TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Pecinta Mobil Offroad Lawas di Medan, Anggap Kekasih Sendiri

Penghobi mobil tua yang sudah keliling se-Indonesia

offroad

Medan, IDN Times - Berbicara tentang kendaraan tua, tak dapat dipungkiri saat ini semakin banyak yang meminati. Berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga orangtua meminatinya.

Selain itu para publik figur juga banyak yang ikut mengoleksi kendaraan-kendaraan lawas. Misalnya Babe Cabita yang mengoleksi mobil offroad lawas Suzuki Katana.

Di Medan sendiri, para pecinta motor dan mobil tua menjamur. Hadinata salah seorang pecinta mobil tua asal Medan yang berbagi pengalamannya soal kecintaan dengan mobil tua.

Tentunya, banyak pengalaman yang didapat mulai dari awal memiliki mobil tua hingga hal kecil yang menjadi menarik.

Hadinata mengakui awal kecintaannya pada mobil tua (Hardtop) dimulai dari kakeknya yang menjadi sopir Danpomdam pada masanya dahulu.

"Masa itu kakek sering bawa mobil Hardtop (Land Cruiser) jadi dari kecil dia sering bawa mobil pulang ke rumah terus dibawa jalan-jalan. Sampai kita itu benar-benar ingin, dan naik di mobilnya itu masih usia SD udah pegangi setir. Sampai pada akhirnya kakek pensiun dapat mobil lelang dari Kodam I Bukit Barisan, diambil kakek dengan harga Rp1,5 juta pada masa itu tahun 1994," jelas Hadinata.

Seiring berjalannya waktu dengan keinginan yang besar, tahun 2004 Hadinata akhirnya membeli mobil Toyota Land Cruiser meski dalam kondisi fisik yang tak layak (keropos).

"Kita cuma beli mobil Hardtopnya harga Rp43 juta. Sedikit demi sedikit saya kumpul hasil kerja saya. Terus kebetulan ada yang nawari mobil Hardtop tahun 1981 bensin, Sampai jual motor balap 2 unit (Sporty dan Shogun). Motor balap di rumah ada 5 unit," jelas Hadinata dalam ceritanya demi gapai keinginan.

1. Demi keinginan, beli mobil tua murah meski kondisi fisik kurang layak

offroad

Namun, Hadinata mengakui untuk penolakan dalam membeli mobil Hardtop saat itu tidak ada karena masih berstatus lajang dan orangtua tak mempermasalahkan.

Dalam pengorbanan Hadinata untuk membeli mobil Hardtop yang kurang layak dalam kondisi fisik, namun tetap diperbaiki perlahan dikarenakan kecintaannya.

"Namanya aku benar-benar cinta. Jadi setiap ada uang sedikit aku beli untuk kebutuhan mobil. Misalnya las, cat dan onderdil," bebernya.

"Total Rp60 juta perawatan (sebelumnya mesin berbahan bakar bensin diganti jadi mesin diesel berbahan bakar solar) plus uang beli Rp50 juta lebih kurang Rp110 juta," ucapnya yang mengaku harga mobilnya tergolong masih murah.

2. Dalam proses perbaikan mobil, Hadinata pernah memiliki cerita unik sampai ke toko dan pulang lagi untuk kumpuli uang

Proses perbaikan mobil Hardtop yang dibelinya, memiliki kisah dan pengorbanan. Mulai dari rela menghemat uang jajan hingga pembelian sparepart yang kurang uang.

"Sewaktu kita beli sparepart mahal. Masa itu kita bawa uang ke toko ternyata kurang. Jadi harus balik lagi untuk tunggu dulu nabung. Saat itu kegiatan kerja di bengkel mobil di kota Medan," sambungnya.

Menurut Hadinata, hal yang paling berkesan dan menjadi pelajaran yakni sekaya apapun dan sebanyak apapun uang, belum tentu bisa memiliki mobil tua.

"Karena kalau dengan mobil baru kamu tinggal beli ke showroom. Pulang bawa mobil baru. Tapi kalau mobil tua punya uang banyak belum tentu bisa beli mobil tua. Karena belum tentu pemilik mobil tua mau menjual mobilnya pada kamu," tutur Hadinata yang telah bergabung di IOF selama 13 tahun.

Baca Juga: Legendaris! 5 Mobil Lawas Ini Harganya Rp20 Jutaan

3. Hadinata: Mobil tua gak kalah gengsi dengan mobil baru dan berkelas

Baginya, memiliki mobil tua adalah suatu koleksi yang unik karena tetap layak untuk dipakai dan masih kokoh. 

"Gak kalah gengsi dengan mobil terbaru. Apalagi sekarang, sekarang ini mobil tua seperti Hardtop lagi tingi-tingginya. Sampai sekarang ada yang mau beli mobil Hardtop saya Rp300 jutaan belum saya kasih," dalam ceritnya.

Meskipun, Hadinata mengatakan tahap awal menjadi pemilik sedikit sebal karena tak menyadari mobil tersebut merupakan mobil tua.

"Main gas aja jadi mogok, banyak yang rusak karena kasar dan belum satu hati. Setelah itu kita pakai lembut-lembut. Alhamdulillah sampai sekarang gak rusak, kalau pun rusak udah sampai dirumah gak dijalan," ucapnya.

Ia pun tak ingin berniat untuk menjual mobil Hardtop tahun 1981 tersebut. Sebab, mobil tersebut baginya seperti kekasih yang harus dirawat penuh dengan cinta dan didasari oleh pengorbanan membelinya.

"Pada dasarnya mobil itu dibeli sedikit demi sedikit. Kalau mau dijual rasanya sayang, karena pengorbanan untuk beli mobil ini cukup berat. Kebetulan saya pecinta Offroad Adventure, untuk Indonesia semuanya sudah dijalani tinggal wilayah NTT dan Papua yang belum," kata Hadinata.

4. Hobi mobil tua ternyata bisa mendapat penghasilan

Tak hanya menjadi penghobi dan pecinta mobil Offroad. Hadinata juga pernah mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan dari mobil tua ini.

"Artinya, kalau hasil dari mobil itu bisa buat beli ban minimal 2 (Rp5 juta dari penyewaan event selama 3 hari) karena saya pakai ban ekstrem. Event prewedding juga," ucapnya.

Sementara itu, Hadinata mengatakan untuk informasi kebutuhan mobil bisa didapat karena sesama pecinta mobil tua yang saling membagi informasi.

5. Pajak kendaraan mobil tua lebih murah daripada mobil baru

skytravelinktour

Untuk perawatan seperti onderdil, Hadinata mengatakan tak menjadi kendala karena saat ini sudah banyak pecinta mobil untuk saling berbagi informasi dan untuk pajak kendaraan, diakui tergolong murah, untuk mobil Hardtop seperi Hadinata dibayar pertahunnya Rp.800 ribu.

"Apalagi seperti Jimny, Hardtop, CJ7, Jeep itu pajaknya gak sampai Rp1 juta per tahun karena tergolong mobil tua.

6. Komunitas WAC tetap solid menjaga kebersamaan sesama pecinta mobil tua

potret Jeep di Bromo (unsplash.com/Levi Ari Pronk)

Tak jauh berbeda dengan pengalaman suka duka yang dirasakan oleh Heriyono dari Komunitas Willys Auto Club (WAC) Sumut selama touring atau adventure itu tetap kompak.

Saat ini WAC bertotalkan 56 anggota, mulai dari 13 Maret 2002. Komunitas WAC ini tetap menjaga kekompakannya dalam bidang merawat mobil tua kesayangan mereka untuk bertukar informasi.

"Kita kan disitu ada mekanik khusus di WAC, untuk medalaminya bisa bertanya-tanya. Kita sebagai anggota beri saran, misalnya mesin asli kita sarankan dieselnya kita ganti," ujarnya.

Selain berbagi informasi, komunitas WAC juga diakui sering melakukan kumpul dikantor khususnya pada akhir pekan.

Berita Terkini Lainnya