingga seolah-olah kita harus memastikan anggaran UMKM, untuk UMKM, padahal bisa jadi kita harus menyiapkan pasar di UMKM, maka dia tidak akan bergerak sendiri.

Ini yang harus kita lakukan, maka tadi program misalnya untuk terkait pangan, terkait kesehatan, ya atau pencegahan kesehatan itu bisa UMKM di dalam program-program pemerintah, karena akan ada multi-player effect yang akan jauh lebih besar. Kenapa penting sekali UMKM ini? 5 atau 7 tahun yang lalu mungkin porsi UMKM ini bagi APBD kita, ekonomi kita itu, hanya sekitar 40 persen. Tapi sekarang ini 63 persen.

Menghadapi pandemik, kita akan menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif. Ya pertumbuhan yang bisa untuk lebih banyak lapisan masyarakat, maka lewat UMKM ini menjadi penting karena mereka porsinya adalah 63 persen.

Ini yang kita harapkan tadi pemerintah kalau saya ditanya, apakah program stimulus atau kebijakan stimulus itu sudah komplit atau belum gitu? kalau menurut saya belum komplit dengan alasan tadi. Karena semestinya ya dikomite perekomian ini akan jauh lebih aktif untuk mengcreate kebijakan-kebijakan yang sifatnya lebih komprehensif.

Bagaimana peran dari perbankkan dan lembaga keuangan dalam menopang daya tahan ekonomi dan bisnis selama pandemik?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk Ekonomi(Ilustrasi pertumbuhan ekonomi) IDN Times/Arief Rahmat

Jadi tentu saja kalau perbank-kan itu, kalau market-nya, kalau demand-nya tidak
bekerja, maka dia juga lama-lama akan terkena krisis juga. Oleh karena itu, tadi yang saya sampaikan, jangan biarkan uang pemerintah yang sudah ditaruh diperbankkan itu kemudian dipersilahkan perbankkan untuk mendistribusikan sendiri tanpa ada guidance.

Semestinya, mereka juga diberikan guidance. Karena sekarang ini, begitu diberikan dana oleh pemerintah untuk restrukturisasi, untuk stimulus, mereka kemudian membuat definisi sendiri, kira-kira sektor apaya gitu.

Padahal semestinya kalau pemerintah sudah menetapkan untuk very shorterm itu adalah
pangan. Maka kredit-kredit yang sudah akan di kelola oleh perbankan itu, mereka akan
mengarah kepada sektor tersebut.

Seperti apa program pengambangan sektor pangannya? komite itulah yang akan menyiapkan komoditas apa akan diberikan kemudahan? seperti apa? atau kemudian juga akan dorong penyaluran kredit untuk strategi impor the disruption.

Jadi barang-barang kebutuhan industri yang selama ini diimpor dan sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri, maka itu akan diberikan insentif dengan kemudahan pendanaan dari perbankkan misalnya, inilah yang diperlukan hingga perbankkan itu akan lebih fokus dalam menyalurkan kredit dan akan memberikan dampak yang cukup besar di dalam menggerakkan ekonomi.

Nah selama ini kan belum, jadi perbankkan tadi buat sendiri kira-kira sektor apa yang akan diberikan prioritas gitu. Kalau mengikuti praktik yang selama ini? ada sektor pertanian, itukan termasuk sektor yang tidak mendapatkan prioritas utama. Padahal selama pandemik justru sektor pertanian menjadi semestinya menurut saya sektor yang sangat prospektif dan akan ini menjadi the winner.

Salah satu the winner sektor pada masa pendemik ini, karena market kita itu sangat luas dan itu juga bisa mengikutkan pelaku-pelaku ekonomi tidak hanya yang besar tetapi, juga menengah kecil. Jadi inilah yang harus kita dukung, jadi perbankkan kalau tidak didukung dengan strategi tadi, tidak akan menjadi optimal meskipun pemerintah sudah memberikan
pendanaan lewat perbankkan.

Bagaimana melihat peran BUMN dalam mendukung pemulihan ekonomi secara nasional?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiLogo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020) (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Kalau kita melihat sebenarnya peran BUMN sampai hari ini masih cukup besar.
Kita mau bicara sektor apapun itu, peran BUMN sangat besar baik itu konstruksi, kita bicara perbankkan kita bicara telekomunikasi. Ya semua masih ada peran besar dari BUMN.

Oleh karena itu, apa yang harus dilakukan pada saat sekarang ini? Mari kita dorong adanya linked, jadi sinergi itu tidak hanya sinergi BUMN, tetapi juga sinergi BUMN dengan swasta dan juga dengan UMKM.

Nah apa saja yang dilakukan oleh BUMN untuk mendukung ini? tentu ada dua yang pertama itu lewat bisnis mereka, bussiness line mereka jadi kita coba untuk membuat lingked di antara mereka secara komersial ya. Akan ada insentif bagi BUMN yang bisa menyerap produk-produk dalam negeri atau produk-produk UMKM. TKDN yang sudah kita punya undang-undangnya sudah punya aturan di bawahnya sampai sekarang belum diimplementasikan.

Ini saatnya, untuk memberikan kesempatan agar mereka yang mengalokasikan TKDN yang besar. Maka merekalah yang diberikan insentif mestinya harus begitu, jadi ada kebijakan yang lebih fokus untuk memanfaatkan mereka, sehingga kalau begitu, nanti akan ada sektor-sektor.

Di mana BUMN itu, akan menjadi pembela di sektor tadi dan akan ada supporting industry baik itu UMKM maupun perusahaan-perusahaan menengah. Jadi kalau kita melihat di negara-negara lain, UMKM itu menjadi besar karena mereka memiliki linked yang sangat kuat dengan industri besar. Atau kita bicara elektronik di Korea atau di China, mereka itu di-support oleh industri-industri kecil yang jumlahnya ribuan, nah di Indonesia kan belum linked-nya.

Kalau kita lihat secara data itu, lingked mereka antara 18 persen kurang dari 20 persen tetapi di negara-negara lain di Korea, di Jepang di atas 60 persen sampai 80 persen. Apa yang terjadi kinerja dari BUMN maka akan berimpact kepada UMKM. Jadi itulah
pentingnya peran dari BUMN.

Asal mereka itu didorong untuk bisa membuat linked bisnis yang bagus dengan UMKM dengan industri nasional. Yang kedua peran BUMN itu adalah lewat CSR mereka. Selama ini CSR BUMN cukup besar.

Kalau bagi saya, yang kurang adalah kita mesti harus fokus ini. Misalnya kita punya BUMN Perkebunan, BUMN Perkebunan ini sekarang secara produk sudah sulit untuk berkompetisi, mereka kemudian ada kesulitan di sisi keuangan dan sebagainya.

Mereka punya lahan tetapi tidak punya modal untuk membuat produk, sementara mereka petani-petani tenaga kerja. Apa yang bisa dilakukan? di sini sangat bisa BUMN di dalam menyalurkan CSRnya itu CSR yang lebih terfokus, misalnya kita tahu bahwa kebutuhan rempah di global itu luar biasa besar, terus kemudian kebutuhan tentang minyak esensial di global itu sangat besar dan Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan tadi.

Ada minyak kayu putih, ada rempah rempah yang lain banyak sekali. Nah ini mestinya ada
sinergi antar BUMN plus juga dengan mereka yang akan menjadi offtakernya. Jadi misalnya 1 BUMN besar, mereka menyalurkan CSR untuk memberikan bibit untuk membayar petani di BUMN perkebunan.

Kemudian akan ada swasta yang akan menjadi offtaker, dengan seperti ini kan CSR tadi tidak hanya untuk mendukung yang sifatnya lebih sosial, tapi ini bisa untuk menjadikan sebuah ekonomi yang sustainable. Kegiatan ekonomi memang memiliki market.

Jadi UKM-UKM yang didukung dengan CSR pun tidak akan bisa menjadi UKM kompetitif gitu. Banyak sekali peluang-peluang yang bisa dilakukan dengan seperti itu, belum lagi nanti di holtikutura, kebutuhan tentang buah tropis, market global besar sekali, nah ini semestinya juga bisa menggunakan program-program tadi.

Jadi saya rasa di era pandemik ini memberikan gambaran kepada semua, semestinya untuk bisa melihat permasalahan di ekonomi kita itu secara lebih jujur. Nah yang kedua, melihat ekonomi kita dengan jernih.

Di mana kekuatan kita dimana peluang kita dan kemudian menciptakan inovasi-inovasi kebijakan tadi yang selama ini belum dilakukan agar nanti pada saat kita melewati pandemik ini betul-betul akan kita ada reborn. Ekonomi akan recovery dengan struktur ekonomi yang jauh lebih inklusif.

Jadi ekonomi yang akan memiliki struktur yang lebih kuat dan juga pertumbuhan ekonomi yang lebih jauh lebih adil. Nah itu yang kita harapkan dalam kondisi seperti sekarang ini.

Apakah Indonesia dikategorikan masuk resesi ekonomi atau bagaimana membandingkan tingkat kesulitan ekonomi bisnis yang terjadi pada saat ini dibandingkan krisis 1998 dan krisis 2008?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Iya baik, kita kalau melihat antar krisis itukan berbeda, kalau 1998 kita waktu itu di dalam negeri kita memiliki permasalahan adalah krisis keuangan. Tetapi kita masih memiliki market yang luas di global sehingga ada sektor-sektor yang mereka justru panen dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah dan juga market di global. Yang tidak ada perubahan atau yang tetap bagus gitu.

Nah oleh karena itu, pada saat itu semestinya kita dapat memanfaatkan kondisi tadi kita
menghadapi krisis multidimensi, akhirnya yang terjadi adalah seperti yang kita ketahui 2008, sebenarnya kita tidak terlalu terdampak hanya beberapa sektor yang terdampak.

Tetapi di saat ini di 2020, pandemik ini menghadapi sebuah tekanan yang ekonomi yang berbeda, karena global juga marketnya turun, kemudian juga di dalam negeri kita terjadi pengkerutan ekonomi.

Nah apakah sekarang ini kita punya peluang yang besar? menurut saya kalau dibandingkan negara-negara lain yang juga menghadapi pandemik, kita memiliki peluang yang besar tadi. Hanya kita memang harus menyiapkan kebijakan dengan lebih komperhensif tadi, jadikan bahwa domestik market itu adalah pasar yang sangat kuat gitu.

Karena kalau kita bicara negara-negara lain sekarang ini juga mereka memikirkan domestik market mereka lebih banyak melakukan impor looking ini. Jadi Indonesia juga, ini saatnya bagi kita untuk juga melihat kekuatan kita untuk memenuhi market dalam negeri.

Nah ini yang menurut saya semestinya recovery-nya itu tidak harus sedalam yang kita hadapi pada saat 1998 gitu ya, karena di 1998 kita tahu ada IMF yang kemudian letter of intent ada persyatan-persyaratan kita di dalam mendapatkan pendanaan dari mereka dan itu merubah stuktur ekonomi. Kita mewajibkan kita membuka sektor ini meliberalkan sektor ini kemudian harus mengundang asing sekian persen untuk 100 sektor dan sebagainya.

Tapi saat ini semestinya di dalam pembiayaan stimulus itu kita jauh indenpenden, nah oleh karena itu, mari kita harus tidak mengulang kesalahan yang terjadi di 1998, kalau dulu kita ada yang memaksa tapi sekarang kan kita tidak ada yang memaksa, jangan kemudian kita keliru pada saat sekarang ini kita harus menyelamatkan global melupakan pasar domestik gitu.

Mari kita percepat melakukan FTE-FTE melakukan kerja sama ekonomi dengan negara lain itu bukan saatnya sekarang ini. Karena negara lain pun sedang menyusun kembali kekuatan-kekuatan mereka, jadi kalau bagi saya, saya optimis dengan struktur ekonomi kita yang 57 persen adalah komsumsi rumah tangga.

Kalau kemudian yang berbagai kebijakan itu mendukung kita untuk memanfaat kan potensi pasar dalam negeri tidak hanya potensi kita, ekspor kita akan bisa survive dan tidak perlu tahun ini kita negative terlalu dalam sebagai mana yang terjadi di 1998.

Apakah kartu prakerja perannya signifikan mendukung ketahanan ekonomi pekerja saat ini?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk Ekonomiberitagar.id

Kalau yang saya bayangkan tadinya, kalau kita akan memberikan pelatihan itu tidak hanya sekadar memberikan pelatihan. Tapi mereka setelah dilatih kemudian akan bisa menggunakan pelatihan itu untuk apa? kemana mereka bisa mengaplikasikan apa yang sudah mereka trainingkan? artinya disitu ada pasar tenaga kerjanya. Ada dukungan dari pembiayaan gitu. Karena skillnya sudah punya, kan gitu, ada marketnya.

Tapi sekarang ini kalau prakerja yang diimplementasikan pada masa pandemik, kalau saya melihat itu sebenarnya hanya untuk membagi-bagi kan dana, semacam BLT yang di lewatkan kepada anak-anak muda yang sedang melakukan training gitu. Nah karena kita tidak melihat bahwa setelah ada dilatih, di dalam program kartu prakerja ini kemudian juga akan ada yang bisa menyerap mereka untuk masuk ke tenaga kerja.

Bagi saya akan jauh lebih menarik pada saat anak-anak muda tadi didorong untuk mengisi market, misalnya import substitution, untuk tepung kelapa, anak-anak muda ini bisa. Bahan bakunya ada, teknologinya murah dan kemudian diserap juga, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.

Apalagi tepung singkong yang kita impor lebih dari 5 triliun setahun, kemudian juga ada lagi olahan dari rumput laut itu, semua ada, nah itu tadi karena tidak fokus, tadi hanya sekadar pokoknya dikasih uang, kalau dia ikut training ya memang tidak akan ada kerugian. Karena mereka akan spending semuanya itu belanja bisa mendorong ekonomi tetapi untungnya kan cuma satu.

Bagi saya, semestinya mereka itu akan membelanjakan dananya plus mereka bisa membangun usaha-usaha kecil yang itu memang marketnya juga dicreate oleh pemerintah dengan kebijakan yang menyerap produk-produk domestik mereka akan diberikan insentif misalnya dibutuhkan.

Jadi kalau memang mau melanjutkan program kartu prakerja, saya rasa perlu ada setting awal lagi, tidak seperti itu semestinya yang bisa dilakukan oleh pemerintah, kalau yang dilakukan bukan itu, misalnya untuk membidik market tidak hanya domestik tetapi internasional.

Banyak yang dikasih training itu misalnya, mereka yang sudah ahli gosok batu untuk perhiasan atau mereka yang sudah bisa mengukir kemudian disertifikasi. Kemudian mereka dicarikan pasar di negara-negara ASEAN, karena kita sudah ada free flow tenaga kerja masih jauh lebih penting. Jadi memang mereka kemudian akan diberikan pasar dan tempat bagi mereka untuk bekerja gitu.

Berarti kalau mau dilanjut insentif untuk anggaran ini harus dipikir kembali ya?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk Ekonomi(Ilustrasi pertumbuhan ekonomi) IDN Times/Arief Rahmat

Harus perencanaan ulang. Karena yang sangat sederhana saja, Indonesia itu adalah
salah satu negara yang masih menuju kepada bonus demografi. Jadi anak-anak yang produktif dan muda itu banyak sekali.

Sementara tetangga kita seperti Thailand, Vietnam, mereka sudah masuk pada aging population. Kalau kita mengaitkan program prakerja mereka dilatih, disertifikasi, kemudian kita salurkan ke negara-negara ASEAN. Dengan ASEAN ekonomi community-nya itu sudah bisa dilakukan gitu.

Belum lagi untuk memperkuat industri dalam negeri dan sebagainya. Banyak sekali. Tapi janganlah seperti sekarang ini, training apa saja, tidak jelas marketnya di mana.

Kapan pemulihan ekonomi nasional bakal dimulai? Kalau melihat secara personal experience bisnis?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi (IDN Times/Anata)

Yang pertama tentu saja harus dari sisi kasus kasus COVID-19 nya sendiri, apakah pemerintah betul-betul bisa sesegera mungkin menghentikan dan meng-contain barang
dari COVID-19 ini.

Nah kalau sudah bisa dilakukan dengan satu kebijakan strategi yang lebih komprehensif, maka kita baru akan berpikir kapan kita reborn gitu kan, kapan ekonomi kita ini akan pulih kembali.

Jadi kalau kita melihat, apa kah sebenarnya kita masih harus menunggu lagi? Enggak, bahkan tahun 2020 ini, semestinya kalau tadi kita bisa memanfaatkan pasar dalam negeri. Maka 57 persen dari komsumsi tadi itu akan bisa kita gerakan, kalau biasanya tumbuh 5,3 misalnya tahun ini, kemarinkan tumbuhnya tinggal 2 persen.

Kalau itu kita kembalikan dengan cara apa? mereka tidak hanya diberikan BLT tetapi UMKM digerakan kembali. Sehingga spending di atas dia terima. Mestinya kalau ini, kita masuk kuartal 4 semestinya. Masuk di kuartal 4 kok kita belum memiliki strategi seperti tadi yang sifatnya jauh lebih terencana. Baik itu jangka pendek, jangka sangat pendek, kita punya potensi di 2021.

Tapi apakah kemudian kita akan cukup tumbuh di bawah 5 persen atau kita seperti negara-negara lain di 2021? Itu ada lompatan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi.

Syarat penting agar program pemulihan ekonomi ini berhasil di 2021?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiANTARA FOTO/Arif Firmansyah

Bahwa syarat pertama itu adalah kita bisa menyelesaikan masalah pandemik COVID-19. Betul bahwa kita itu harus melakukan program secara berimbang, antara kesehatan dan ekonomi. Akan tetapi pada saat kita tidak sesegera mungkin dan semaksimal mungkin kita menyelesaikan masalah pandemik, efektivitas stimulus ekonomi kita juga tidak akan maksimal gitu.

Jadi kita maju mundur dan sudah diglontorkan tapi juga tidak akan maksimal. Jadi menurut saya, tetap harus ada pilihan kesehatan nomor 1 dan ekonomi. Pilih mana yang sebenarnya kita lakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ini?

Pada saat kita kesehatannya itu masih sangat terbatas. Jadi kalau seperti sekarang ini kita kan gak ngerti padahal kan usia, kalau kita ke-pertanian tidak ada masalah, karena di pertanian terbuka, marketnya juga ada, bisa diolah.

Nah tapi itu tadi kalau tidak ada guidance, tidak akan bisa maksimal untuk menciptakan market dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar

Bagaimana secara personal experience dari bisnis yang anda jalani?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi bisnis/duniakaryawan.com

Kalau saya sebagai seorang analis, tentu saja kita akan pandemik dan setelah pandemik yang kita harus membatasi jarak dan juga pertemuan tidak terlalu bermasalah
dan kita sebenarnya bisa menyiasati. Yang tadinya kita memang melakukan hal-hal yang sifatnya lebih tatap muka, sekarang ini kita bisa lakukan.

Kita maksimalkan untuk menuliskan buku atau kita untuk menyebarkan pemikiran kita secara tertulis atau mungkin yang saya lakukan sekarang, saya banyak menggunakan video gitu untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran juga dan hasil analisa.

Jadi menurut saya memang peluangnya beda, tetapi peluang itu ada, saya yakin disemua sektor juga demikian, peluang ada tetapi memang harus ada kreativitas dan ada inovasi untuk bisa mengisi peluang yang ada tadi.

Apa keunggulan yang dimiliki Indonesia dibandingkan dengan ekonomi regional ASEAN untuk pemulihan ekonomi?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi ASEAN dan 10 negara anggotanya (www.asean-competition.org)

Saya tadi sudah sebutkan memang setiap negara itu memiliki dampak peluang yang berbeda tergantung pada struktur ekonomi yang tadi. Kalau negara yang sangat bergantung pada internasional investasi maka begitu global bermasalah itu juga akan terpuruk, seperti Singapura, seperti Malaysia tetapi kalau Indonesia yang ekonomi itu lebih tradisional karena lebih di gerakan oleh domestik ekonomi maka kita punya kekuatan di situ yang tidak dimiliki oleh orang lain gitu.

Kita sebenarnya market itu ada, tinggal bagaimana kita mengisi marketnya juga tidak ada, apalagi seperti Singapura mereka hidup dari jasa maka kalau tidak ada orang yang
melakukan kegiatan ekonomi, mereka tidak akan melakukan kegiatan ekonomi apapun.

Jadi 1 awal yang menjadi unggulan Indonesia itu adalah kita memiliki kekuatan dari sisi market dan dari sisi supplyan. Nah, jadi itulah yang bisa kita optimalkan dengan tentu saja dukungan kebijakan lain untuk bisa mengoptimalkan produk-produk dari dalam negeri.

Nah jadi kalau kita melihat dari sisi sektoral, kalau tadi tidak hanya dimaksud hanya pertanian itu, artinya kalau kita melihat sisi sektoral, struktur ekonomi sektoral kekuatan kita sekarang kalau kita melihat data, kuartal 1, kuartal 2 di 2020 pertanian itu masih tumbuh positif, sektor kesehatan positif tentu saja kemudian sektor tumbuh positif dan juga telekomunikasi.

Tapi kalau kita bicara sektor telekomunikasi, keuangan yang masih positif itu kan sangat padat teknologi sangat padat modal. Nah sangat tidak mudah bagi pemerintah untuk meng-create kebijakan agar ada pertumbuhan ekonomi yang inklusif, oleh karena itu kalau kita bicara pertanian atau sektor kesehatan yang itu tidak related kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat. UMKM ini akan menjadi suatu peluang juga untuk bisa mendorong ekonomi kita ini dari untuk bisa keluar dari krisis.

Bagaimana melihat vaksin dan imunisasi untuk pemulihan ekonomi nasional pasca COVID-19?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi Penyuntikan Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Kalau kemudian ada vaksin, semua sudah divaksin dan kembali normal, saya tidak tahu mungkin bisa kembali normal. Kita akan bisa mendorong ekonomi dan kemudian akan
tumbuh lagi medioker seperti kemarin-kemarin 5 persen itu. Menurut saya, itu tidak cukup
karena pandemik ini semestinya akan memperbaiki struktur ekonomi itu tadi.

Ya jadi kalau kita sudah divaksin tetapi kita tidak memberi kesempatan yang luas tadi akan adanya kesempatan bagi UMKM untuk bisa meraih market untuk diikuti kegiatan ekonomi maka sama aja, padahal yang kita tuju itu adalah pertumbuhan ekonomi secara inklusif gitu.

Jadi tidak hanya pulih saja, karena kita memang punya permasalahan kita tidak inklusif, ada gini ratio yang masih tinggi jumlah masyarakat, yang masih di bawah garis kemiskinan juga besar. Mereka yang bekerja diinformal sektor juga besar, yang nganggur juga besar, jadi ini semestinya yang harus diselesaikan pada saat kita nanti akan take off lagi di luar dari krisis.

Bagaimana pengalaman yang anda jalani? Apa yang berubah dari pola hidup?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi bekerja (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Saya rasa tidak hanya saya ya, semua orang pasti akan berubah gaya hidup. Mereka atau kebiasaan-kebiasaan mereka. Bagi saya juga demikian, dari sisi kegiatan-kegiatan profesional saya juga berubah dan juga kehidupan-kehidupan yang sehari-hari ini juga tentu mengalami perubahan, beberapa hal tentu mengalami perubahan beberapa hal akan berlanjut.

Walaupun pandemik ini sudah selesai karna ada efisiensi, karena ada produktifitas yang lebih besar. Tetapi beberapa hal tentu akan kita kembali seperti sebelum krisis sebelum pandemik, karena memang itu memerlukan misalnya kontak langsung untuk berdiskusi. Karena ada hal-hal yang tidak bisa kita selesaikan secara jarak jauh. Tapi saya rasa dengan kondisi yang seperti saat ini banyak sekali masyarakat yang kemudian berinovasi melakukan adjusmant, berharap bahwa adjusmant itu bukan memburuk tetapi akan lebih baik lagi dengan kondisi yang ada.

Bagaimana menurut anda dampak dari pandemik terhadap masa depan generasi muda? Apakah ada contoh spesifik termasuk di daerah?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi siswa sekolah dasar belajar online (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Dalam pemikiran saya, Indonesia sekarang ini banyak anak muda dan kita akan
masuk kepada puncak dari bonus demografi, maka ini kesempatan anak-anak muda untuk
melakukan lompatan untuk berkreasi dan anak-anak muda Indonesia saat ini. Tahun 2020 ini, tidak bisa mencontoh anak muda di Jepang pada saat mereka menghadapi bonus demografi atau anak-anak muda di Korea pada saat mereka memanfaatkan bonus demografi atau di negara-negara seperti China dan sebagainya.

Karena itu sangat spesisifik terhadap kondisi ekonomi kita saat ini, kondisi sosial masyarakat kita sekarang ini. Dulu mungkin di Jepang, pada saat mereka itu ingin memasuki bonus demografi, mereka tidak memiliki penetrasi internet seperti yang kita miliki sekarang ini.

Nah tetapi di Indonesia, sekarang ini, walaupun pendidikannya SMP ke bawah tapi penetrasi internetnya sangat tinggi. Di atas 70 persen. Apalagi yang sudah lulusan dari SMK itu kan sangat tinggi dan mereka belajar dengan sangat cepat. Karena itu, bagaimana ini setelah pandemik? menurut saya justru kesempatan bagi Indonesia kalau pemerintah bisa menyiapkan kebijakan yang tepat.

Maka ini akan ada lompatan, yang tadinya kita itu semua belum memanfaat kan internet tapi sekarang sudah bisa memanfaatkan itu. Nah apa yang bisa dilakukan? kita ingin mendorong agar anak-anak muda yang menjadi pengusaha-pengusaha muda.

Saat ini jumlah pengusaha di Indonesia itu sangat rendah dibawah 2 persen, sementara di negara-negara lain dengan penduduk yang besar seperti di India katakan lah atau di China itu di atas 10 persen artinya kita memang sangat kurang anak anak muda yang menjadi pengusaha muda.

Nah inilah saatnya menurut saya, dengan memanfaatkan internet yang sudah sangat meluas dengan memanfaatkan pasar kekayaan alam yang sangat besar ini. Tidak hanya pertanian tetapi kekayaaan budayanya. Maka anak-anak muda ini akan punya peluang-peluang yang sangat besar untuk bisa berkreasi.

Jadi misalnya kita membuat start-up, tapi tidak digital start-up, disektoral start-up di peternakan sangat besar, maka anak-anak muda ini sangat besar untuk berkreasi. Maka anak-anak muda yang memiliki modal, memiliki market, mereka yang bisa untuk beternak dan kemudian dibuat kan sebuah ekosistem untuk membuat satu kegiatan
ekonomi yang jauh lebih efisien dan yang lebih berdaya saing.

Nah kalau itu dilakukan juga di sektor lain di pariwisata misalnya, jadi di pariwisata itu ada yang mengelola destinasinya ada yang transportasinya ada yang jasa yang lainnya gitu ya, maka ini akan ada ekosistem-ekosistem baru disetiap daerah, karena sebenarnya penetrasi internet itu cukup meluas diberbagai wilayah, nah ini tantangan bagi genarasi muda, dan menurut saya jangan pesimis di era yang sekarang ini.

Walaupun mereka itu kesulitan untuk mendapatkan pendanaan mengakses dana dari bank tapi sekarang kan juga ada fintech yang menawarkan juga banyak pendanaan atau banyak sekali juga dana-dana masyarakat yang bisa diakses dengan bagi hasil. Nah jadi kreatifitas itu lah yang diperlukan, kalau dia punya pemikiran kemudian dirumuskan tidak hanya menjadi pemikiran ya yang paling penting adalah dirumuskan, didetilkan dan ditawarkan.

Maka ini akan sangat banyak yang tertarik untuk melakukan itu tadi, jangan yang muluk-muluk deh. Kita sekarang permintaan lada Indonesia yang berasal dari Bangka Belitung itu, sangat besar kalau anak-anak muda Bangka Belitung itu bisa mengumpulkan kemudian standarisasi, mengemas dan mencarikan pasar yang dibantu dengan internet tadi. Ini akan menjadi luar biasa, ini baru satu saja.

Jadi saya hanya berharap pandemik ini, kita tidak hanya menuntut apa yang dilakukan
pemerintah, tetapi pemerintah juga memang harus membuat strategi kebijakan untuk mendukung anak-anak muda untuk menjadi entrepreneur.

“Mosok anak-anak muda tidak bisa memproduksi tepung kelapa tadi yang kita impornya sampai triliunan atau memproduksi tepung singkong yang sebenarnya itu cuma perlu teknologi yang sederhana. Jadi justru kekebanggan menjadi pengusaha-pengusaha muda diberbagai sektor itu tadi itu akan luar biasa, jadi saya sangat punya harapan besar".

Apa dampak pandemik terhadap Indonesia kalau mendeskripsikan dalam 5 kata dan harapan anda untuk Indonesia di 2021?

[WANSUS] Hendri Saparini Prediksi 2021 Ada Lompatan untuk EkonomiIlustrasi (IDN Times/Anata)

Kalau saya ingin menyampaikan dalam kalimat pendek, bagaimana pandemik kita
kedepan saya lebih memilih untuk optimis. Jadi yang pertama ini harus menjadi momentum ya, yang kedua ini harus menjadi langkah untuk melakukan reformasi struktural bagi ekonomi kita. Yang ketiga ini, kesempatan kita untuk melakukan inovasi, untuk menciptakan peluang. Kemudian kita memberi kesempatan untuk mengoptimalkan domestik market maupun domestic supply.

Jadi saya rasa hal-hal tadi yang menurut saya kata kata yang paling tepat bagi kita untuk menginspirai diri saya sendiri maupun menginspirasi orang lain termasuk para millenial, bahwa inilah momentum kita untuk melakukan sesuatu. Mengcreate sesuatu, untuk mewujudkan sesuatu untuk menyumbangkan, tidak hanya bagi diri sendiri dan keluarga tetapi juga bagi masyarakat.

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya